Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 24, 2012

“Maut Masuk ke dalam dunia”

Gambar
M aut atau sering disebut dengan kematian, adalah kepastian. Karena kepastian, semua yang diciptakan akan mengalaminya. Namun, mesti diingat bahwa maut atau kematian, tidak diciptakan oleh Allah. Kitab Kebijaksanaan Salomo dalam bacaan pertama (Keb. 1:13-15;2:23-24) , mengatakan kepada kita bahwa ”kesucian itu kekal. Maut tidak dibuat oleh Allah. Maut, upah dari dosa. Maut, milik setan.” Karena ciptaan-Nya itu tidak patuh, tidak taat, tidak setia pada-Nya, maut menyusup masuk ke dalam hidup ciptaan itu. Melalui maut itu, setan berusaha untuk masuk ke dalam dunia, dan mau menguasai dunia. Untuk menguatkan diri bahwa karya Allah itu suci, dan karena itu kesucian perlu dipertahankan, sehingga maut tidak membinasakan kita, rasul Paulus dalam bacaan kedua ( 2Kor. 8: 7, 9, 13—15) menasihati kita agar pola hidup harus seimbang, antara yang rohani dan yang duniawi. Paulus menegaskan, berusaha untuk kaya dalam kemiskinan karena Kristus Yesus itu membawa kasih didalam diri kit

KRISTUS: PENGANTARA PERJANJIAN BARU

Gambar
Misa sore di Gua Maria Sungailiat M usa, pengantara bangsa Israel dengan Allah dalam Perjanjian Lama (PL). Kitab Keluaran dalam bacaan pertama ( Kel. 24: 3—8)   melukiskan perjanjian bangsa Israel dengan Allah; dengan pengantaraan Musa. Perjanjian itu dengan darah korban. Korban yang disembelih kemudian darahnya dicurahkan diatas mesbah. Ketika darah kurban itu tertumpah di atas mesbah, umat Israel yang hadir menyerukan sikap setia mereka terhadap Allah. Korban lalu dibakar, asapnya membubung tinggi ke atas tanda bahwa Allah merestui perjanjian kesetiaan mereka. Perjanjian Lama oleh bangsa Israel dengan Allah itu, gagal ketika bangsa Israel tidak setia, tidak taat pada perjanjian. Kesetiaan Allah terhadap umat, dinodai oleh ketidaksetiaan manusia. Surat kepada umat Ibrani ( Ibr. 9: 11—15) mengisahkan bahwa Perjanjian Lama itu telah diganti dengan Perjanjian Baru. Kristus-lah pengantara Perjanjian Baru itu. Kristus menebus Perjanjian Lama dalam darah korban dengan darah Ye

”ITAE MISSA EST"

Gambar
Gereja St. Agustinus - Kawaliwu Keuskupan Larantuka Flores J udul di atas boleh diterjemahkan secara harafiah, ”Pergilah, kamu diutus.” Persis kita dengar dalam Injil Matius hari minggu (2-3 Juni 2012). Tanpa perutusan, sikap sosial kita lemah. Bisa saja dibilang kurang gaul atau kuper. Tanpa mempunyai sikap keterbukaan dengan dunia luar, ”seperti kodok di dalam tempurung.” Berteriak terus menerus tetapi tidak diketahui sumber bunyinya. Gereja dalam dirinya sendiri, tanpa terbuka dengan dunia luar, Gereja sebatas altar. Gereja lengkap jika altar dan pasar, bertautan secara koheren-kompherensif. Tautan secara erat-tak terpisahkan. Karena itu, perayaan kebersamaan, yaitu Ekaristi mewujudkan persatuan dengan Allah Tritunggal Mahakudus dan mempunyai nilai ”Itae Missa Est.” Pergilah, kamu diutus.” Itu artinya bahwa setelah kita bersatu dengan Allah Tritunggal, kita bertemu dengan Allah, kita diharapkan membawa damai sukacita bersama Allah tadi dalam kehidupan nyata kita. Almahru