“BELAJAR PADA SANTA PERAWAN MARIA PENGANTARA SSEGALA RAHMAT (PSR) UNTUK MEMBANGUN KELUARGA DAN KBG”

Modul Katekes Umat, 8 Mei 2013
Pesta Pelindung Paroki Sungailiat, Santa Perawan Maria “PSR”

Pengantar
Tema umum modul ini adalah “Belajar pada Santa Perawan Maria “PSR” untuk Membangun Keluarga dan KBG.” Didalam tema umum ini termaktup dua hal, yaitu (1). diajak untuk kita membangun keluarga dan KBG dan (2). kita bisa membangun keluarga dan KBG bila kita belajar dari santa pelindung paroki kita, Santa Perawan Maria Pengantara Segala Rahmat.


Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD resmi Gua Maria PSR Sungailiat
Walau ada dua hal yang boleh kita dapat dari tema umum ini, tetapi harus dipikirkan bahwa tema umum itu pun harus dilihat dalam konteks kekinian. Apa yang dimaksudkan dengan konteks kekinian? Bahwa tema itu dibicarakan dalam kurun waktu bulan Mei 2013. Di bulan Mei, tuntutan universal adalah Tahun Iman, karena itu dalam tema itu perlu disandingkan dengan Tahun Iman yang sudah dimulai oleh Paus Emiritus Benediktus XVI pada tahun 2012. Selain Tahun Iman, bulan Mei pun bulan Maria. Dalam konteks nasional, bulan Mei adalah bulan liturgi (Bulinas). Karena itu, tema umum tadi diharapkan mencakup pula beberapa tema khusus yang telah disampaikan itu.

Berdasarkan tema umum, modul pertemuan dibuat dalam empat subtema sekaligus empat kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan subtema pertama terjadi tanggal 8 Mei diseluruh KBG. Artinya pertemuan pertama ini sekaligus menjadi kebersamaan untuk kita dalam KBG. Di tiap-tiap KBG serentak diadakan pertemuan dan karena itu akan ada juga pendamping tambahan yang berasal dari KBG lain jika di KBG bersangkutan tidak ada atau ada fasilitator tetapi dalam arti belum siap.

Keempat subtema itu adalah: (1). “Maria PSR : Teladan Orang Yang Beriman” (2). “Maria: Ibu Yang Berani Membuka Hati” (3). “Keluarga Katolik Dewasa ini Bercermin pada Keluarga Kudus Nasareth” (4). “Maria: Teladan Partisipatif dalam Komunitas Basis Perdana” Dalam konteks keempat subtema inilah, harus kita sadar bahwa kita patut belajar dari Maria tentang pengalaman-pengalaman hidupnya baik bersama Yesus, Puteranya maupun bersama para rasul dan para gembala serta masyarakat Yahudi pada umumnya.

Makna dan Nilai:
Belajar berarti mau menjadi murid. Dalam belajar, murid sungguh-sungguh ikutserta dalam pertemuan dan pokok pembicaraan yang dibahas. Sehingga makna dari belajar betul-betul dihayati dan nilai-nilai dari belajar bisa dihidupkan dalam setiap perjalanan hidup yang dijalankan oleh orang tersebut. Dalam konteks belajar, sesuai dengan tema umum kita, kita mempunyai dua hal dasar yaitu diajak untuk membangun keluarga dan KBG dan sebelumnya kita belajar dari Santa Maria PSR.

Belajar pada Santa Perawan Maria PSR, sesuatu yang semestinya dilakukan. Sehingga semangat pelindung menjadi semangat semua umat katolik Paroki Sungailiat. Terus terang saja bahwa, sejak saya datang ke Paroki Sungailiat (3/1/2005), belum pernah Paroki Sungailiat merayakan pesta pelindungnya, apalagi dengan katekese tentang pelindung paroki. Mungkin ini baru pertama kali. Selama ini yang sering kita rayakan adalah pesta ulang tahun paroki yang biasanya jatuh pada tanggal 16 Juli. Pesta ini konon, sebagai pesta “peletakan batu pertama pembangunan gereja” Paroki Sungailiat. Peletakkan batu yang pertama pembangunan gereja itu ternyata bukan sesungguh gereja sebagai bangunan. Namun, justru pada tanggal itu orang katolik yang pertama dibaptis di Stasi Sungailiat (16/7/1933). Waktu itu Sungailiat masih sebagai salah satu stasi Paroki Katederal St. Yosep Pangkalpinang.

Belajar pada Santa Perawan Maria, kita memulainya dengan “Maria PSR: Teladan Orang Beriman.” (Yoh.2:1-11). Maria, orang pertama yang beriman kepada Yesus. Tanpa beriman pada Yesus, tidak ada kata-kata Maria yang diucapkan kepada para pelayan. Maria bisa berkata-kata kepada para pelayan, “apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu”, lahir dari bukan karena kedekatan biologis tetapi karena percaya kepada Yesus. Kepercayaannya membakar semangat untuk berani mengatakan kepada para pelayan. Dan hebatnya, para pelayan pun melakukan apa yang diperintahkan kepada Yesus. Maria sungguh beriman, dan imannya telah membawa para pelayan, tuan pesta serta para tamu undangan untuk bertemu dengan Yesus. Mereka semua menyadari bahwa dalam pesta itu, ternyata Yesus hadir dan menyertai mereka. Iman tumbuh dalam diri sendiri berkat orang lain. Iman menghantar orang lain bertemu dengan Yesus. Iman, menyelamatkan diri sendiri dan sesama.


KBG Sta. Theresia 2 Pemali
Selain kita belajar pada Maria soal bagaimana iman atau beriman, kita pun belajar lagi pada Maria tentang iman atau beriman itu, semestinya sampai pada membawa perubahan didalam diri sendiri. Iman menggoncangkan diri sendiri dan berakar didalam diri sendiri. Iman atau beriman membawa perubahan yang positif. Perubahan itu adalah “Maria: Ibu Yang Berani Membuka Hati”. (Luk.2:13-20). Dalam kesederhanaannya, Maria mau menerima para tamu yang datang mengunjunginya. Dalam situasi yang miskin dan tidak punya apa-apa, keluarga kudus khususnya Maria mau menerima para gembala yang datang menemui Yesus. Kekuatan iman Maria, mengubah cara pikirnya untuk menerima siapa saja yang mau datang kepada Yesus. Dan ini ditiru Yesus selama hidupnya. Yesus mau menerima dan bergaul dengan siapa pun juga, baik yang baik dan bijak maupun yang kotor dan bodoh. Benarkah bahwa iman atau beriman membawa perubahan dalam diri sendiri seperti Maria?


Aksi Tiga Raja di KBG-KB
Dari hasil belajar “Maria PSR: Teladan Orang Beriman” dan “Maria: Ibu Yang Berani Membuka Hati” , kita coba melihat situasi keluarga katolik dalam paroki kita dewasa ini. (sejenak merenungkan keadaan keluarga masing-masing). Dari hasil permenungan sejenak, kita diajak sebagai satu keluarga untuk mengupas “Keluarga Katolik Dewasa ini Bercermin pada Keluarga Kudus Nasareth”. (Mat. 2:13-15). Ternyata untuk membuktikan iman itu kuat atau tidak, keluarga kudus Nasareth dituntut oleh kekuatan dan kekuasaan Herodes untuk mengungsi ke Mesir. Mengungsi ke Mesir dalam waktu yang singkat, sebuah perjuangan yang tidak mudah. Apalagi jalannya jauh dan menjadi orang asing disana. Karena itu, Maria dan Yusuf sekali-kali harus berjuang untuk merawat dan menjaga sang bayi Yesus. Jika “kekuatan dan kekuasaan Herodes” diandaikan dengan kekuatan dan pengaruh globalisasi dewasa ini yang menerobos masuk ke dalam keluarga katolik, apa yang terjadi? Apakah keluarga katolik harus membiarkan begitu saja? Tentu tidak! Keluarga katolik dewasa ini perlu dan harus membutuhkan “payung” yang tahan uji.

Terakhir yang patut kita belajar dari Maria adalah “Menjadi Teladan Partisipatif dalam Komunitas Basis Perdana” (Kis.2:41-47). Memang peran Maria tidak banyak dikisahkan dalam Kitab Suci kita, setelah Yesus naik ke Surga. Namun, kita perlu menggalinya dengan lebih jauh lagi. Kisah “Cara Hidup Jemaat Perdana” merupakan cara hidup yang didorong dan didukung oleh kehadiran Maria dalam setiap perjalanan hidup komunitas basis perdana. Kehadiran Maria disana, tentu membangkitkan semangat hidup para rasul dan keluarga Maria. Sehingga mereka sehati sejiwa membangun komunitas basis bahkan membawa misi keluar dari Yerusalem untuk bangsa-bangsa lain. Sekali lagi, semangat Marianis mengantar orang lain untuk berjumpa dengan Yesus, Sang Juruselamat.

Spiritualitas
Makna dan nilai-nilai yang kita belajar dari Maria, kita boleh merumuskan apa yang sebenarnya menjadi spiritualitas atau semangat Marianis untuk kita melanjutkan karya sebagai satu umat Paroki Sungailiat yang berpelindungkan Maria. Rumusan spiritualitas Marianis boleh kita deretkan satu persatu di bawah ini:

1. ....................................................................................................................................

2. ....................................................................................................................................

3. ....................................................................................................................................

4. ....................................................................................................................................

5. ....................................................................................................................................

Pastoral Gereja / Katekese Berlanjut...
Setelah kita belajar pada Maria dari subtema yang satu ke subtema yang lain, sampai subtema ke-4, satu pertanyaan dasar untuk kita “apa yang semestinya kita buat bersama-sama” untuk membangun hidup beriman dalam keluarga dan komunitas basis kita dewasa ini? Rencanakan dengan matang apa yang perlu dilakukan.

Rencana itu harus berjangka pendek dan panjang sehingga merangkul semua keluarga dan anggota KBG. Bila ini diperhatikan dan tekun untuk membicarakan rencana serta dengan sekuat tenaga mau maju membangun KBG, maka saya dan anda yakin KBG kita akan setara dengan Komunitas Basis Perdana.

Penutup
Belajar pada Maria adalah suatu pekerjaan yang mudah. Merasa sulit bila hasil dari belajar berupa makna dan nilai-nilai dipraktekkan dalam hidup. Lebih banyak berjalan dijalan Tuhan tetapi berjalan dalam kesendirian. Merasa sulit jika semangat hidup Maria yang sudah kita akui dan paham, tidak dilaksanakan baik dalam keluarga maupun dalam KBG. Jika dalam keluarga dan KBG tidak dijalankan, apakah betul bahwa dalam diri kita sungguh-sungguh dijalankan? Mari, kita terus menerus belajar pada Maria. Biar iman kita semakin hari semakin maju, berubah dalam deretan waktu. **al**

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik