"AKU ADALAH HAMBA ALLAH"


Renungan Minggu 23-24 Juni 2012

Pemandangan dari Terempa ke Air Sena Kep. Anambas Kep. Riau
Nabi Yesaya dalam Yes. 49: 1- 6, menceriterakan bahwa sejak dalam kandungan ibunya, ia telah dipanggil Allah. Panggilan Allah atas dirinya dimaksudkan untuk sebagai seorang hamba Allah, yaitu nabi Allah. Seorang hamba Tuhan, dipanggil Tuhan mewartakan kabar sukacita kepada semua orang. Yesaya tampil kehadapan Israel dengan banyak keraguan. Bahwa ia masih kecil, tidak mampu berbicara, dan takut dengan situasi bangsanya saat itu.

Namun dalam situasi demikian, Allah yang memanggilnya itu senantiasa mendampinginya. Sehingga, ia sendiri dalam pewartaannya, tanpa sadar laksana ”anak panah yang runcing” yang mampu menembus keresahan hati umatnya dan mendorong umatnya untuk keluar dari belenggu hidup mereka. Dalam situasi demikian, banyak godaan dan tantangan, ia sendiri dilindungi Tuhan seperti anak panah ada didalam kotaknya. Dalam keadaan yang maha berat yang menghadapi situasi umat yang tegar tengkuk, Yesaya mau melayani Tuhan dengan banyak kekurang dalam dirinya.

Pemuda Kawaliwu di Pantai Sinar Hading Kawaliwu
Seperti Nabi Yesaya, Para rasul pun dipanggil Yesus untuk menjadi hamba-Nya. Mereka dipanggil dari situasi keluarga dan latar belakang budaya yang berbeda. Dalam perbedaan itu, mereka tetap setia dan bersatu dengan Kristus Yesus. Seperti Daud keturunan Isa, (Kis. 13: 22-26) mereka pun menyatakan diri bahwa mereka adalah saksi Yesus. Dan karena itu pewartaan mereka adalah pewartaan Kabar Gembira dari Allah.

Penginjil Lukas, (Luk. 1: 57-66,80), melukiskan secara eksplisit, Yohanes Pembaptis sebagai nabi terakhir Perjanjian Lama dan mengawali Perjanjian Baru. Bukan hanya itu, ia adalah seorang hamba Allah. Sebagai seorang hamba Allah, ia meninggalkan keluarganya dan pergi ke padang gurun.

Ia pergi ke padang gurun untuk menyiapkan dirinya, untuk menjadi seorang hamba Allah. Di padang gurun, ia mengikuti sekolah iman dari Allah. Di padang gurun, ia melatih pastoralnya untuk bagaimana berbicara dan menampilkan diri di depan umum. Maka dengan semangat dari perjuangannya di padang gurun, Yohanes muncul tema ”pertobatan” yang diusunginya ketika ia berkatekese dengan orang di sungai Yordan. "Bertobatlah...berilah dirimu dibaptis...Allah akan mengampuni dosamu." Tobatnya, pembaharuan hidup dari hidup usang menjadi hidup baru. Dan hidup baru yang dikehendakinya itu adalah hidup dalam 'Roh Kudus dan air" yang diperbaharui oleh Yesus.

Seperti Yesaya, para rasul, dan Yohanes Pemandi, kita pun telah mengambil tugas dari Yesus untuk menjadi seorang nabi, hamba Allah. Bersedia mewartakan Kabar Gembira kepada sesama kita di dalam masyarakat yang lebih luas. Beranikah kita menjadi hamba Allah dengan harta yang terpendam dalam diri kita? ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik