TIM AsIPA PAROKI SUNGAILIAT DAN PROSES BELAJAR MODUL UNTUK PENGEMBANGAN KBG
Pengantar
Tim Sharing Injil di KBG Sta. Sisilia |
Sebagai sebuah tim hadir di Paroki
Sungailiat sejak tanggal 16 November 2011, setelah mengikuti seminar AsIPA
Intenasional II di Batam, 13-20 Oktober 2011. Inspirasi dari seminar di Batam, setelah
kembali ke Paroki, kami mulai belajar di Teras Susteran AK, Jl. Maria Goretti
Sungailiat. Kami mulai mendalami modul AsIPA A1-A8. Lama belajar mendalami
modul A1-A8, ternyata lama, lebih kurang setahun. Lama belajar ini karena
muncul banyak pertanyaan dari beberapa anggota tim. Banyak pertanyaan yang
muncul, kami berusaha untuk menjawabinya dengan berdasarkan modul-modul yang
ada.
Setelah mendalami modul A, mulailah kami
mengaktualisasi Sharing Injil Tujuh Langkah, pertama-tama internal tim. Prinsip
kami waktu itu tim harus menguasai dulu, kemudian dibawa keke KBG-KBG kami
masing-masing. Supaya tim bisa menjalankannya, kami pun menguji cobanya. Lama
uji coba inipun, cukup lama, hampir setengah tahun dijalankan setiap minggu. Selama
ujicoba ini pun masih ada banyak pertanyaan yang muncul. Lambat laun, mengalami
proses pembaharuan dengan teks-teks Kitab Suci yang kami pakai untuk Sharing
Injil. Itu artinya, pembaharuan diri dalam tim karena Sabda Allah. Allah-lah
yang menjawabi seluruh pertanyaan kami selama dalam proses ini. Setelah
semuanya berjalan lancar dan baik, tim turun ke KBG-KBGnya. Tim berproses lagi
di dalam KBG-KBGnya. Hasilnya dapat kita ketahui dari sharing-sharing para tim
AsIPA Paroki.
Sosialisasi OPP KBG di Sungailiat |
Sampai dengan saat ini kami baru sampai
pada modul B4. Terlihat begitu lamban. Tapi satu prinsip Tim, biar lambat asal
bisa dipahami dengan lebih baik. Sehingga dapat diterapkan dalam KBG-KBG. Maju-mundur,
jatuh-bangun untuk mendalami modul AsIPA, seakan membuat kami juga untuk lambat
maju ke modul-modul lain, padahal modul-modul itu sangat sederhana. Maklumlah,
situasi peserta yang menjadi fasilitator adalah fasilitator akar rumput, bukan
fasilitator profesional. Selain modul-modul tadi, kami pun belajar modul
khusus: bagaimana cara membuat modul pertemuan di KBG yang sederhana dan
praktis.
Kami belajar bersama awalnya sebulan
sekali. Lambat laun menjadi dua kali sebulan. Dan akhirnya menjadi berkembang
empat kali dalam sebulan hingga tahun ini (2014), dengan rincian dua kali
belajar bersama tentang modul dan dua kali terjun ke KBG-KBG masing-masing.
Anggota Tim yang Selalu
Hadir Untuk Belajar:
Tim menyadari bahwa dari semua anggota Tim AsIPA,
tidak semua berasal dari KBG-KBG di Paroki Sungailiat. Walaupun demikian,
setiap kami dalam Tim selalu memberi diri untuk turun ke KBG-KBG lain, sambil
mengadakan Sharing Injil bersama anggota KBG-KBG yang kami kunjungan. Maksudnya
supaya KBG-KBG yang bersangkutan mampu menjalankan Sharing Injil Tujuh Langkah.
Dan dengan begitu, Fasilitator di KBG-KBG tersebut akan mengikuti proses
Sharing Injil Tujuh Langkah.
Tim AsIPA Paroki Sungailiat yang selama ini ikut
belajar bersama modul-modul antara lain: Yovita
Yanti, berasal dari KBG
St. Antonius Padua. Bagi Ibu Yanti, modul-modul AsIPA untuk saya
sendiri, adalah belajar bersama yang sangat baik. Karena saya banyak mengerti tentang Kitab
Suci. Untuk KBG kami, memang baru mulai Sharing Injil Tujuh Langkah. Sejauh
ini, berjalan lancar dan lumayan baik. Tinggal ditingkatkan lagi supaya orang
lebih giat Sharing Injilnya, apalagi untuk teji-teji di KBG kami supaya lebih
berani lagi. Langkah demi langkah, kami ikut dengan setia, aksi nyata pun kami
jalankan. Tanda bahwa KBG sudah ada kehidupan baru. (BBM, 25.1.14.)
Yovita
Yati, dari KBG St. Petrus. Kata Nona Yati, Belajar dalam
kelompok AsIPA, saya belajar membaca Kitab Suci. Dengan rajin membaca dan
memahami teks Kitab Suci, ketika saya ziarah ke tanah suci, saya bisa teringat
tempat-tempat yang disebut dalam Kitab Suci. Maka ketika Guide menunjukan
tempat-tempat semasa hidup Yesus saya teringat pada Kitab Suci. Belajar AsIPA,
saya belajar kerendahan hati saya. Sehingga ketika di KBG ada Sharing Injil,
kita bisa mendengarkan Sharing orang.
Frederika
Sri Winarti dari KBG St. Antonius Padua. Menurut Ibu Win, kalau KBG kami,
masih belum berubah, memang ada tetapi lamban. Terapkan sharing Injil 7 Langkah
kalau pas saya atau Yanti jadi Fasilitator. Kalau yang lain jadi Fasilitator,
gayanya masih Ibadat Sabda. Belajar AsIPA, sangat penting bagi saya. Supaya
saya bisa menjadi Fasilitator yang baik khususnya Sharing Injil. Karena masih
banyak belajar, maka dalam belajar bersama, kalau saya salah membawakan, bisa
dikoreksi bersama. Mudah-mudah ke depan KBG kami masih ada peluang untuk maju
dalam Sharing Injil.
Maria
Devi Susanti, dari KBG St. Yohanes Pemandi. Menurut Ibu Devi, Belajar Sharing
Injil dalam kelompok AsIPA sangat menguntungkan saya. Untungnya bahwa menambah
pengetahuan dan melatih mental saya untuk berani omong, walaupun pendidikan
saya terbatas. Karena belajar Sharing Injil di kelompok AsIPA, saya pun
terpanggil untuk terlibat mengajar SEKAMI setiap hari Sabtu sore di Kapel
Bedukang. Dengan begitu saya paham bahwa Gereja itu bukan pastor dan suster
tetapi saya, kita semua yang sudah dibaptis.
Velisitas
Suryani-Velli dari KBG St. Yohanes Don Bosco. Sharing Ibu Velli, Aku masih
penasaran. Karena yang dituju belum terealisasi. Pengen lebih tahu lagi
sebenarnya. Kenapa mesti 7 Langkah. Karena dulu syaringkan berarti mengartikan
apa inti Injil dan kemudian disampaikan. Yang ini agak kagok aja. Ade dak
terkadang sama sekali tidak menemukan kata-kata yang mau disharingkan. Kalau di
KBG-ku, la jalan. Cuma mungkin ada yang masih kurang mengerti apa itu sharing.
Jadi masih seperti cerita. Walau itu cerpen. Mungkin peran fasilitator pada
awal Sharing itu penting, untuk jelasi dulu dengan bahasa yang sederhana secara
detail. (BBM191014).
Agustina
Elis, dari KBG St. Yohanes Don Bosco. Ibu Elis mengalami
belajar bersama
dalam kelompok AsIPA itu menyenangkan. Karena saya bisa belajar bersama soal
Sharing Injil dan ilmu-ilmunya. Soalnya saya selama ini kurang mengerti. Yang
pasti aku masih harus banyak belajar. Kalau untuk KBG saya, terlihat sudah
lumayan bagus sekarang. Soalnya setiap kali pertemuan Sharing Injil sudah
banyak anggota KBG yang ikut memilih kata atau ayat singkat dan mensharekan ke
anggota KBG lain. (BBM-18/1/14)
Sr.
M. Greegoriana, AK dari KBG Sta. Maria Goretti. Ini Sharing seorang
Suster dan sekaligus sebagai Ketua dan Fasilitator KBG Maria Goretti. Setelah kita
belajar di AsIPA, saya mencoba di KBG saya. Mulanya susah kali, soalnya KBG
kami anggotanya para teji. Awal-awal saya sudah ajak untuk bawa Kitab Suci,
tapi gak mempan. Saya mulai dari diri sendiri. Setiap kali Sharing Injil, saya
bawa Kitab Suci banyak dari susteran. Mungkin mereka tergugah, lalu mereka
pikir, daripada suster bawa banyak, lebih baik kami pun bawa dari rumah
masing-masing. Sekarang sudah bawa Kitab Suci masing-masing. AsIPA dengan
Sharing Injil, ternyata mendorong anggota KBG bawa Kitab Suci, dan 7 Langkah
kami ikut tahap demi tahap. Memang susah awalnya, tapi perlahan-lahan, sudah
oke banget.
Bernardus
Djaimin
dari KBG Sta. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Kata Pak Djaimin, namanya saja
belajar, artinya berproses didalamnya. Yang terpenting kita mau meluangkan waktu
untuk hadir bersama dalam Sharing Injil baik di KBG maupun di kelompok AsIPA
kita menimba ilmu Kitab Suci dan Gereja. Jatuh-bangun dalam belajar, hal biasa,
asalkan kita mau belajar dulu. Soalnya belajar bersama di AsIPA itu, bahannya
sederhana, tidak mengerti kita saling tanya, saling berbagi ilmu. Belajar di
kelompok AsIPA, sederhana saja, belajar untuk menjadi fasilitator di KBG. Saya
sibuk sekali pun, saya luangkan waktu, kecuali saya ke luar Bangka.
Paulus
Benediktus dari KBG St. Gabriel. Pak Paulus berpendapat, walau awalnya di
KBG kami begitu susah sekali, sekarang Sharing Injil 7 Langkah sudah mulai
maju. KBG kami terapkan bahwa ketika doa di rumah yang bersangkutan, semua
anggota rumah menjadi Fasilitator. Karena itu teks 7 Langkah kami ubah sedikit
sesuai dengan bahasa kami, dan kami tambah kata-kata singkat dalam teks 7
Langkah sesuai dengan urutannya, supaya Fasilitator tinggal baca aja. Sekarang
sudah maju. Bisa jadi Fasilitator dan bisa sharing walau hanya singkat saja. Kesulitan
kami, ada banyak anggota KBG dirumahnya hanya satu Kitab Suci saja. Padahal
anggotanya banyak.
Petrus
Supardjo dari KBG Sta. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Pak
Parjo mensharingkan bahwa belajar di kelompok AsIPA sangat penting. Saya memang
rajin belajar ketika modul A. Modul B saya jarang ikut. Belajar di AsIPA saya tahu bagaimana
melaksanakan Misi, supaya kita tidak hidup dengan sesama seiman saja. Saya mau
supaya hidup kita juga bernilai untuk orang lain, yang bukan seiman. Sebagai
ketua KBG, saya tahu bahwa Sharing Injil berjalan di KBG saya, sejak saya
belajar bersama dalam kelompok AsIPA. Biar saya jarang ikut, namun selalu ada informasi, dan saya pasti
akan mendukung dan terus mau ikut. Supaya bisa tahu susun modul pertemuan di KBG
saya.
Agatha
Tuginem dari KBG Sta. Elisabeth. Ibu Inem berpendapat bahwa
sebenarnya
yang cocok ikut belajar AsIPA itu, yang muda-muda. Kami yang sudah tua ini,
sudah kurang gerak. Tapi jujur aja, saya pribadi ingin mau belajar, biar bisa
lebih mengerti Sharing Injil.
Biar
saya dibilang Fasilitator segala zaman pun gak apalah, Tuhan kan mau kita lebih
dekat dengan Dia?
Martinus
Slamet dari KBG St. Fransiskus Xaverius. Pak Slamet
mengalami bahwa belajar
dalam kelompok AsIPA bagi saya belajar untuk menjadi Fasilitator. Karena seorang Fasilitator butuh kesabaran.
Maaf ya...bila dalam Sharing Injil saya masih memakai kata “kami”. Tapi
sebenarnya maksud saya itu adalah “saya”. KBG kami sudah menjalankan Sharing
Injil, sejak kami belajar AsIPA. Sharing Injil itu, bagus karena kita bisa
belajar juga dari Sharing anggota KBG. Karena prinsip Sharing Injil kan bukan
seperti “Ibadat Sabda Tanpa Imam.” Pokoknya KBG kami sudah mulai berubah lah,
walaupun perlahan-lahan. ***
Elisabeth
Rini dari KBG St. Yohanes Pemandi. Ibu Rini
mensharingkan pengalaman bahwa belajar bersama di kelompok AsIPA
menambah pengetahuan saya tentang KBG, fasilitator dan Gereja. Belajar lalu
tidak dijalankan dalam KBG, sama bai. KBG tetap mecam tu...lah. Mana mau maju? Menurut
saya, belajar bersama di kelompok AsIPA membuat saya lebih kenal dengan baik
KS. Saya memang jarang ikut tetapi saya mau belajar. Semangat tetap ada karena
ada hal yang baru. Saya mau ikut belajar terus bagaimana, kami jauh di Bedukang. Mungkin
sesekali lah. Tapi saya yakin KBG kami makin maju karena AsIPA ini.
Elisabet
Nona Lowar dari KBG St. Yohanes Pemandi. Ibu Eli berpendapat
bahwa belajar
AsIPA bersama menurut saya sangat baik, dimana kita bisa berkumpul bersama
untuk mendalami Kitab Suci dalam Sharing Injil 7 Langkah, terlebih dapat
membantu umat yang belum mengerti / memahami Sharing Injil 7 Langkah menjadi
mengerti dan tahu. Belajar AsIPA-Sharing Injil 7 Langkah didalam KBG khusus di
KBG St. Yohanes Pemandi, menurut saya sudah cukup baik. Hanya saja ada diantara
umat yang belum berani untuk mensharingkan pengalaman Injil atau pribadi.
Selain itu dapat membantu umat menjadi lebih mengerti tentang Sharing Injil 7
Langkah. (21/1/14).
Alfons
Liwun, katekis di Paroki Sungailiat. Dulu masih
sekolah, saya hanya dengar Lumko. Bahan-bahan Lumko rupanya sama dengan
bahan-bahan AsIPA. Bahannya sederhana, praktis dan mudah dicerna. Sejak
berkarya di Keuskupan Pangkalpinang Lumko masih terdengar. Baru beberapa tahun
terakhir muncul AsIPA. Rupanya AsIPA itu pun sudah lama.Selama
belajar bersama, saya punya komitmen yaitu dalam situasi apapun, saya siap!.
Saya punya cita-cita, Umat harus tahu Kitab Suci dan dokumen Gereja, supaya
mengerti tentang Yesus dan Gereja-Nya. Supaya bisa mengerti, bahan-bahan AsIPA
cocok untuk situasi KBG-KBG kita. Karena sederhana, praktis dan mudah dicerna.
Bernardus
Bambang Riyadi dari KBG St. Fransiskus Xaverius. Pak Bambang
mensharingkan bahwa saya
belajar AsIPA, saya semakin rajin baca Kitab Suci. Karena bisa baca Kitab Suci,
maka saya pun belajar untuk membagikan Sharing Injil. Selain itu, dengan
membaca Kitab Suci, saya pilih ayat yang menarik. Terkadang ayat yang saya
pilih itu, saya SMS kepada teman-teman saya atau anak-anak saya atau kepada anggota
keluarga saya yang jauh. SMS kan melatih saya juga membagikan ayat-ayat menarik
untuk orang lain. Saya tetap ikut belajar
dalam kelompok AsIPA.
John
Djanu Rombang dari KBG St. Yosep. Menurut saya Kelompok AsIPA yang
sudah di Paroki Sungailiat sampai sekarang masih tetap konsisten, eksis. Kalau
kita belajar tidak secara kontinuetas, bisa saja kehilangan semangat. Tim kecil
ini bisa mempelajari hal-hal lain, sambil 7 langkah selalu dijalankan terus.
Mudah-mudahan Tim kecil ini dapat memberi warna di KBG-KBG. Dan akan menjadi konsisten di KBG. Dia hadir
pemberi spirit bagi KBGnya. (18/01/2014).
Leo
Agung Heriyanto dari KBG Sta. Elisabeth. Menurut saya,
belajar bersama di kelompok AsIPA ini, sangat baik untuk kita yang menjadi
Fasilitator KBG. Mengapa? Pertama, KBG
kita saat ini membutuhkan seorang Fasilitator yang baik. Kedua, karena saya
sendiri belum menjadi Fasilitator yang baik maka saya mau belajar. Itu artinya
saya mau belajar dari rekan-rekan saya dalam kelompok AsIPA. Selain itu, ada
banyak modul yang harus kita belajar dan mengerti baik tentang KS maupun
tentang Gereja dan menjadi seorang pemimpin.
RP.
Franciscus Asisi Budiono, MSF, Pastor Rekan
Paroki Sungailiat. Saya
ingat, ketika rekoleksi bulanan para imam, ada imam kita yang megusulkan supaya
AsIPA juga dibentuk di Paroki-paroki. Saya
waktu itu diam aja. Wong di Paroki saya sudah ada, sudah jalan kok sekarang
baru diomongin? Ya...dalam AsIPA kita belajar Sharing Injil. Karena itu
yang kita sharingkan adalah Injilnya...yang sudah kita baca, kita renungkan.
Hasil Belajar
Bersama Tim Terhadap Modul AsIPA
Secara
pribadi tim, hampir semua anggota merasa bahwa mereka tergerak untuk semakin
mengerti dan memahami proses Sharing Injil Tujuh Langkah. Selain itu, mereka
lebih rajin memabaca, merenung, dan melaksanakan Sabda Allah. Dan yang
berikutnya adalah mereka mengenal anggota KBG-KBGnya dengan lebih baik karena
Sharing Injil yang mereka sampaikan juga mau terlibat dalam aksi nyata. Sehingga
terlihat bahwa sudah mulai muncul Fasilitator-fasilitator akar rumput yang mau
terlibat dalam proses Sharing Injil khususnya mau menjadi Fasilitator di
KBG-KBGnya.
Secara
Tim, Tim mampu merangkum ide-ide yang muncul saat belajar bersama dalam bentuk
tiga catatan yang menjadi pegangan Tim.
Pertama, Fasilitator
Terampil Memandu Sharing Injil Dalam Komunitas Basis Gerejawi. Buku pertama ini
terdiri dari dua bab. Bab I diberi judul Membangun Gereja Partisipatif Melalui
Sharing Injil. Bab I ini tim dapat menyimpulkan bahwa Gereja Partisipatif dapat
hadir dan nyata jika Sharing Injil dijalankan di KBG-KBG, dan membuka ruang
untuk keterlibatan anggota KBG-KBG dalam aksi nyata. Gereja Partisipatif dengan
penekanan pada tiga bintang yaitu berpusat pada Kristus, membangun persekutuan
(communio) dan melaksanakan misi Kristus-Membangun Kerajaan Allah dapat
terwujud. Bab II tim memberi judul ‘AsIPA dan Metode-metode Lain dalam Sharing
Injil.’ Bab II ini menekankan bahwa Sharing Injil tidak hanya Sharing Injil
Tujuh Langkah tetapi ada metode-metode lain, yang perlu diperkenalkan dalam
KBG-KBG supaya cara membaca, merenung, dan melaksanakan Sabda Allah tidak hanya
terfokus pada Sharing Injil Tujuh Langkah.
Kedua, Berpastoral
Secara Integral Untuk Mengembangkan Komunitas Basis Gerejawi. Buku kedua ini
terdiri dari enam bab. Buku kedua hadir untuk menjawabi kedua buku yang
dikeluarkan oleh Keuskupan Pangkalpinang yaitu Menjadi Gereja Partisipatif (MGP)
dan Norma-norma Komplementer Gereja Partisipatif (NKGP). Bab I buku ini kami
beri judul Komunitas Basis Gerejawi. Didalam bab ini diulas secara singkat
latar belakang biblis-teologis KBG, kalendeskop Pengalaman Ber-KBG di Paroki
Sungailiat, Hakekat dan Ciri KBG, Unsur-unsur KBG, Bentuk KBG, tujuan Ber-KBG,
dan simbol KBG. Bab II diulas tentang Keanggotaan KBG yang meliputi:
syarat-syarat keanggotaan KBG, kedudukan keanggotaan KBG, Penerimaan
keanggotaan KBG, tugas dan tanggungjawab anggota KBG, hak dan kewajibaan
anggota KBG, dan masa keanggotaan KBG. Dalam Bab III dibicarakan soal membangun
Kepemimpinan Partisipatif dalam KBG.
Dalam
Bab III dibahas tentang menjadi Gereja Partisipatif, Spiritualitas Pemimpin
KBG, dan Pemimpin yang Partisipatif. Lalu dalam Bab IV tim membicarakan Organ
Pastoral Partisipatif (OPP) KBG yang meliputi tugas dan tanggungjawab Struktur
OPP KBG, syarat-syarat OPP KBG, Struktur OPP KBG serta tugas dan tanggungjawab
OPP KBG, pemimlihan, pengesahan dan masa karya OPP KBG, dan Pemberhentian dan
pergantian OPP KBG. Kemudian dalam Bab V tim mengulas soal pertemuan, kegiatan,
dan program kerja atau goal setting KBG yang dibahas dalam beberapa poin yaitu:
pertemuan Sharing Injil, Doa, dan pengambilan Keputusan KBG, kegiatan-kegiatan
KBG, dan Program Kerja atau Goal Setting KBG. Dan Bab VI tentang Fasilitator
Ujung Tombak KBG, yang dibicarakan meliputi siapa itu fasilitator, nilai-nilai
dan sikap dasar dari seorang Fasilitator, menjadi fasilitator yang baik, dan
menjadi Fasilitator dalam pertemuan atau Sharing Injil di KBG.
Kedua
buku ini, telah dibahas di tingkat paroki dengan mengundang ketua-ketua dan
fasilitator dari KBG-KBG. Sehingga diharapkan untuk berjalan menuju Gereja
Partisipatif, Paroki Sungailiat menempuh caranya dengan merestrukturisasi
KBGnya untuk melibatkan banyak anggota KBGnya sehingga partisipasi anggota
sungguh nampak di sana.
Setelah
kedua buku tadi disosialisasikan kepada KBG-KBG, tim pun mempunyai kesempatan
pada tahun 2013 yang lalu mengadakan pelatihan Fasilitator untuk kedua KBG yang
jauh dari pusat Paroki. Kedua KBG itu adalah KBG St. Dominikus dan KBG St.
Yohanes Pemandi. Pelatihan Fasilitator yang dilaksanakan oleh Tim ini dilakukan
selama 3 hari minggu. Selama pelatihan, tim pun mencatat masukan-masukan dari
peserta dan tim sendiri. Tim pun memberikan masukan dengan berpedoman pada
masukan Mgr. Oswald Hirmer. Seluruh proses dan masukan-masukan itu kemudian
dikumpul menjadi satu catatan penting yang kami beri judul: Beberapa Masukan
Tentang Hasil Pelaihan Bersama Modul AsIPA.
Akhir Catatan:
Sharing Injil KBG St. Yoh. Don Bosco |
Hampir
tiga tahun tim AsIPA Paroki Sungailiat, menjalankan belajar bersama modul-modul
AsIPA. Rasanya sudah lama sekali. Dari waktu ke waktu, dari satu tempat yang
bermula di teras susteran AK hingga dari rumah ke rumah anggota tim, dan di aula
paroki kami setia untuk mendalaminya. Terkadang kami merasa bahwa sikap jenuh
itu selalau ada dan muncul. Namun, untuk mencapai impian Menjadi Gereja
Partisipatif, kami menyadari bahwa kaum awam perlu diperdayakan supaya
karisma-karisma yang dimiliki oleh kaum awam juga dipersembahkan untuk
kepentingan Gereja dan Yesus sendiri. Sehingga Kerajaan Allah tumbuh dan hadir
juga di dalam KBG-KBG.
KBG
adalah medan perjuangan umat awam yang memaknai Gereja yang didirikan oleh
Yesus. Aksi nyata untuk membangun komunio ada didalam KBG. Sehingga Gereja
adalah Tubuh Kristus yang berperan menghadirkan Kerajaan Allah. Supaya hal ini
tercapai, Fasilitator dan para agen pastoral partisipatif yang dibutuhkan
Gereja. Mereka-mereka ini selalu diterangi Sabda Allah, diberi wawasan yang
cukup tentang Gereja, dan diberdayakan untuk menjadi ‘katekis akar rumput’
Gereja. Dengan begitu misi Kristus secara aktual dapat dijalankan didalam
Gereja itu sendiri. ***
Komentar