Postingan

Menampilkan postingan dari September 1, 2010

TANGGAPAN ATAS NOVEL MAWAR MERAH

Gambar
Tulisan ini, merupakan tanggapan saya atas, "Mawar Merah" sebuah novel karya Gerry Gobang. Tanggapan saya ini, saya beri judul:  " Novel impian jadi kenyataan?" Sekilas membaca “Mawar Merah” pikiran saya pun melalangbuana, untuk mengejar “Mawar Merah” itu, sambil bertanya pada diri saya begini. “Apa itu “Mawar Merah”, sehingga saya pun harus mengejarnya? Sesuatu yang idealiskah, “Mawar Merah”? Atau sesuatu yang nyata, ada?”   Impian untuk mengejar cita-cita yang pernah direncanakan adalah tugas setiap orang yang telah membuat rencana dalam hidupnya. Dalam proses mewujudkan cita-cita, nyatanya bahwa ada banyak orang mencapai cita-cita yang direncanakan itu, dengan begitu mulus, tanpa halangan sedikitpun. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa nyatanya juga, ada begitu banyak orang pun yang berjuang mewujudkan cita-citanya dengan menemukan atau menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Segala rintangan dalam hidup, hanya dua fokus yaitu rinta

GUA MARIA: ST. MARIA PENGANTARA SEGALA RAHMAT SUNGAILIAT

Gambar
Repro: Alfons Liwun Hantaran “Santo Petrus heran melihat penghuni Surga begitu banyak. Dia kemudian bertanya kepada Yesus. “Yesus, kok penghuni Surga semakin banyak, padahal saya yang ditugaskan untuk menjaga pintu Surga saya terima sedikit kali yang masuk ke sini.” Yesus kemudian meminta Santo Petrus untuk mengecek kembali daftar hadir. Petrus kembali melaporkan bahwa memang saya terima sesuai dengan amal bakti umat yang telah mendukung Yesus. Mereka itulah yang saya terima untuk hidup berbahagia bersama kita disini.   Ternyata, masuk ada jalur lain untuk masuk Surga. Jalur manakah itu? Ternyata Yesus tidak menolak jalan melalui Bunda-Nya sendiri, Bunda Maria. Petrus pun pergi bertemu Maria dan bertanya kepada Maria. ”Bu, apakah ada orang yang telah masuk Surga melalui Ibu? Dengan lantang Bunda Maria menjawab Petrus. ”Ya... mereka adalah anak-anakku, yang selalu berdoa Rosario. Mereka berdoa kepada Yesus, anakku melalui saya.” Petrus pun tidak menjaw