Ibadat Tobat Di KBG
Menjelang
Natal
Lagu Pembuka: PS.
No. 601, ayat 1 dan 2.
1. Tanda Salib
F Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus....
U Amin
2. Salam
F Semoga Rahmat Pengampunan dari Tuhan Kita Yesus Kristus, selalu
beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya. Amin.
3. Kata Pengantar
Bapak, ibu, saudara, saudari, adik-adikku yang
terkasih, ada dua poin yang mau disampaikan pada
kata pengantar berikut ini, sebelum kita mendengarkan Sabda Tuhan dan Memeriksa
Batin secara pribadi dihadapan imam kita, in persona Christi (wakil Kristus
yang hadir ditengah kita)
Pertama, ada tiga alasan
pokok yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang pengakuan dosa pribadi kepada
imam kita. (1). Sakramen Tobat adalah salah satu dari ketujuh sakramen yang
ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sendiri. Kita ingat dalam Injil
Yohanes 20: 22-23, disana, Yesus
bersabda, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni,
dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Sabda
Yesus ini, kini diteruskan dalam Gereja Katolik melalui imam kita. Imam kita memiliki
wewenang yang diberikan kepada para rasul, melalui tahbisan yang diterimanya,
untuk mengampuni dosa atas nama Tuhan. Imam adalah pelayan sakramen yang
bertindak atas nama pribadi Kristus. (2). Seorang imam adalah bapa rohani umat.
Ketika kita sakit secara fisik, kita bergegas pergi ke dokter. Begitu juga,
ketika jiwa kita sakit, kita pun pergi ke imam. Imam akan mengobati jiwa kita,
dengan rahmat pengampunan. Sehingga jiwa kita tersembuhkan. (3). Imam mewakili
Gereja dan sekaligus mewakili orang yang kepadanya kita berbuat dosa.
Kedua, Sakramen
Tobat tidak begitu saja diberikan kepada setiap umat yang datang dihadapan
imam. Sakramen Tobat harus dilaksanakan dengan penuh hormat dengan didahului
memeriksa batin secara pribadi, yang dilaksanakan dalam Ibadat Tobat. Sehingga,
sakramen Tobat, tidak asal-asalan diterima tanpa memeriksa batin. Dalam Ibadat
Tobat, kita menyiapkan diri untuk menumbuhkan sikap
penyesalan, mengakukan dosa dengan jujur, dan mempunyai niat yang tulus untuk
memperbaiki diri – sehingga tidak jatuh dalam dosa yang sama lagi. Niatan yang
tulus untuk memperbaiki diri bukan bergantung pada kekuatan sendiri, namun
terutama bergantung pada rahmat Allah. Karena itu, sebuah tradisi Gereja yang
sangat baik, bahwa sangat dianjurkan, agar orang mempersiapkan diri untuk menerima
Sakramen Pengampunan, melalui pemeriksaan batin dalam terang Sabda Allah.
4. Doa Pembuka
F Ya Allah
Bapa kami. Engkau telah mengutus Putera-Mu, Yesus datang ke dalam dunia ini dan
menebus dunia ini dengan karya dan berkat-Nya. Melalui Sabda-Mu malam hari ini,
kami bagai anak yang hilang dari rumah-Mu yang kudus. Kami, bagai anak sulung
yang selalu ada dihadapan-Mu tetapi selalu saja mengeluh dengan banyak
kekurangan dan bersikap pesimis untuk tetap berada terus di rumah-Mu yang
kudus. Kami, bagai hamba-hamba-Mu yang siap mengikuti perintah-Mu tetapi
dibelakang-Mu, selalu saja menggerutuh. Kami lupa akan menebusan-Mu melalui
Yesus Kristus. Kini kami mau bertobat, bagai kami yang hilang yang mau kembali
ke rumah-Mu. Kami, bagai anak sulung yang mau memulihkan persatuan dengan
Engkau, dengan adiknya yang datang lagi, dengan hamba-hamba yang setia. Kami,
bagai hamba-hamba-Mu, yang mau setia pengabdi dan tidak mau menggerutuh lagi.
Hanya kepada-Mu, Bapa kami mohon ampun. Sebab Engkaulah Bapa yang mahapengasih
dan penyayang, kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.
5. Baca Injil:
F Pembacaan
dari Injil Lukas 15: 11-32: Anak Yang Hilang
11Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai
dua anak laki-laki. 12Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa,
berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya
membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13Beberapa hari
kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri
yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
14Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di
dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. 15Lalu
ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya
ke ladang untuk menjaga babinya. 16Lalu
ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi
tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. 17Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa
banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di
sini mati kelaparan.
18Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20Maka bangkitlah ia dan
pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia. 21Kata
anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22Tetapi
ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang
terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan
sepatu pada kakinya. 23Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. 24Sebab
anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat
kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25Tetapi
anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah,
ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya
kepadanya apa arti semuanya itu. 27Jawab
hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun,
karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
28Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau
masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah
bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,
tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30Tetapi
baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa
bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun
itu untuk dia. 31Kata
ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala
kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32Kita
patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup
kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Demikianlah Sabda Tuhan.
U Terpujilah Kristus.
6. Hening sejenak
7. Renungan Pemeriksaan Batin:
a.
Mari, kita berdiri dan
mencerminkan diri dihadapan Figur sang Anak Sulung:
·
Sang
sulung merupakan tipe orang yang setia, taat, peduli, penuh kasih, dan sayang
kepada Bapa. Setia kepada perintah Bapa. Taat melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan Bapa. Peduli kepada Bapa dan para hamba Bapanya. Sayang kepada
Bapanya melalui pelayanannya kepada Bapa dan seisi rumah Bapa. Namun, apa yang
terjadi? Rupanya figur sang sulung berubah total ketika Bapa yang mahakasih dan
penyayang itu murah hati dan tulus ikhlas menerima adiknya yang telah hilang,
kembali lagi. Sang sulung marah, geram, emosi dan rupanya pendendam. Sang
sulung perotes kepada Bapanya. Sang sulung dengan tegas tidak mau masuk dalam
Rumah Bapanya. Malahan Bapanya keluar dari rumah dan mengajaknya masuk dalam
Rumah kembali. Untuk menerima kembali adiknya yang telah hilang itu, kembali
lagi.
·
Terkadang
kita ini bagai sang sulung. Bersikap setia kepada pasangan, anak, sesama umat
Katolik dan masyarakat sekitar kita, sesama anggota KBG, sesama anggota Gereja,
bahkan para pimpinan Gereja kita. Namun, ketika masalah sepele muncul, sikap
kita menjadi berubah total. Muncul marah, kecewa, dendam, putus asa, cemburu,
iri hati, dan bahkan menutup diri untuk tidak mau menegursapa dengan sesama
anggota keluarga, KBG, tetangga, anggota Gereja bahkan kepada para pemimpin
Gereja kita. Kita lupa akan kebaikan Bapa yang penuh kasih yang adalah Allah
kita, yang siap menerima kita dalam kondisi apa saja, entah seperti anak yang
hilang, si sulung dan para hambanya.
b.
Mari kita berdiri dan
bercermin dihadapan Anak Bungsu:
·
Anak
bungsu adalah figur kontradiktif, yang langsung terbaca dalam pikiran kita
bahwa dia anak yang tidak taat, melawan orangtua, tidak setia, suka
berfoya-foya, kotor, jorok, setara binatang, dan lain-lain. Entah sadar atau
tidak, boleh jadi perjalanan hidup kita, bisa seperti si Anak Bungsu.
·
Dalam
keluarga kita, dalam KBG kita dan dalam Gereja kita situasi bisa saja sebuah
situasi bisa berubah seperti si anak bungsu. Dia memohon kepada Bapanya seperti
itu, mungkin saja sikap Bapanya atau sikap orangtua atau sikap pimpinan kita
yang lebih peduli kepada anak sulung, anak-anak yang lebih baik dan cantik atau
ganteng atau lebih setia dan taat.
·
Namun,
jauh dari sikap-sikap si bungsu tadi adalah si bungsu menyadari dirinya bahwa
ia bersalah-khilaf atas perbuatannya dan dosa-dosa yang dilakukannya, dia
menyesal semuanya itu lalu memiliki niat yang suci tanpa melihat masa lalunya,
bangkit untuk pulang kembali kepada Bapanya. Hebatnya lagi, sikap Bapa yang
tidak berkomentar banyak, langsung keluar dari rumah dan pergi menjemputinya,
membawa masuk ke dalam rumah, membuat pesta, dan meminta kepada si bungsu untuk
menerima kembali adiknya.
c.
Mari kita berdiri dan
bercermin pada Para Hamba:
·
Seorang
hamba yang baik adalah melayani. Melayani apa saja yang menjadi tugasnya. Melayani adalah sebuah tindakan positip.
Melayani menjadi sebuah tindakan negatif, jika melakukan pelayanan dengan sikap
gerutu, cemberut, muka masam, tidak tulus dan ikhlas. Seorang hamba sejati,
jadikan Yesus sebagai figur, karena didalam diri Yesus, figur seorang hamba
sangat nampak, Dia-lah Hamba Allah, Hamba Bapa yang mahakasih.
·
Benarkah
atau adilkah kita menjadi seorang hamba Yesus, hamba Allah dengan menjadi
seorang Kristen yang Katolik? Ataukah seorang hamba seperti dalam bacaan tadi,
yang menyulut hati sang sulung dengan menyampaikan kabar adiknya yang hilang
telah pulang kembali, yang diterima oleh Bapa dengan membuat pesta? Terkadang
kita dengan kata-kata atau perbuatan, menyulut emosi orang lain, membuat geram
banyak pihak: entah suami/isteri, anak-anak, tetangga dan ataupun siapa saja
yang ada di dekat kita, dengan menceritakan hal-hal yang tidak baik yang sudah
lewat, yang tidak diingat lagi?!!
d.
Dunia masa kini:
·
Ada
banyak situasi-peristiwa masa kini, yang membuat kita terperangkap dalam hidup
yang egois, hidup yang kurang saling berbagi, hidup yang kurang peduli dengan
sesama dan lingkungan hidup kita. Kita kurang menghargai kebersamaan dalam
keluarga lebih memiliki kebersamaan di luar rumah.
·
Terhadap
alam, lingkungan hidup disekitar kita, kita membuang sampah di sembarang
tempat, kita bahkan merusak alam semesta sehingga udara segar tidak dirasakan
lagi, polusi udara yang terjadi.
e.
Kita berdiri dan
bercermin diri dihadapan Figur sang Bapa yang Mahapengasih dan Penyayang:
·
Bapa
yang baik adalah Bapa yang mau menerima seluruh anggota keluarganya, apapun
kemauannya, sambil memberikan ketulusan hatinya dan keikhlasan budinya untuk
dimengerti oleh anak-anaknya. Kita, saat ini, baik laki-laki maupun perempuan,
anak-anak kecil ataupun kaum remaja, menikah ataupun belum menikah. Dipanggil
untuk menjadi seorang Bapa yang baik, tulus dan ikhlas. Bagaimana sikap kita
terhadap kebaikan Allah Bapa yang penuh kasih tadi, selama ini? Masih ada
waktukah dalam diri kita untuk berdoa dan bersyukur dalam keluarga kita, dalam
KBG kita dan dalam Gereja kita untuk mengekspresikan sikap kebaikan, ketulusan
hati, keikhlasan budi untuk melayani Tuhan dan sesama kita?
·
Bapa
yang baik adalah Bapa yang menerima siapa saja anak-anaknya, baik dalam keadaan
baik, bijaksana dan saleh maupun dalam keadaan berdosa, berfoya-foya, tidak
taat, tidak setia, ingin menang sendiri, dll. Masih adakah didalam ruang/bilik
hati kita mau menerima siapa saja, saudara-saudari seiman, baik yang baik dan
bijaksana maupun yang bersalah dan khilaf-berdosa, untuk menjadi anggota
keluarga, sahabat arib yang perlu dibimbing menuju keselamatan dalam Bapa di
surga? Masih ada waktukah kita memiliki hati untuk menasihati dan memberikan
jalan keluar bagi orang-orang yang susah, sulit dan sedang mengalami kesukaran
dalam hidup?
·
Bapa
yang baik juga terkadang menerima kritikan, omelan, cercahan, dan tuduhan
seperti yang dilakukan oleh anak sulung dalam bacaan tadi. Bagaimana sikap kita
ketika kita menerima kritikan, omelan, cercahan dan tuduhan dari orang lain
bila kita bersikap berani untuk memberikan nasihat, ketika kita juga berbuat
salah, ketika kita juga mau menang sendiri, ketika kita dengan merasa lebih
hebat lalu melihat orang lain sebagai orang yang belum tahu apa-apa, kecil, dan
tidak mengerti?
8. Hening Sejenak
9. Pengakuan Dosa secara Pribadi:
Bapa/ibu/
saudara-saudari, mari kita mengadakan tobat pribadi kita, dengan mengaku
dosa-dosa kita dihadapan Kristus yang hadir dalam diri sang gembala kita. Saya
persilahkan satu persatu untuk masuk kamar pengakuan, kita yang lain menunggu
giliran dengan menjaga ketenangan dan hening.....
Dibawakan di KBG St. Andreas Paroki Sta. Bernardeth Pangkalpinang,
Selasa, 16 Desember 2014
Komentar