Paskah Ekuimene Bersama SMK Negeri 1 Sungailiat Kabupaten Bangka
Hidup rukun dan toleransi umat beragama di SMK
Negeri 1 Sungailiat, sangat dijunjung tinggi oleh para guru, karyawan, dan para
siswa-siswi SMK Negeri 1 Sungailiat, Kabupaten Bangka, kian tampak. Pasalnya,
untuk perayaan Paskah Ekuimene tahun 2014 ini, justru masuk dalam program
kegiatan OSIS SMK Negeri 1 yang bersangkutan. Sekolah melalui OSIS-nya
memfasilitasi kegiatan ini. Pengurus OSIS terlihat sibuk mempersiapkan ini
tatkala berada di lokasi Paskah Ekuimene bersama antar siswa-siswi dan para
guru kristen, di Pantai Matras, salah satu pantai yang menjadi ajang pariwisata
bagi masyarakat Pulau Bangka.
Keterlibatan pengurus OSIS mendukung kegiatan
Paskah Ekuimene, antara lain: ketika siswa-siswi dan para guru kristen
beribadah, mereka mengambil telur paskah lalu menyembunyikan di beberapa titik
tempat, yang akan menjadi acara cari telur bersama antar siswa-siswi kristen.
Selain itu, keterlibatan pengurus OSIS juga nampak dalam menyiapkan makanan
untuk makan bersama dan memanggang ikan untuk menjadi santap bersama, ungkap
Elias Sitinjak, S.Ag, guru agama Katolik di SMK Negeri 1 dan sekaligus menjadi
ketua panitia Paskah Ekuimene bersama.
Lebih lanjut, Pak Elias, menegaskan bahwa kegiatan
ini didukung oleh Kepsek dan para guru yang lain. Dukungan sekolah itu berupa
dana. Dana itulah yang kami kelola untuk melaksanakan kegiatan ini. Bagi saya,
ini sesuatu yang luar biasa. Karena sekolah memberikan kesempatan bagi
anak-anak didik kami yang beragama kristen untuk merayakan Paskah Ekuimene ini
(29/4). Inilah yang patut kami banggakan.
Kegiatan Paskah Ekuimene bersama bertempat di
Pantai Matras itu, diikuti oleh lebih kurang 40-an siswa-siswi yang beragama
kristen dan ditambah dengan tiga guru yang mengajar agama kristen di SMK Negeri
1. Paskah Ekuimene diawali pada pukul 09.30 yang dimulai dengan ibadat ekuimene
bersama. Lagu-lagu pujian kepada Tuhan Yesus dikomandankan bersama-sama,
kemudian doa, dan selanjutnya pembacaan Firman bersama lalu pujian dan doa
penutup. Dalam pembacaan Firman bersama yang dipimpin oleh Alfons Liwun,
katekis di Paroki Sungailiat, diambil dari Injil Yohanes 20: 24-29. Setelah
baca Firman bersama, Alfons Liwun mengajak siswa-siswi untuk memetik ayat-ayat,
atau kata-kata yang mengesan atau menantang atau menarik untuk dibaca secara
lantang, supaya para peserta lain ikut merasakan ayat atau kata-kata itu. Setelah
proses itu berakhir, baru diberikan penegasan tentang teks Injil yang dibacakan
bersama itu.
Alfons Liwun mengajak para siswa-siswi yang
merayakan Paskah Ekuimene bersama itu untuk melihat dan memahami tiga hal pokok
yang disampaikan Penginjil Yohanes. Pertama, tentang Rasul Tomas. Tomas
adalah salah satu dari deretan ke-12 rasul. Tomas memiliki kepribadian yang
berbeda dengan ke-11 rasul lain. Kepribadian macam mana yang ditunjukan Tomas
ketika Yesus menampakan diri-Nya kepada para rasul lain? Tomas, seorang yang
bersikap ragu-ragu. Ia mau melihat Yesus yang bangkit jika ada buktinya. Dan
buktinya itu, tidak main-main. Yesus harus menampakan diri-Nya lagi, supaya ia
bisa menyentuh luka-luka Yesus. Meminta
bukti menandakan bahwa Tomas tidak bersikap rendah hati. Tomas terkesan orang
sombong, tidak mau mendengarkan pewartaan para rasul yang lain. Ia merasa diri
lebih hebat, ketimbang para rasul lain. Pertanyaan refleksi untuk kita adalah
adakah diantara kita yang bersikap dan berjiwa seperti Tomas? Memang terkadang,
kita merasa bahwa kita memiliki ilmu yang hebat. Ilmu yang menunjukkan
kebenaran jika ada bukti yang pasti. Ilmu semacam ini baik, tetapi ada ilmu
keimanan yang terkadang tidak perlu bukti, tetapi kita perlu menerima pewartaan
kebenaran dari orang lain.
Kedua, membangun persekutuan atau dalam ilmu ekklesiologi sering disebut
membangun communio. Unsur ‘communio’ ini sangat penting. Tomas dalam Injil
Yohanes tadi, dia tidak ada ketika Yesus menampakkan diri-Nya. Penginjil
Yohanes tidak menyebutkan pada waktu itu Tomas pergi ke tempat lain. Namun,
satu hal yang pasti bahwa dalam persekutuan yang dijanjikan Yesus, Tomas tidak
ada. Karena tidak ada maka ketika Yesus yang sudah bangkit itu menampakkan
diri-Nya, Tomas tidak tahu.
Efek dari ketidakhadiran Tomas dalam persekutuan
itu ialah bahwa Tomas tidak dapat menerima karya pewartaan para rasul lain
bahwa Yesus sudah bangkit. Selain itu, syallom yang dibawakan Yesus pun tidak
dialami Tomas. Tidak heran kalau hati Tomas mengalami kegetiran, ketakutan, dan
kecemasan. Perasaan Tomas ini diungkapkannya, dengan bersikap tidak percaya. Kalau
pun percaya, ia butuh bukti.
Pertanyaan refleksi untuk kita adalah apakah
‘percaya’ perlu membutuhkan bukti-fakta nyata? Tidak! Percaya adalah ungkapkan
hati kepada Yesus Kristus. Percaya memang terkadang butuh bukti. Tetapi berbeda
dengan ‘percaya’ yang satu ini. Percaya ini membutuhkan ‘persekutuan’ atau
‘communio’. Selain itu, pertanyaan refleksi lain adalah apakah kita sering
hadir sebagai umat kristen, dalam ibadat pada hari Minggu atau hari-hari lain
yang diperintahkan oleh Gereja kita masing-masing? Kehadiran kita bersama
adalah wujudnyata dalam membangun persekutuan. Dalam persekutuan itulah, Yesus
yang bangkit itu hadir dan membawa syallom untuk kita. Dalam persekutuan,
itulah Kristus menunjukkan janji-Nya yang tak pernah dibatalkan oleh kuasa
manusia. Janji Yesus boleh kita baca dalam Mat. 1: 23; 18: 20; 28: 20b.
Terkadang, kita banyak omong tentang Yesus, tetapi
tidak percaya, tidak beriman. Omong tentang Yesus hanya sebatas ilmu yang kita
peroleh. Bukan berasal dari ungkapan iman kita. Orang yang banyak omong tentang
Yesus, mengatakan bahwa ia percaya, tanpa berkomunio dengan Yesus dan sesama
adalah plin plan. Ia sama dengan Tomas.
Ketiga, Berbahagialah orang yang tidak lihat namun percaya. Perkataan Yesus ini,
bertolak belakang dengan sikap dan cara berpikir Tomas. Tentu, Yesus yang
bangkit juga mau mengkritik kita yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan dan
pembuktian-pembuktian ilmu yang rational. Pernyataan Yesus ini mengetuk pintu
hati kita dengan satu pertanyaan ini. Apakah para pengikut Yesus zaman sekarang
ini pernah melihat Yesus secara langsung? Jelas bahwa hanya para rasul dan
murid perdana Yesus, yang mengalami kehadiran Yesus secara langsung. Tentu kita
pengikut-Nya zaman ini, tidak. Tetapi mengapa kita mau menjadi pengikut Yesus
atau mengapa kita percaya kepada Yesus? Hal ini karena janji-Nya. Bahwa
janji-Nya untuk senantiasa menyertai orang yang percaya kepada-Nya selalu
tepat. Janji-Nya tidak pernah terbatalkan oleh siapapun dan oleh apapun.
Janji-janji Yesus itu, seperti dikisahkan penginjil Matius dalam Injil, 1:23;
18: 20, dan 28: 20b. Dia senantiasa menyertai umat-Nya sampai akhir zaman.
Dengan janji-Nya ini, banyak orang menaruh harapan, menaruh kepercayaan bahwa
akan selamat setelah hidup ini.
Acara Paskah Ekuimene bersama anak-anak SMK Negeri
1 yang beragama Katolik dan Kristen itu, kemudian dilanjutkan dengan pelbagai
games yang telah disiapkan oleh Panitia. Selanjutnya, sebagai tanda kebersamaan
sebagai satu komunitas SMK Negeri 1, mereka makan bersama. Makan bersama
membangun keutuhan persaudaraan dan sekaligus meningkatkan toleransi antar
siswa-siswi Kristen dan OSIS SMK Negeri 1 Sungailiat. Syallom dan terima kasih
SMK Negeri 1 Sungailiat Kabupaten Bangka. ***
Komentar