Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM
Isi tulisan Mas Bambang Harsono:
Saya kutip kembali isi tulisan Mas
Bambang Harsono berikut ini: DOA HORMAT THS-THM. Manakah
yang benar mengenai doa singkat saat melakukan hormat organisasi?Doa-1:"Seluruh bumi, langit dan
alam seisinya, kupersembahkan kepadaMu, Allah Tritunggal Maha Kudus, yang
bersernayarn dan kupertahankan dalam hatiku".ataukah ini:Doa-2:“Terpujilah Allah Tritunggal Maha
Kudus, bersemayam dalam hatiku, akan kupertahankan selalu”.Mohon
pencerahannya…. Shalom.... Gloria....
Tahukah
kita dasar kedua doa ini?
Ketika saya membaca kedua doa yang ditulis Mas Bambang
Harsono di link FB Keluarga Besar THS-THM, jujur bahwa saya kembali disadarkan
untuk menyimak lebih baik dan dalam dari kedua doa tersebut dengan mengajukan
pertanyaan ini. Alfons Liwun: adakah
dasar dari kedua doa ini? Lewat beberapa menit kemudian Mas Bambang
Harsonomenjawab kepada saya demikian: saya
kurang tau pasti kak Alfons... mungkin seperti Aku Percaya bentuk panjang dan
bentuk pendek.... doa hormat ini seperti "chant" fungsinya....
Dokumen Pendadaran II di Ritapiret |
Sambil saya membaca dan kemudian merenungkan beberapa
jawaban lain dari saudara-saudariku, rupanya ada dua hal pokok yang muncul
didalam diri saya. Kedua hal pokok itu, antara lain. Pertama, orang menerima doa yang diajarkan namun lupa untuk membaca,
merenungkan, dan membandingkan dengan ‘tata gerak’ dari doa tersebut. Kedua, adakah dasar yang terdalam dari
penjelasan Dewan Pendiri (DP) pernah dibuat dalam bentuk tulisan cetak entah
dalam bentuk buku atau manukrip lainnya yang bisa menjadi dasar tertulis
sehingga dalam pelaksanaannya, tidak melenceng jauh dari dasar doa yang
diajarkan itu.
Refleksi
Pribadi atas kedua doa yang ditulis Mas Bambang Harsono
Pengalaman pribadi ketika mengikuti latihan dari Tim Rm. M.
Hadi S, tidak salah pada tanggal 2-6 Mei 1993 di Seminari Hokeng. Ketika itu,
yang pertama kali diajarkan adalah ‘tata gerak’ tubuh. Dalam doa singkat saat
melakukan hormat pada awal latihan:
a.
Peserta diajak berdiri siap –berdiri
tegak dengan kedua tangan mengapit kedua sisi tubuh kiri-kanan.
b.
Kedua tangan kiri kanan terentang
selurus bahu dengan telapak tangan menghadap ke bawah-ke bumi.
c.
Kedua telapak tangan dibalik ke
atas-menghadap langit,
d.
Digerakkan secara perlahan-lahan,
sampai kedua telapak tangan bertemu-berdiri tegak lurus badan.
e.
Setelah kedua telapak tangan bertemu
lalu digerakkan perlahan-lahan turun sampai di kepala sudah membentuk ‘burung
merpati’ dengan cara: ibu jari kanan
mengatup dan ditutupi oleh kedua jari kelingking dan jari manis, sedangkan jari
telunjuk dan jari tengah tetap berdiri, disanggah dengan telapak tangan kiri
pas di atas pergelangan tangan kanan.
f.
Gerakan kedua tangan tadi yang sudah
membentuk ‘burung merpati’ ditarik perlahan-lahan turun sampai di dada.
g.
Setelah itu kedua tangan kiri-kanan
kembali mengambil sikap siap semula.
dokumen Ritapiret Pendadaran II photo di Gua Maria Fatima, Lela |
Setelah tata ‘gerak tubuh’ ini diajarkan baru kemudian
diajarkan bahwa ‘gerak tubuh’ tadi diikuti dengan sebuah doa. Pertanyaannya disini: apa doanya? Doa yang
saya ingat waktu itu dan sampai sekarang saya masih pakai ialah ‘wahai bumi langit, bersatulah pada Allah
Tritunggal Mahakudus, bersemayam didalam hatiku dan kupertahankan seumur
hidupku.’Lalu, jika doa ini diintegrasikan di dalam gerak ‘tata tubuh’ tadi
maka menjadi: ‘wahai bumi’ (poin ‘b’), langit (poin ‘c’), bersatulah pada Allah
Tritunggal Mahakudus (poin ‘d’), bersemayam didalam hatiku dan kupertahankan
seumur hidupku (poin ‘e’ dan ‘f’). Gerakan doa di dalam hati yang
diintegrasikan dalam gerak ‘tata tubuh’ ini dilakukan oleh setiap peserta
dengan sikap ‘diam’. Sampai disini, sebenarnya apa maksud terdalam dari ‘doa
dalam diam yang diintegrasikan dengan gerak ‘tata tubuh’ pun dalam diam?
Makna Doa
dan Gerak ‘Tata Tubuh’ (bdk. Mazmur 8)
Aksi Nyata anggota THS Menanam pohon coklat di Mengkait |
Refleksi doa dan gerek ‘tata tubuh’ dalam THS-THM, saya membandingkannya
dengan doa dalam Mazmur 8. Jika kita membaca dan merenungkan dengan baik-baik,
perlahan-lahan terhadap Mazmur 8 ini, sebenarnya bahwa ada hal yang sangat
esensial didalam gerak ‘tata tubuh’ dan doa dalam THS-THM kita. Esensinya
demikian: Allah Tritunggal Mahakudus telah menciptakan semua alam raya: makhluk
human dan infrahuman. Makhluk human dan infrahuman ini selalu memuji dan
memuliakan Allah sepanjang zaman, tanpa henti.
Makhluk human, saya bandingkan dengan peserta THS-THM, yang
memuji dan memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus melalui doa-Kitab Suci,
latihan beladiri, rekreasi, dan membangun organisasi. Karya peserta THS-THM ini
dalam sepakterjangnya, harus dimakna sebagai ‘lumen’-cahaya dari Allah
Tritunggal Mahakudus. Sehingga kesetiaan, ketaatan, dan displin dalam THS-THM
pun harus selalu ditautkan dengan kesetiaan, ketaatan, dan disiplin hidup kita
kepada Allah Tritunggal Mahakudus.
Dengan begitu sikap dan doa serta gerak ‘tata tubuh’ kita
dalam THS-THM patut dimaknai sebagai berikut:
a.
Sikap doa manusia kepada Allah
Tritunggal Mahakudus adalah selalu siap. Siap disini adalah seluruh
tubuh tenang, hikmat, dan berkonsentrasi untuk membawa seluruh alam semesta
untuk bertemu dengan Allah Tritunggal Mahakudus. Mana bisa mau bertemu dengan
Allah Tritunggal Mahakudus, manusianya belum siap? Kan aneh sekali. Mau jumpa
para pejabat, rekan kerja, pacar, bos kerja, dan lain-lain saja, kita siap.
Bertemu dengan Allah Tritunggal Mahakudus yang adalah Penguasa seluruh bumi,
manusia harus siap ‘ala THS-THM’.
b.
‘Wahai bumi langit’, (poin ‘b’ dan ‘c’). Peserta mengajak seluruh makhluk (sesama anggota yang
hadir maupun yang tidak hadir-bahkan seluruh alam semesta beserta isinya) untuk
memuji dan memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus. Peserta yang mengajak itu
adalah manusia yang menjadi ‘wakil’ dari seluruh ciptaan Allah. Hanya manusia
yang berakal budi, memiliki dan selalu menyadari hal moral, berkehendak baik,
dan memiliki kemampuan lebih dari segala ciptaan lain.
Anggota THS-THM Anambas rekreasi di Air Terjun Tarempa |
c.
‘Bersatulah pada Allah Tritunggal Mahakudus’,(poin ‘d’). Isi ajakkan peserta itu memiliki arah yang jelas sebagai
orang beriman Katolik, untuk bersatu-bersekutu dalam Allah Tritunggal
Mahakudus-yang menjadi pusat dan sumber hidup iman kita. Disini patut dicatat
bahwa hanpa pada Allah Tritunggal Mahakudus-lah, satu-satunya sumber dan pusat
hidup iman Umat Katolik, tidak ada pusat dan sumber hidup iman kita yang
lain-lain.
Anggota THS-THM Anambas menumpang pulag ke Tarempa setelah pelatihan |
d.
‘Bersemayam didalam hatiku dan kupertahankan seumur hidupku’,
(poin ‘e’ dan ‘f’). Sebagai ungkapan iman pribadi dan
kolektetif , menjadikan Allah Tritunggal Mahakudus melalui simbol ‘burung
merpati’-Roh Kudus untuk masuk didalam diri saya, disini tidak hanya mengajak
Roh Kudus masuk dalam diri saya lalu membiarkan begitu saja Roh Kudus, tetapi
Roh Kudus yang sudah ada didalam diri saya, ‘kupertahankan seumur hidup saya.’
Jadi, makna yang lebih dalam dari itu ialah ‘saya yang sudah beriman kepada
Allah Tritunggal Mahakudus, kupertahankan dan kubawa dalam hidup saya hingga
mati. Disinilah ‘martyria’ saya diuji dalam melaksanakan karya hidup saya,
termasuk taat dan setia saya pada organisasi THS-THM dan lebih umum pada Gereja
Katolik dan Tanah Air.
Relevansi Doa singkat dalam THS-THM
Membangun sikap taat dan setia kepada pelatih, THS Ritapiret |
Doa ini dimulai pada awal latihan
dan kegiatan THS-THM dengan maksud: pertama, para peserta bersikap taat
dan setia kepada para pelatih. Sebaliknya, para pelatih sungguh-sungguh
menyiapkan latihan dengan baik, sehingga tidak salah, tidak menyimpang dari
yang diajarkan. Kedua, proses selama latihan atau kegiatan THS-THM mendapat
restu dan bimbingan serta berkat dari Allah Tritunggal Mahakudus. Ketiga,
diharapkan supaya para peserta dan pelatih sungguh mengungkapkan sikap ‘rasa
bersaudara’, ‘solidaritas’, ‘tidak bersikap sombong-rendah hati’, dan ‘saling
menerima satu sama lain’.
Penutup
Akhirnya saya mengucapkan terima
kasih kepada Mas Bambang Harsono yang sudah dengan kritis mengajukan pilihan
kedua doa di atas. Tidak lupa juga saya
mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudariku anggota THS-THM seluruh
dunia, yang sudah memberikan postingan yang berguna untuk dijadikan refleksi
dalam tulisan ini. Tulisan ini, hanya semacam refleksi pribadi. Jadi hanya
untuk menambah wawasan kalau masih bingung, dan menambah ‘ruang hati’ kita
ketika kita membaca dan merenungkan ini.
Salam Gloria.
Komentar