MENJADI MURID PILIHAN YESUS
Benarkah kita semua
ini dipilih Tuhan untuk menjadi murid-Nya? Pertanyaan ini ditujukan kepada kita
untuk merefleksikan jawaban kita atas pilihan Tuhan pada pribadi kita sebagai
murid-Nya.
Menjadi pilihan
Tuhan itu pertama-tama karena kemauan Tuhan, bukan karena kemauan diri sendiri.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Tuhan yang
memilih kita dengan menaruh Roh-Nya didalam diri tiap-tiap kita. Dan Roh-Nya
yang ada dalam diri kita itu akan mengarahkan daging kita untuk tetap bersatu
dengan Dia.
Dalam proses mengarahkan antara keinginan daging dengan keinginan Roh,
Kitab Bilangan (11: 25 – 29) menguatkan kita bahwa Musa adalah teladan
bagi kita. Musa, orang yang mampu mengalahkan keinginan dan memberikan ruang
dalam dirinya untuk Roh Allah berkarya. Karena itu, Roh yang ada padanya
dibagikan kepada umat Israel yang lain sehingga sama-sama menjadi pemimpin dan
pewarta bagi Allah. Ternyata apa yang dilakukan Musa tidak disetujui oleh
Yosua. Yosua bersikap untuk mempertahankan status quo Roh Allah, agar tetap
dimiliki oleh mereka yang dipilih secara khusus oleh Allah. Yosua mau supaya
Roh yang sama itu tidak dibagikan kepada umat Israel yang lain. Dengan sikap seperti ini, Yosua secara tidak langsung menghambat karya
Allah.
Mirip dengan ini, Rasul Yakobus (5: 1 – 6) mengingatkan orang-orang
yang kaya, supaya kekayaannya yang didapat dari usaha banyak orang yang bekerja
baginya itu, dibagikan kepada para pekerja sesuai dengan usahanya sendiri. Artinya
kekayaan bukan nilai utama tetapi lebih pada membantu keselamatan orang lain;
orang pun perlu dihargai semestinya. Menumpuk kekayaan yang begitu banyak akan
membuat hidup menjadi tidak nyaman. Kekayaan yang ada didapat dari karya Allah,
karena itu karya Allah itu pun perlu dirasakan oleh banyak orang.
Persis dengan kisah
bacaan pertama dan kedua, Markus (Mrk. 9:38-43,45,47-48), menampilkan
sikap ketidak-sukaan para Murid Yesus terhadap orang lain yang mampu membuat
mukjizat demi nama Yesus. Bagi para murid, orang yang beda dengan kelompok
mereka bukan menjadi murid Yesus. Yang menjadi murid Yesus harus masuk menjadi
anggota kelompok mereka. Namun, pola berpikir yang demikian justru tidak
dikehendaki oleh Yesus. Yesus mengajak para murid-Nya untuk berpikir positip
demikian. ”Yang berbuat baik dan benar adalah murid-Ku.” Bukan persoalan orang
itu menjadi anggota kelompok murid atau tidak.
Menjadi murid
pilihan Allah mengutamakan kebaikan dan keselamatan
orang lain. Ini keutamaan yang perlu dikembangkan dalam hidup kita sehingga Roh
Allah yang ada di dalam diri kita, tidak sirna. Semakin berbuah banyak bagi sesama
yang ada di sekitar kita. ***
Komentar