Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 1, 2010

CURHAT PEREMPUAN YANG BERZINA DAN RELEVANSINYA DALAM PENGEOLAHAN MAKNA SEBUAH KONFLIK

Gambar
Repro oleh: Alfons Liwun ”Jika anda tidak mau orang lain menceriterakan rahasia anda, maka jangan ceriterakan rahasia anda pada mereka” (Seneca) Hantaran: Dalam dunia dewasa ini, banyak orang dengan berbagai macam cara mau mengekspresikan dirinya. Mengekspresian diri adalah suatu proses sadar untuk mengungkapkan diri (interen) keluar (eksteren) baik kepada orang dekatnya maupun kepada publik, kebanyakan orang. Yang terpenting dalam pengekspresian diri bukan cara/sarana yang dipakai tetapi apa yang terkandung didalam dirinya keluar kepada orang, dengan tujuan tertentu. Penulis merepro kembali berkas-berkas ekspresi diri seorang perempuan yang berzina (boleh dibaca: Maria Magdalena) yang telah diungkapkannya pada proses penangkapannya yang menakutkan dirinya. Repro ceritera yang akan dirangkaikan di bawah ini dimaksudkan untuk mengajak para pembaca, untuk membaca dan menilainya sendiri. Ceritera ini mungkin kurang lengkap atau belum terlalu menukik untuk menjadi sebuah refleksi bag

FASILITATOR: UJUNG TOMBAKNYA KOMUNITAS BASIS GEREJANI

Gambar
Oleh: Alfons Liwun Keadaan masyarakat dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Begitupun situasi Gereja kita. Setiap zaman bahkan setiap tahun, keprihatinan dan tantangan hidup kita pun terus menerus bergeser. Karena itu, tidak heran jika untuk membangun Gereja kita, tidak mesti sama persis seperti Gereja para rasul, Gereja zaman Fransiskus Xaverius, dan Paulus Tjen Ongie. Namun ada satu hal yang pasti bahwa ekspresi dari semangat sebuah zaman, telah memotivasi umat untuk bangkit dan menata kembali mengembangkan kehidupan Gereja. Ekspreasi roh zaman yang sama itu pula telah mendorong para peserta Sinode 2000 untuk menemukan “a new way of being church” yaitu Komunitas Basis Gerejani (KBG) menjadi prioritas karya pastoral. Dan bahkan mungkin juga spirit zaman yang sama itu, telah menginspirasi Bapa Uskup dan kemudian inspirasi itu kini menjadi sebuah wacana penegasan untuk kembali menata komunitas-komunitas kecil yang sudah ada. Bahwa komunitas kecil yang selama ini melaksanakan kegi

KESEPAKATAN BERSAMA PERTEMUAN PENINGKATAN WAWASAN UMAT KATOLIK DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA REGIO SUMATERA (2)

Gambar
(Palembang 16-19 Juni 2010) Dialog kerukunan umat beragama sangat penting untuk dilakukan secara bersama guna menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat. Untuk melaksanakan dialog tersebut maka sangat diperlukan wawasan dan pengetahuan umat Katolik terhadap ajaran-ajaran Gereja Katolik serta metode-metode dialog yang efektif dengan umat beragama lain. Maka kami melaksanakan kegiatan Pertemuan Peningkatan Wawasan Umat Katolik dalam Kerukunan Umat Beragama Regio Sumatera yang dilaksanakan pada tanggal 16-19 Juni 2010 di Hotel Wisata Palembang, yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia bekerjasama dengan Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Setelah menerima, mengikuti dan mendiskusikan materi-materi dari para narasumber, maka kami menyimpulkan dan menyepakati sebagai berikut: 1. Selama Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No

INFORMASI (1)

DIALOG INTEREN ANTAR TOKOH UMAT KATOLIK SE-REGIO SUMATERA (1) (Palembang 16-19 Janui 2010) Sebuah Catatan: Pertemuan ini dilaksanakan di Hotel Wisata Palembang yang dihadiri oleh 34 utusan dari keuskupan Agung Palembang, Tanjung Karang, Padang, Medan dan Pangkalpinang. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 16 - 19 Juni 2010 dengan narasumber Mgr. Aloysius Sudarsono SCJ (uskup agung Palembang), Drs. H. S. Salim (ketua FKUD Sumsel), Rm. Blasius Sukoto, SCJ (Komkep Palembang), dan Rm. Benny Susetyo, Pr (KWI- eksekutif HAK) Mgr. Aloysius Sudarsono, SCJ menekankan bahwa kehadiran tokoh umat katolik dalam masyarakat memiliki peran yg sangat penting, karena itu sikap merasa minoritas perlu dikesampingkan. Perlu berjiwa besar dan optimis untuk membawa peran hidup bermasyarakat dgn menciptakan kerukunan hidup melalui berbagai bentuk dialog entah itu dialog kehidupan ataupun dialog insani. Dengan dialog seperti ini, sekat2 apapun akan menjadi jembatan kita untuk hidup dalam rasa persaudaraan se