Hidup adalah Pilihan: Mau selamat atau Terus Dikuasai Setan?

(refleksi hidup hari ini dan besok)

1.   Teks Kitab Suci Matius 8: 28-34:
28Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. 29Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"

30Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. 31Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." 32Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.

33Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. 34Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

2.     Penjelasan Teks Kitab Suci:
Matius menulis kisah Yesus dan para rasul-Nya secara berurutan dalam peristiwa perjalanan berkarya. Mulai dari Yesus berdialog dengan seorang ahli Taurat yang datang untuk menjadi murid-Nya lalu ada ‘orang lain’ juga yang datang memohon supaya menjadi murid Yesus’. Ini terjadi sebelum Yesus menyeberangi danau Genasaret ke Gadara. Berarti peristiwa ini terjadi di tepi danau Genasaret.

Setelah berdilog dengan kedua orang itu, Yesus naik ke perahu lalu menyeberang danau itu. Lalu teks Injil Matius kemarin (Selasa, 1 Juli 2014), mengisahkan angin ribut di tengah danau diredahkan Yesus. Ketika angin ribut itu menghantam perahu dan terombang ambing, perahu mau tenggelam, Yesus sedang tidur. Karena itu para murid-Nya meminta Yesus untuk bangun dan menyelamatkan situasi itu.

Teks Injil Matius hari ini (Rabu, 2 Juli 2014), menceritakan Yesus sampai di seberang danau, nama tempat yang dituju itu adalah ‘Gadara’. ‘Gadara’ lebih dekat dengan ‘Garasa’ (Mrk 5:1). Jadi berbeda dengan Injil Markus dalam bab 5:2, dimana Markus menyebut satu orang kerasukan setan sedang Matius menyebutnya dua orang kerasukan setan yang datang menjumpai Yesus. Perbedaan jumlah orang kerasukan ini, tidak terlalu dihiraukan, tetapi yang terpenting fokus kedua penginjil ini mau menyampaikan apa sebenarnya yang terjadi untuk para pembaca yang beriman.

Ketika Yesus sampai di Gadara, (ayat 28), datang dua orang kerasukan itu menjumpai Yesus. Kedua orang yang kerasukan itu datang dari pekuburan. Kita tentu tahu, pekuburan itu tempat untuk orang-orang yang sudah meninggal. Mengapa kedua orang kerasukan itu berada di pekuburan? Jelas bahwa orang kerasukan setan, seluruh diri orang itu dikuasai oleh setan, si jahat. Setanlah yang menjadi raja dalam hidup kedua orang itu. Karena itu, setan akan mengantar si kerasukan itu kemana saja ia pergi. Bukan hanya itu saja, tetapi menakutkan dan sangat berbahaya bagi siapa saja yang melintasi jalan itu.

Maka disini, kita dapat pahami bahwa, ternyata setan mampu menguasai diri orang lain bahkan apa saja termasuk babi-babi pada ayat berikutnya dan mampu memisahkan si kerasukan dengan orang yang ‘waras’, orang yang tidak kerasukan. Kejahatan mampu memisahkan dari kebaikan, keadilan, kejujuran, dan kesetiaan. Kejahatan memiliki sifat ‘menular’, iya...menular kedalam kawanan babi, pejaga kawanan babi dan masyarakat Gadara. Dengan keberadaan kedua orang kerasukan di pekuburan, menandakan bahwa keduanya itu sudah diambang liang lahat. Kematian sudah dekat. Keselamatan tentu tidak akan mereka alami.

Supaya mereka selamat, ternyata kekuatan dan kekuasaan Yesus mampu mengalahkan si jahat yang ada di dalam diri kedua orang tadi. Mereka datang menjumpai Yesus. Perjumpaan dengan Yesus terjadi dialog yang sangat menarik disini. Dialog itu hemat saya merupakan dialog persuasif. Hebatnya dalam dialog persuasif itu, terkesan terjadi tawar menawar, namun Yesus walaupun ‘ikut’ tetapi tidak merasa dirugikan. Karena dalam diri Yesus, keselamatan harus terjadi agar misi-Nya selalu terrealisasi dalam dunia ini.

Dalam perjumpaan dengan Yesus, si jahat berteriak (ayat 29). Teriakan mereka mengindisikan bahwa mereka menyesal Yesus datang terlalu cepat, padahal kerajaan mereka belum terpenuhi. Maksudnya adalah bahwa kejahatan yang mereka hadirkan untuk kedua orang itu belum sampai pada kematian, si jahat masih dalam proses penyiksaan, masih diambang pintu gerbang pekuburan, sehingga ‘kerajaan si jahat’ belum terpenuhi. Sebelum kedua orang kerasukan itu mati karena si jahat, Yesus menyelamatkan mereka.

Satu hal lagi yang boleh kita pahami disini ialah, bahwa hebatnya, si jahat mengenal Yesus. Bukan hanya mengenal tetapi menyapa dan mengakui kehebatan Yesus dengan memakai kata sapaan ‘Anak Allah’. Itu artinya bahwa Yesus dikenal untuk menyelamatkan manusia yang berasal dari Allah sendiri. Yesus wujudnyata Allah yang sedang berkarya, menghadirkan Kerajaan Allah. Karena itu, apapun bentuk halangan yang merintangi hadirnya Kerajaan Allah, akan dibasmi oleh Yesus.
Ketika terjadi dialog Yesus dengan kedua orang kerasukan setan, rupanya ada di dekat situ, sekelompok babi yang sedang mencari makan (ayat 30). Yang jelas bukan babi hutan. Karena ayat berikutnya kita bisa dapat informasi bahwa kawanan babi itu ada penjaganya. Maka jelas, kawanan babi itu adalah babi peliharaan orang, ada pemiliknya yang jelas. Masyarakat Yahudi tidak memelihara babi, karena menurut peraturan mereka, babi adalah binatang yang najis, kotor, babi termasuk kuku berbelah. Karena itu mereka tidak makan daging babi.

Tetapi kenapa ada yang pelihara babi itu? Hemat saya, ada dua kemungkinan yang boleh kita hadirkan disini. Pertama, Gadara, tidak termasuk dalam wilayah Yahudi. Sehingga masyarakatnya bisa diijinkan untuk memelihara babi. Kedua, Gadara masih dalam wilayah Yahudi. Tetapi ada masyarakat yang memelihara babi bukan untuk dikonsumsikan tetapi hanya untuk dijual, untuk mendatangkan in come keluarga (sisi ekonomis). Mungkin hal kedua ini masuk akal karena kawanan babi itu selalu dikawal oleh penjaganya sehingga kawanan babi itu tidak sembarangan kemana-mana.

Pada ayat 31, para pembaca perlu membaca dan menyimak dengan teliti, sehingga tidak salah memahami ayat ini. Mengapa? Pertama, inisiatip setan-setan adalah mereka mau diusir. Itu artinya bahwa kuasa Yesus jauh melebihi kuasa jahat. Yesus mengalahkan kejahatan. Tanpa inisiatip dari setan-setan itupun, pasti Yesus akan mengusir mereka, mengalahkan mereka. Karena untuk itu pula, misi keselamatan Allah yang dihadirkan oleh Yesus bagi manusia.

Kedua, inisiatip setan-setan itu supaya Yesus memindahkan mereka ke dalam kawanan babi yang ada didekat situ. Inisiatip yang kedua ini memiliki keterkaitan dengan ayat 32. Sekali lagi, para pembaca perlu teliti disini. Jika tidak teliti, terkesan pembaca mengiyakan setan. Bahwa ternyata Yesus mengikuti keinginan setan. Sehingga berdampak negatif bahwa setan-setan itu benar masuk ke dalam kawanan babi.

Kalimat Yesus, ‘pergilah!’ Kata ini tersirat perintah untuk keluar. Perintah pengusiran yang sangat kasar. Tetapi dalam kata ‘pergilah’ Yesus tidak menyebut tujuan bahwa kemana setan-setan itu akan pergi. Yang terpenting bagi Yesus adalah bahwa setan-setan itu harus keluar dari diri kedua orang yang sedang kerasukan itu. Kalau setan-setan itu sudah keluar, jelas bahwa Yesus akan menjadi Raja dalam diri orang-orang itu. Lalu pertanyaannya, mengapa setan-setan itu masuk ke dalam babi? Masuk ke dalam kawanan babi, adalah inisiatip ketiga setan, yaitu kemauan, keinginan dan niat setan-setan sendiri. Ini taktik setan-setan yang cerdik pandai yang bisa merusak relasi baik manusia. Sehingga terlihat kerajaannya sudah kalah atau hilang bersama kematian kawanan babi namun sebenarnya belum selesai. Setan-setan masih ada, masih merajalelah dalam situasi dunia.

Efek dari taktik setan-setan yang cerdik pandai itu ialah penjaga lari terbirit-birit ke dalam kota (ayat 33). Jelas disini bahwa penjaga akan menyampaikan hal buruk kepada masyarakat, bahwa babi-babi yang dijaganya itu, sudah mati semua oleh karena Yesus. Persis, penjaga juga boleh kita sebut ‘sedang kerasukan setan-setan’ itu. Karena penyampaian penjaga yang sedang kerasukan setan itu, membuat masyarakat datang berdialog lagi dengan Yesus (ayat 34).

Hasil dialognya adalah masyarakat lebih memilih percaya kepada penjaga kawanan babi daripada Yesus. Sehingga mereka tidak mau Yesus masuk ke dalam kota mereka untuk berkarya menyelamatkan mereka. Yesus mau masuk ke dalam kota dan menghalaukan pimpinan setan-setan dalam kota itu, tetapi masyarakat lebih memilih untuk menutup diri. Masyarakat menutup diri, tidak mau menerima tawaran keselamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus.

Dengan menolak Yesus untuk berkarya di dalam kota itu, jelas bahwa kota dan masyarakatnya tidak mau selamat. Mereka mau lebih memelihara setan-setan. Memang benar, bahwa keselamatan Allah khusus bagi orang-orang yang sungguh-sungguh percaya danmau membuka hati dan seluruh dirinya kepada Yesus. Keselamatan Allah sebuah tawaran, tetapi jika tawaran itu ditolak, jelas bahwa orang-orang tidak mau memilih keselamatan tetapi lebih memilih kemauan setan-setan.

3.     Implementasinya Untuk Hidup Hari ini:
a.    Yesus sampai dengan sekarang dan yang akan datang, masih tetap berkarya di dalam diri orang yang percaya dan menerima tawaran keselamatan Allah. Syaratnya adalah membuka hati, menerima rahmat Allah dan menyakinkan diri bahwa Yesus sedang berkarya dalam hidup kita. Ini sungguh terrealisasi dalam doa-doa, ekaristi dan sakramen yang lain serta perbuatan amal baik kita dengan tulus ikhlas.

b.   Setan-setan bisa saja merasuk setiap orang, baik yang beriman kepada Kristus, ketika lengah maupun orang yang tidak beriman kepada Kristus. Karena setan-setan memiliki kemampuan ‘menular’ baik melalui orang-orang seperti penjaga kawanan babi maupun masyarakat Gadara tadi ataupun melalui barang dan apapun bentuknya. Karena itu, waspadalah...berdirilah teguh dalam iman!

c.    Keselamatan Allah adalah sebuah tawaran bagi siapa saja. Karena merupakan tawaran, maka kita hanya diminta memilih. Pilihan kita memiliki konsekuensi dua sisi. Sisi mau selamat atau sisi tidak mau selamat. Mau selamat berarti akan mengalami kebahagian bersama Allah, tidak mau selamat berarti mau menghidupi cara setan, ‘menular’ kemana-mana, terserah setan.


Akhirnya, Yesus mau mengajak kepada kita yang percaya kepada-Nya, dengan mengatakan ‘pergilah’. Pergilah menjadi kalimat yang menarik untuk orang yang percaya kepada-Nya. Supaya orang yang percaya kepada-Nya itu mampu menularkan keselamatan bagi siapapun juga yang tidak percaya kepada Yesus dan yang sudah percaya kepada Yesus namun masih dalam kungkungan setan. Selamat menempuh karya keselamatan Allah dalam hidup kita masing-masing. **al**

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik