KRISTUS: PENGANTARA PERJANJIAN BARU
Misa sore di Gua Maria Sungailiat |
Musa, pengantara bangsa
Israel dengan Allah dalam Perjanjian Lama (PL). Kitab Keluaran dalam bacaan
pertama (Kel. 24: 3—8) melukiskan
perjanjian bangsa Israel dengan Allah; dengan pengantaraan Musa. Perjanjian itu
dengan darah korban. Korban yang disembelih kemudian darahnya dicurahkan diatas
mesbah. Ketika darah kurban itu tertumpah di atas mesbah, umat Israel yang
hadir menyerukan sikap setia mereka terhadap Allah. Korban lalu dibakar,
asapnya membubung tinggi ke atas tanda bahwa Allah merestui perjanjian
kesetiaan mereka.
Perjanjian Lama oleh bangsa Israel dengan Allah
itu, gagal ketika bangsa Israel tidak setia, tidak taat pada perjanjian.
Kesetiaan Allah terhadap umat, dinodai oleh ketidaksetiaan manusia. Surat
kepada umat Ibrani (Ibr. 9: 11—15) mengisahkan bahwa Perjanjian Lama itu
telah diganti dengan Perjanjian Baru. Kristus-lah pengantara Perjanjian Baru
itu. Kristus menebus Perjanjian Lama dalam darah korban dengan darah Yesus
sendiri. Darah-Nya tertumpah di atas salib menjadi tebusan dosa-dosa bagi
seluruh umat manusia. Bahkan bukan hanya itu, Kristus menyucikan fisik dan hati
nurani umat-Nya, supaya umat-Nya selamat dan hidup bersama Dia.
Kunjungan TK Bhayangkari ke Gereja Katolik Sungailiat (29/2/2012) |
Penyuciaan Kristus bagi umat-Nya dalam ”Tubuh
dan Darah-Nya” (Mrk. 14: 12—16, 22—26), yang setiap kali kita
terima. Inilah bukti kesetiaan Allah dan cinta ke-Putra-an-Nya untuk umat-Nya.
Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita menerima Tubuh dan Darah Kristus,
menandakan bahwa kita membangun kesetiaan dan menyucikan diri kita dihadapan
Allah. Kita tetap berpusat pada Kristus, ber-communio dengan-Nya dan akan
ber-communio dengan sesama sebagai bukti kesetiaan umat beriman kepada Kristus.
”Inilah Tubuh-Ku... dan Inilah Darah-Ku, Darah
Perjanjian Baru yang ditumpahkan bagi banyak orang. Lakukanlah ini sebagai
peringatan Daku.” Pesan Yesus ini mengingatkan kita akan peristiwa hidup kita
setiap hari, setiap kali kita hidup dalam persaudaraan dengan orang lain,
itulah makna kebersamaan kita dalam satu meja perjamuan Kristus. Itulah bukti
bahwa kita menghidupkan kesetiaan-persaudaraan dengan Allah dan sesama. ***
Komentar