TOURNE PASTOR MSF KE KBG PAROKI SUNGAILIAT

KELUARGA: BASIS KBG DAN PANGGILAN KHUSUS
Oleh: Kontributor "BERKAT" Sungailiat

Umat Katolik Paroki Sungailiat merasa bersyukur dan gembira atas kunjungan kedelapan pastor dari kongregasi Missionarii a Sacra Familia, atau yang sering dikenal kongregasi MSF, pada 12 Oktober 2010. Kegembiraan umat baik yang dewasa maupun anak-anak, nampak dari kehadiran mereka dengan wajah yang murah senyum dan sukacita, ketika sampai di tempat pertemuan. 

Kongregasi MSF yang berkarya di Keuskupan Pangkalpinang, tepatnya di Paroki Sungailiat telah berusia dua tahun (7/9/2008). Kunjungan kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus kali ini merupakan kunjungan mereka untuk kedua kalinya. Kunjungan kali ini, sebenarnya merupakan safari liburan bersama dengan seting panorama Pulau Bangka. Seperti pepatah mengatakan, sambil menyelam minum air, para romo dari Misionaris Keluarga Kudus, sambil menikmati panorama nan indah di Pulau Bangka, mereka pun menyempatkan diri membantu sesama rekan mereka, Rm. Aloysius Kriswinarto dan Rm. Stefanus Ruswan Budi Sunaryo yang sudah dua tahun bertugas di Paroki Sungailiat, untuk tourne ke komunitas-komunitas basis Paroki Sungailiat. Dalam kunjungan kedua ini merupakan para romo yang bertugas di paroki-paroki dan rumah retret wilayah Gerejani Keuskupakan Agung Jakarta. 

Rm. Mikael Walidi, MSF yang sekarang bertugas di Paroki Rawamangun Jakarta, dihadapan umat komunitas St. Yosep, Sta. Elisabeth dan St. Thomas Aquino memulai sharing pengalamannya. “Saya hadir disini, tidak membawa teori. Saya bawa pengalaman hidup dan pengalaman berpastoral selama saya menjadi pastor. Saya menjadi pastor, karena keluarga saya. Keluarga saya, keluarga Katolik. Jadi kalau sharing saya ini tidak menjawabi kebutuhan pembangunan KBG, pertama-tama saya mohon maaf.”

Lebih lanjut lagi, romo yang disapa umatnya dengan Rm. Walidi, meneruskan sharing pengalamannya bahwa KBG, memiliki anggotanya dari keluarga. Prinsipnya, bahwa beberapa keluarga, jarak yang berdekatan berkumpul bersama dan membentuk sebuah komunitas kecil. Karena itu, akar dari KBG adalah keluarga. Keluarga perlu memiliki suasana yang damai dan tenang dalam berbagai relasi baik interen anggota keluarga maupun tetangganya. Keluarga mendapat porsi yang proposional dalam KBG. Spirit keluarga kudus Nasareth, juga spirit MSF, tentu juga menjadi spirit kita bersama.

Sejalan dengan sharing pengalaman Rm. Walidi, Rm. Agus, dengan nama lengkapnya Yohanes Agus Rianto, MSF menambahkan sharingnya bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting sekali, bukan hanya dalam KBG, tetapi dalam komunitas yang besar seperti paroki. Setiap anggota keluarga memotivasi anggota keluarganya untuk berpartisipasi dalam komunitas baik di KBG maupun di paroki. Saling memotivasi merupakan bentuk panggilan kita bermisi. Bahkan keluarga pun punya peran penting sebagai seminari kecil dalam hal panggilan khusus menjadi imam, bruder dan suster. Orangtua dalam keluarga, tidak hanya mendoakan anak orang lain untuk panggilan khusus ini. Tetapi keluarga perlu sekali memiliki kerelaan dan pengorbanan untuk berani mendorong dan mendoakan anggota keluarganya untuk menjalani panggilan khusus itu.

Romo yang pernah bertugas di Paroki Lewolaga, Keuskupan Larantuka, Flores ini dengan antusias dan murah senyum, membagikan pengalaman yang unik dalam hidup keluarganya. “Dalam hal panggilan khusus, karena bapak saya tidak Katolik, ibu saya, dalam setiap perayaan ekaristi di gereja dan dalam doa bersama di keluarga, ibu saya selalu mendaraskan doa untuk anak-anaknya agar di antara anak-anaknya ada yang dipilih Tuhan untuk bekerja di kebun anggur-Nya. Ternyata, doa seorang ibu yang terus menerus dipanjatkan, terjawab oleh Tuhan. Bukti jawaban Tuhan adalah saudari saya, saudari satu-satu, yang menjadi pendengar keluh kesah kami, kini menjadi suster dan saya pun ikut dipilih Tuhan menjadi pastor MSF.  Jadi didalam keluarga kami, ada yang menjadi suster dan menjadi pastor.”

Dalam waktu yang bersamaan (18.00wib), para romo anggota pendiri MSF, Pater J.B. Berthier (1808-1908) pun berkunjung ke komunitas basis yang lain. Rm. Ignasius Tari dan Rm. Yusuf Winarto berkunjung ke komunitas basis gabungan St. Gabriel dan Sta. Theresia 2, di rumah Petrus Supardjo, Pohin Pemali. Komunitas gabungan St. Fransiskus Xaverius, St. Petrus, Sta. Maria Goretti dan Sta. Theresia 1, di rumah Johanes Sagyo, Kampung Jawa dikunjungi Rm. Stephanus Fadjarianto dan pastor Paroki Sungailiat, Rm. Aloysius Kriswinarto, menggantikan Rm. Celsus Winarno Hardosuyatno, MSF yang lebih dahulu kembali ke Jakarta, pagi (12/10/10). 

Sedangkan Rm. Bernardus Realino Agung Prihartanaa dan Rm. Aloysius Suharihadi, bertatapmuka dengan umat dari komunitas gabungan St. Yohanes Pamandi-Bedukang, St. Dominikus-Deniang, St. Vincentius-Kuday, St. Don Bosco-Hakok, dan Sta. Sisilia-Jalan Laut, di rumah ibu Bernadettha Ai Ai, Hakok.

Suasana kekeluargaan dan proses pertemuan umat komunitas basis, hampir sama dengan kunjungan pertama kali, para anggota MSF yang seangkatan dengan Rm. Stefanus Ruswan Budi Sunaryo MSF, pastor pembantu Paroki Sungailiat, pada bulan Juli 2009 lalu. 

Laporan Frans Subiyantoro dan Maya Agustina, anggota kontributor BERKAT di Sungailiat mengatakan bahwa ada banyak pertanyaan muncul dari beberapa umat di KBG tentang bagaimana masuk ke seminari dan lamanya menjalankan proses pembinaan yang dijalankan calon imam, di panti pendidikan seminari. Pertanyaan-pertanyaan itu, menurut mereka, mungkin sebagai tanda bahwa para orangtua pun mulai merespons dengan rencana Bapa Uskup Pangkalpinang membangun seminari setingkat SMA di Kebun Sahang.**fbr/frans/maya**

Komentar

Simpet Soge mengatakan…
Blog yg menarik......

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik