PERBAHARUI HATI DENGAN ROH KUDUS
Refleksi atas perjalanan hidup bangsa Israel ditemukan ada pasangan surut dalam menjalin hubungan dengan Allah. Ketika mereka hidup dalam sukacita, gembira ria dan hidup dalam kemewahan
karena kerja berhasil, Allah menjadi fokus utama dalam relasi hidup mereka.
Misa Pentekosta di Paroki Belinyu Bangka 2012 |
Namun ketika hidup
itu dipenuhi dukacita, penderitaan, dan banyak tantangan untuk meraih
kesuksesan, mereka lupa akan Allah. Bahkan mereka mengutuk Allah, karena Allah
tidak menolong mereka.
Kitab Yosua (.
24:1-2a, 15-17, 18b) dalam bacaan pertama mengisahkan bagaimana Yosua menjadi
pemimpin yang mengatur bangsa Israel untuk kembali membangun ibadah kepada
Allah, walaupun hidup selalu dialami tidak seperti yang diharapkan. Membangun
perjanjian dengan Allah berarti kembali kepada manusia baru seperti pada awal
ciptaan Allah.
Untuk bertahan dalam martabat ciptaan Allah, Paulus (Ef. 5: 21—32)
memberikan sekurangnya dua tips dasar agar perjanjian dengan Allah tetap
bertahan. Dua tips itu aadalah rendah hati dan saling mengasihi seperti relasi suami
isteri. Rendah hati sama dengan tidak sombong. Bisa dijalankan.
Tetapi bertahankah kita untuk bersikap rendah hati? Saling
mengasihi seperti hidup suami isteri, begitu relasi yang diajar Paulus dan
mudah untuk diikuti. Namun, bertahankah kita dalam saling mengasihi satu
terhadap yang lain walau dalam penderitaan?
Agar tetap bertahan
dalam relasi dengan Allah, Yesus (Yoh. 6: 60—69) tampil dan memberikan
diri-Nya. Diri-Nya adalah Roti hidup; yang memberikan semangat untuk tetap
bertahan dalam kasih dengan Allah. Roti hidup yang telah disantap akan
mengalirkan kekuatan bagi jiwa. Jiwa seperti disegarkan kembali. Roh yang beri
hidup. Dalam Roh, raga tertopang dan tegak berdiri dan berkarya. Tanpa Roh,
raga tidak mempunyai nilai guna. Karena itu, hendaknya selalu perbaharui hidup
dalam Roh. ***
Komentar