AsIPA II INTERNATIONAL DI BATAM (13-21 NOVEMBER 2011)

SHARING PENGALAMAN
“VISITASI PESERTA AsIPA II INTERNASIONAL
KE KBG BATAM”

AsIPA II di Batam Harumkan Nama Keuskupan Pangkalpinang di Level International” saya ingin mensharingkan pengalaman selama mengikuti proses pertemuan AsIPA II tersebut. Mudah-mudahan sharing pengalaman saya ini berguna bagi kita semua yang membacanya.

Pertemuan AsIPA II di Batam

Selama ini pertemuan AsIPA berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di Asia. Tanggal 13-21 Oktober 2011, Indonesia khususnya Keuskupan Pangkalpinang didaulatkan menjadi tuan rumah temu AsIPA II. Karena menjadi tuan rumah, maka tuan rumah pun membutuhkan waktu dan tenaga untuk pelaksanaan temu AsIPA II. Rm. Frans Mukin dan Rm. Poya selaku Deken Selatan dan Utara ditugaskan Bapa Uskup untuk menyiapkan kepanitiaan pelaksanaan pertemuan. Tidak heran, pertemuan yang berlevel International itu berjalan dengan lancer dan aman-aman saja.

Pertemuan dilaksanakan di Hotel Pasific Sei Jodoh Batam. Peserta pertemuan sebanyak 62 orang yang berasal dari 11 negara di Asia seperti Korea, Singapura, India, Srilanka, Taiwan, Philipina, Thailand, Malaysia, Hongkong, Mynmar dan Indonesia. Peserta terbanyak yang diutus dari Indonesia, Pangkalpinang, 18 orang, menyusul dari Thailand sebanyak 16 orang. Sedangkan negara-negara lain hanya mengirim 1 sampai 5 orang. Banglades yang seharusnya mengutus 9 orang, dinyatakan batal karena terkendala visa masuk ke Indonesia.

AsIPA: apa itu?

Asian, Integral, Pastoral, Approach atau sering disebut Pendekatan Pastoral secara Integral di Asia. AsIPA lahir pada tahun 1993 di Malaysia. Produk dari kerjasama Federation Asian Bishop’s of Conferences (FABC) khususnya Komisi Perkembangan Manusiawi dan Komisi Awam. Lahirnya AsIPA mendukung pernyataan akhir para uskup Asia  dalam Sidang Paripurna kelima di Bandung, Indonesia tahun 1990.

Hampir kebanyakan orang di komunitas basis kita ketika mendengar AsIPA, pikiran terarah kepada metode sharing Injil 7 Langkah. Benar! Tapi, sebenarnya sharing Injil 7 langkah hanyalah satu bagian kecil dari modul-modul yang disiapkan oleh para anggota tim AsIPA.

Dalam AsIPA, dikenal empat modul yaitu modul A-D. Modul A sebanyak delapan kali pertemuan yang membahas langkah demi langkah sharing Injil, metode bercermin pada Kitab Suci dan metode melihat-mendengar-mencintai Sharing Injil atau sering dikenal kesadaran-refleksi-aksi. Modul B sebanyak dua belas kali pertemuan. Modul ini mengajak peserta mengerti dan memahami apa itu Komunitas Basis Gerejawi. Bagaimana sebuah komunitas basis dikelola dengan baik dan bertumbuh dalam relasi dengan Allah dan keterkaitannya yang erat dengan Gereja universal.

Selain modul tadi, masih ada modul C dan D. Modul C mengajak para peserta pelatihan untuk mengerti dan memahami sebuah Gereja Partisipatif. Bahwa Gereja Partisipatif adalah Umat Allah. Para pastor, biarawan-biarawati, dan kaum awam bersama-sama dalam persekutuan mengambil bagian dalam tugas perutusan Kristus baik di komunitas basis maupun di paroki. Bersama-sama mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan dan mewujudkannyatakan Gereja Partisipatif. Dalam kebersamaan itu, karunia-karunia Roh yang ada dalam diri tiap-tiap pribadi memungkinkan untuk berpartisipasi dalam sebuah Gereja Partisipatif. Dan modul D berbicara tentang Kepemimpinan dalam Gereja Partisipatif. Modul ini tidak mengenal kepemimpinan otoriter atau yang mendominasi, namun kepemimpinan yang partisipatif, yang memberi arah. Kepemimpinan yang mampu mengumpulkan banyak kharisma dan mampu membedakan kemampuan setiap anggota untuk menangani bermacam karya pelayanan berdasrkan kharisma-kharisma yang diterima dari Allah.

Dari modul-modul yang disiapkan oleh Tim AsIPA, cocok untuk kita di Keuskupan Pangkalpinang. Cocok karena hasil Sinode II kita pun mempunyai arah yang sama yaitu pemberdayaan Komunitas Basis sebagai bagian yang utuh dari paroki dengan berpusat pada Tritunggal Maha Kudus. Modul ini hemat saya, sangat cocok untuk membangun kesadaran agen pastoral khususnya para pastor yang menangani parokial. Tanpa keterlibatan para pastor akan kesadaran baru dalam modul-modul AsIPA, saya pikir agen pastoral yang lain akan “macet.”


Visitasi Peserta AsiPA II ke Paroki dan KBG Paroki Damian

Ke-62 peserta AsIPA II dibagi dalam tiga kelompok, berdasarkan tiga paroki di Batam yang mau dikunjungi. Ada 16 peserta mengungjungi KBG-KBG di Paroki Damian. 16 peserta lagi mengunjungi paroki Tembesi dan 23 peserta yang lain mengungjungi paroki Tiban.

Kunjungan peserta AsIPA ke ketiga paroki disambut hangat oleh umat di masing-masing paroki. Mengana tidak? Peserta dijemput pakai mobil-mobil pribadi di hotel pada minggu pagi (16/10). Setelah sampai di paroki, disambut oleh para penerima tamu di gereja. Ada peserta yang masih menunggu waktu misa sambil duduk di pastoran, tapi ada yang langsung masuk ke dalam Gereja. Tempat duduk pun disiapkan secara khsusus. Sedangkan peserta pastor langsung masuk sakristi memakai perlengkapan misa untuk misa konselebran. Suasana di dalam Gereja menjadi lain. Apalagi koor misa minggu itu, misalnya di Paroki Damian begitu merdu dan membahana dalam Gereja. Sampai-sampai Rm. Frans Mukin pun mengakui kehebatan koor yang menyanyikan lagu-lagu Gregorian. “Koor itu begitu hebat, tapi bukan koor paroki. Koor itu dari Stasi Kabil."


Kunjung ke KBG-KBG

Kunjung ke KBG-KBG adalah suatu kesempatan yang bagus. Mengapa? Karena di sana, di KBG-KBG kami menyaksikan kehidupan berkomunitas secara lebih dekat. Kami melihat bahwa umat yang tiap hari minggu ke gereja paroki, mereka menjalankan misi hidup sebagai satu anggota komunitas. Misalnya, tiap-tiap anggota bekerjasama untuk mensukseskan sharing Injil di komunitas dengan keterlibatan semua anggota keluarga untuk hadir dalam sharing Injil, orangtua mengantar anak-anak mereka untuk mengikuti sekolah minggu di komunitas pada setiap hari minggu siang atau sore. Bp. Ruben Tarigan, salah satu anggota dan pengurus KBG St. Kanisius Botanawa, menceritakan seputar keterlibatannya. "Saya sudah aktif di KBG sejak 1989 saat itu saya dan tiga keluarga lain membentuk KBG Kanisius ini. Waktu itu kami baru empat KK sekrang sudah 90-an KK. Komunitas ini semakin berkembang. Disamping itu kami juga tiap sore antar anak-anak untuk ikut sekolah minggu. Kelihatan kami begitu sibuk, tetapi kami percaya bahwa Allah selalu hidup dalam diri kami."

Berbeda dengan pengalaman Bp. Ruben, Bp. Marianus Aritonang, salah seorang pengurus KBG Kanisius bahwa ketrlibatan kami karena panggilan Yesus terhadap diri saya. Saya bekerja dan bekerja tetapi tidak melupakan Tuhan, juga kegiatan KBG. 

Mudah-mudahan kedepan KBG St. Kanisius pun semakin berkembang.
Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik