GEREJA PASCA SINODE II PANGKALPINANG: "COMMUNION OF COMMUNITIES"
Dihadapan anggota Dewan Pastoral Pleno Paroki Sungailiat (26/2/2012) Bapa Uskup Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD menjelaskan rencana ke depan Gereja Katolik Keuskupan Pangkalpinang pasca Sinode II, (1-8 Agustus 2011). Bahwa ke depan, Gereja Katolik Keuskupan Pangkalpinang, pasca Sinode II merupakan 'Communion of Communities", atau dalam bahasa kita yang selama ini telah mulai dibangun "persekutuan komunitas-komunitas." Komunitas Basis Gerejawi, tetap merupakan prioritas utama. Communion of Communities adalah harapan para uskup Asia, yang telah dimulai pada tahun 1990.
Dalam rencana perkembangan Gereja ke depan, Komunitas Basis Gerejawi (KBG) menjadi prioritas karena didalam KBG-KBG karisma-karisma umat perlahan-lahan dibangun, ditingkatkan dan dalam kehidupan Gereja, karisma-karisma umat yang sudah ada itu digunakan untuk karya pelayanan. Gereja memberi tugas kepada umat berdasarkan karisma-karisma yang dimiliki oleh umat. Karisma umat digunakan untuk pelayanan bersama.
Untuk membangun KBG sampai pada tingkat itu, Mgr. Hilarius yang pada 21 Februari 2012 genap 69 tahun menjelaskan lebih lanjut, "Gereja Asia sekarang dikenal dengan metode AsIPA (Asian Integral Pastoral Approach). Dulu Asia belajar dari Afrika Selatan yang dikenal dengan Lumko. Nanti untuk Keuskupan Pangkalpinang akan membentuk sebuah pastoral yang integral yang paling kurang setaraf AsIPA atau Lumko, yang disebut PIPA (Pangkalpinang Integral Pastoral Approach). PIPA ini merupakan alat atau sarana yang dipakai untuk mencapai Visi yang diharapkan bersama. PIPA juga penyalur, sebagai penyalur untuk mengantar umat menjadi komunio berpusat pada Kristus.
Mgr. Hila berkomitmen untuk membangun KBG supaya Visi Keuskupan Pangkalpinang tercapai yaitu Gereja yang berpartisipatif dan berpusat pada Kristus. Dan untuk mencapai visi tadi, Bapa Uskup pun memberikan informasi tentang perubahan stuktural pastoral Keuskupan dan Paroki.
Struktur yang baru, ada perubahan dekenat menjadi kevikepan. Maksud perubahan ini adalah supaya dalam hal karya pastoral langsung diatur secara otonom oleh kevikepan. Selain itu juga di paroki akan ada pemisahan antara Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP). DKP akan bekerja secara khusus untuk mengelola harta benda gereja. Sedangkan DPP khusus untuk bagian pastoral. Merencanakan dan melaksanakan hal-hal seputar karya pastoral. Keduanya DPP dan DKP berkaitan erat.
Selain ada Kevikepan, DKP juga untuk seksi-seksi tidak lagi di DPP tetapi berada di KBG. Maksudnya karena KBG-KBG lah yang mengetahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh umat. Untuk KBG-KBG yang masih mempunyai keterbatasan tenaga dalam seksi-seksi, bisa bergabung dengan beberapa KBG dan membentuk satu seksi.
Hal-hal baru yang diharapkan oleh Mgr. Hila ini tidak lain, agar Gereja Katolik ke depan lebih berkualitas, lebih maju dalam hidup iman, karya pastoral (misi) dan jauh lebih penting dari itu adalah terwujudnya impian bersama "Gereja Partisipatif dan berpusat pada Kristus."
Mgr. Hila yang mendapat gelar sebagai "Bishop of Islands" ini tetap berkomitmen untuk membangun Gereja melalui KBG karena komunitas-komunitas itu mempunyai peran yang sangat penting. Pentingnya KBG bagi umat disampaikan Bapa Uskup dalam pertemuannya dengan umat Katolik Sungailiat dari tanggal 23-25 Februari 2012.
Kunjungan Mgr. Hila ke Komunitas Basis Gerejawi (23/2/2012): St. Yosep, St. Gabriel, St. Petrus, Sta. Theresia 2 dan Sta. Elisabeth, dengan berpusat di rumah Bp. Andreas Amin, anggota KBG Sta. Elisabeth, di Kenanga Sungailiat. Pertemuan yang dihadiri lebih kurang 100-an umat itu, dengan beragam tema yang muncul dari umat. Walau demikian, bapa uskup memprioritaskan pada pengembangkan KBG. Karena KBG adalah medan katekese umat. Didalamnya Kitab Suci diwartakan. Selain itu, KBG adalah tempat pemberdayaan bagi umat. Mgr. Hila memberi contoh Mohammad Yunus yang mampu memberdayakan ibu-ibu. Ibu-ibu diberdayakan supaya lebih berkualitas, sehingga mereka pun mampu dalam hidup menggereja. Dalam KBG erat kaitan dengan fasilitator, karena itu fasilitatornya sendiri perlu diberdayakan dengan pertemuan rutin, sehingga mereka mampu memfasilitasi kegiatan komunitas dengan baik dan lancar.
Jumad, 24/2/2012, Mgr. Hila berkunjung ke Sta. Theresia 1, St. Fransiskus Xaverius, Sta. Sisilia, Sta. Maria Goretti, dan St. Vincentius. Mgr. Hila menekankan pemberdayaan kelompok yang ada yang betul-betul sebagai sebuah KBG. Supaya bisa sebagai sebuah KBG, Syering Injil dalam AsIPA adalah metodenya. Komunitas berjalan tetapi tiru Ibadat Sabda, belum disebut KBG. KBG sesungguhnya adalah duduk bersama, membaca Kitab Suci, menjawab apa yang disampaikan oleh Kristus. KBG adalah keluarga besar berdasarkan iman. KBG mau menciptakan suatu kebersamaan dari berbagai perbedaan seperti suku, ras, dll untuk menjadi saudara-saudari dalam iman, untuk tugas pembinaan khusus bagi anak-anak dari anggota komunitas. KBG menjadi titik penting pemberdayaan iman baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak.
Setelah mengunjungi umat seputar kota, saatnya Mgr.Hila mengunjungi umat di pinggiran kota Sungailiat, umat St. Yoh. Don Bosco, St. Dominikus dan St. Yoh. Pemandi. Sekali lagi, Mgr. masih tetap konsen pada KBG. KBG, tempat pendidikan iman baik bagi umat dewasa maupun anak-anak. Untuk pembinaan iman anak, KBG adalah tempatnya. Dimana, di dalam KBG, umat yang mempunyai karisma untuk mengajar memberi dirinya. Anak-anak didalam KBG diberi dorongan untuk menjadi putera-puteri altar. Dan karena itu, mereka ini akan terpanggil untuk masuk ke seminari. Terhadap panggilan khsusus ini Mgr. menegaskan, selama ini "kita panen dari kebun orang. Mulai 2012, kita berusaha untuk memulai seminari menengah di kebun sendiri." Itu artinya, anak-anak kita dibina, diarahkan untuk panggilan khusus itu. Selain itu, Mgr juga menekakan KBG diharapkan untuk peduli kepada sesama. Umat KBG bahu membahu membantu umatnya sendiri. Seperti dulu Credit Union yang dibangun karena situasi masyarakat saat itu yang miskin, demikian juga saat ini, anggota KBG yang kurang mampu dibantu oleh anggota KBG sendiri. Saling membantu satu sama lain.
Dengan demikian, Gereja yang kita harapkan "Communion of Communities" sungguh-sungguh nyata sebagai Gereja Partisipatif dan Berpusat pada Kristus. ***
Komentar