BELARASA
Hati terpanggil untuk
melakukan tindakan menolong, merasakan, keberpihakan, dan mau membantu. Semua
makna ini, dilakukan dengan kejujuran, ketulusan, dan niat yang jernih.
Yeremia dalam (23:1-6) menerawang jauh, bahwa akan genap janji Allah. Janji Allah yang
dimaksudkan itu ialah ”Tunas Daud.” Tunas Daud yang belarasa, yang bersikap
adil terhadap bangsa-Nya. Bersikap peduli dan mau mengangkat derajad umat-Nya
yang sedang dalam penindasan.
Tunas Daud yang
disampaikan Yeremia, ternyata memiliki kepribadian yang unik. Paulus kepada
umat di Efesus (2:13-18), memberikan ciri keunikkan itu. Bahwa unik karena keberanian-Nya
menyatukan segala konflik perbedaan, segala persoalan hidup yang tercerai berai
dengan darah-Nya sendiri. Bahwa kalian yang dulu jauh, kini dekat karena darah
Kristus. Darah pemersatu dan darah perdamian bangsa. Darah-Nya mengingatkan
suatu kedekatan umat dengan diri-Nya sendiri. Darah-Nya adalah pengorbanan
untuk banyak perbedaan, persoalan dalam hidup dan memberikan meterai untuk
tetap berjuang bersama dengan Dia.
Belarasa, yang
diungkapkan-Nya dalam pengorbanan, darah-Nya sendiri itu, hidup terus dan
menyegarkan umat-Nya. Markus dalam Injil, melukiskan kerinduan umat-Nya untuk
tetap hadir dan ada bersama-Nya dalam makan bersama.
Karena, makanan yang
dikonsekrirkan adalah diri-Nya sendiri. Dari pada-Nya mengalir aliran-aliran
air yang menyegarkan jiwa-jiwa yang letih lesuh. Maka pertanyaannya adalah
”apakah darah-Nya yang mengalir dalam jiwa kita, memberikan kehidupan juga bagi
orang lain yang ada di sekitar kita?” Lima roti dan dua potong ikan, (Mrk.6:30-34) telah
memberikan kehidupan baru, maka kita pun harus berani memecah-mecahkan diri dan
memberikan kepedulian bagi sesama kita. ***
Komentar