GUNAKAN WAKTU YANG ADA
Orang Yahudi kuno mempunyai dua pandangan terhadap waktu.
Waktu sebagai Chronos dan waktu sebagai Chairos. Waktu sebagai
chronos, sederhananya adalah waktu secara kronologis. Misalnya waktu pagi,
siang, senja, malam, dini hari, pagi lagi....dan seterusnya. Waktu sebagai
chairos, saat di dalamnya dimaknai sebagai waktu keselamatan. Disaat-saat itu
setiap peristiwa yang terjadi dan terlaksana dengan baik dimaknai sebagai waktu
penyelamatan.
Berlatar belakang
atas waktu ini, kita diundang untuk melihat peristiwa yang terjadi dalam
bacaan-bacaan suci kita hari ini. Kitab Amsal adalah sebuah kitab nasihat
dengan pola bahasa sastra yang dalam. Undangan untuk menikmati perjamuan makan,
dimaknai sebagai sebuah peristiwa keselamatan (Ams, 9:1-6). Di dalamnya Allah yang mengundang
umat-Nya untuk duduk makan bersama. Kepada setiap undangan, Allah meminta untuk
menanggalkan pola pikir yang lama
(kebodohan) dan hendaknya mengikuti jalan pikiran yang baru. Itu artinya,
manusia diundang untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Paulus dalam
pidotonya kepada umat di Efesus (Ef. 5:15-20), meminta supaya memanfaatkan waktu yang diberikan
Tuhan dengan sebijaksana mungkin. Paulus menyebutnya ”waktu yang ada itu
diusahakan dipakai untuk mengerti kehendak Allah.”
Yohanes memaknai
kebersamaan hidup dalam persekutuan dengan perjamuan bersama. Dalam perjamuan
itu, Allah memberikan diri-Nya, wujudnyata dalam diri Yesus (Yoh.6:51-58). Yesus, roti yang
hidup. Makan bersama merupakan peristiwa pemenuhan waktu chronos dan chairos.
Waktu dimana Allah mewujudkan diri secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka
percaya kepada-Nya, kita akan selamat. Dengan percaya, kita berpusat pada
Yesus. Dalam waktu chronos dan chairos, Yesus kita jumpai dan menyertai kita. ***
Komentar