Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus 26, 2012

LAKUKAN DENGAN SETIA...

Gambar
Bersama anak TK berdoa di depan altar Kitab Suci adalah Allah yang menjelmah dalam Sabda, dan Sabda itu telah hidup dalam diri Yesus, wahyu Allah yang hidup. Maka ketika kita membaca dan mendengarkan Sabda Allah, sebenarnya Allah yang hidup dalam diri Yesus yang sedang bersabda dan mengajarkan kepada kita ajaran-Nya. Dengan kita membaca, merenungkan, menghayati dan melaksanakan Sabda Allah, Kitab Ulangan (4:1 - 2, 6 – 8) memuji kita sebagai orang yang memelihara Hukum Allah. Kita adalah orang yang meneruskan Sabda Allah itu dalam hidup. Sepadan dengan Kitab Ulangan, Rasul Yakobus (1:17-18,21b-22,27) pun menekankan makna terdalam dari membaca Kitab Suci. Kita tidak hanya membaca, tetapi hendaklah menjadi pelaku firman Allah. Jika kita hanya sebatas membaca tanpa merenung, menghayati dan melaksanakan firman Allah, kita adalah penipu. Disini, Rasul Yakobus meminta kita, bukan hanya mengajar tetapi teladan hidup,   jauh   lebih   bernilai   bila disandingkan dengan hanya

PERBAHARUI HATI DENGAN ROH KUDUS

Gambar
R efleksi atas perjalanan hidup bangsa Israel ditemukan ada pasangan surut dalam menjalin hubungan dengan Allah. Ketika mereka hidup dalam sukacita, gembira ria dan hidup dalam kemewahan karena kerja berhasil, Allah menjadi fokus utama dalam relasi hidup mereka. Misa Pentekosta di Paroki Belinyu Bangka 2012 Namun ketika hidup itu dipenuhi dukacita, penderitaan, dan banyak tantangan untuk meraih kesuksesan, mereka lupa akan Allah. Bahkan mereka mengutuk Allah, karena Allah tidak menolong mereka. Kitab Yosua (. 24:1-2a, 15-17, 18b) dalam bacaan pertama mengisahkan bagaimana Yosua menjadi pemimpin yang mengatur bangsa Israel untuk kembali membangun ibadah kepada Allah, walaupun hidup selalu dialami tidak seperti yang diharapkan. Membangun perjanjian dengan Allah berarti kembali kepada manusia baru seperti pada awal ciptaan Allah. Untuk bertahan dalam martabat ciptaan Allah, Paulus (Ef. 5: 21—32) memberikan sekurangnya dua tips dasar agar perjanjian dengan Allah tet

OMONG DOANK: SUKARELA...

Gambar
Kata “SUKA RELA” mempunyai nilai yang luar biasa dalam. Suka rela sama katanya dengan gratis. Bila kita memaknai kata ini maka suka rela adalah pemberian diri secara gratis. Wah…sama dengan Yesus. Memberikan diri-Nya secara gratis kepada manusia, menebus dosa-dosa manusia, yang seharusnya ditanggung manusia sendiri. Coba kata SUKA RELA itu, tidak ada RELA hanya ada SUKA saja, maka secara perlahan-lahan makna yang muncul adalah tidak gratis. Suka mempunyai nilai, mau, perlu dibayar, perlu ada imbalan. Apalagi dunia sekarang, tenaga, pikiran dan waktu selalu diperhitungkan. Coba kata SUKA RELA itu, tidak ada SUKA, hanya ada RELA aja. Maka yang ada dalam hati kita adalah suatu ketulusan, ikhlas. Rela, jarang terjadi. Tidak mungkin setiap kali, selalu rela. Artinya miskin-lah, tidak punya apa-apa. Jika tidak ada SUKA-RELA, sia-sia-lah penebusan Yesus bagi kita. Suka rela yang ditunjukkan-Nya, tidak kita teruskan. Maka pertanyaannya: bagaimana dengan misi kita sebagai orang k