MUJIZAT ITU NYATA
Adolf. Heuken
SJ dalam Ensiklopedi Gereja III (1993) memberikan pemahaman kepada kita tentang
mujizat sebagai berikut. ”Mujizat adalah tanda yang menampakan kekuasaan Allah
yang menyelamatkan. Selain itu, mujizat adalah kejadian yang tidak dapat
diterangkan oleh pengalaman kita yang berdasarkan pengamatan alam dan karena
itu bersifat luar biasa.”
Lebih lanjut,
pastor SJ itu menegaskan, ”Peranan mujizat ialah membuka hati dan akalbudi
manusia supaya mengambil sikap positif terhadap tindakan dan Sabda Allah.
Mujizat tidak memaksa orang untuk percaya namun memanggil manusia untuk
menerima pesan Allah.”
Bacaan-bacaan
suci minggu ini (HM. Biasa XVII-28-29/7/2012) mengedepankan suatu peristiwa
harian yang direfleksi lebih dalam mengandung suatu mujizat. Kejadian yang
begitu manusiawi sekali itu adalah ”makan - makanan.” Dalam peristiwa makan itulah, Allah hadir dan menyertakan campurtangan-Nya.
Allah hadir dan membuka mata hati setiap manusia untuk menerima pesan yang
disampaikan Allah melalui peristiwa makan.
Makan, secara
biologis dipaham untuk mengeyangkan rasa lapar. Bunyinya pemahaman ini agak
duniawi. Tetapi makan sebenarnya adalah Allah mau membagi kemurahan-Nya melalui
bahan makanan bagi manusia yang sudah kooperatif dengan Allah dalam membangun
dunia, begitulah bacaan pertama menegaskan (2Raja-raja 4:42-44).
Selain itu,
dalam bacaan kedua (Ef. 4:1-6) melukiskan, peristiwa makan, menunjukkan Allah
hadir dan bersama manusia memelihara ikatan kesatuan, baik antar sesama maupun
dengan Allah sendiri. Dan dengan lebih tegas, Yohanes (6:1-15), menunjukkan
suatu kejadian yang luar biasa dalam tulisannya bahwa makan bersama yang diadakan
Yesus di Gunung Horeb itu telah mendatangkan kebersamaan, persatuan, dan
komunio yang saling berbagi.
Dalam
kebersamaan-Nya dengan khalak ramai yang datang, termasuk perempuan dan
anak-anak kecil yang hadir, Yesus mau menyatakan bahwa kebersamaan umat dengan
diri-Nya adalah sebuah Gereja. Gereja perlu pemersatu. Dan pemersatu yang inti
itu adalah ”makan bersama” dan ’kesatuan Gereja dengan hierarkinya” yaitu para
rasul dan pendiri Gereja itu sendiri.
Mujizat 5 ketuk
roti dan 2 potong ikan, sama dengan 5000 laki-laki menunjukkan bahwa kehadiran
Kristus dalam peristiwa itu menghadirkan anugerah yang luar biasa bagi manusia,
bagi Gereja-Nya. Memang benar bgeitulah, mujizat itu nyata! Maka pertanyaan
refleksi untuk kita adalah ”apakah sebagai orang Katolik yakin bahwa Allah dalam
diri Yesus selalu hadir dalam hidup kita? Apakah kita selalu berpusat pada-Nya,
membangun communio dengan Yesus dan sesama serta bermisi bagi dunia seperti
anak kecil yang sanggup memberi dari kepunyaannya sendiri? ***
Komentar