Gereja Dibangun Diatas Dasar Para Rasul
Ketika ada yang mau belajar untuk masuk menjadi
anggota Gereja Katolik, saya selalu ingat akan kalimat yang diucapkan Yesus
kepada Petrus. Kalimat itu demikian. “Engkau
adalah Petrus dan di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku, alam
maut tidak akan menguasainya.” (Mat. 16:18).
Refleksi Atas Sabda Yesus
Ketika saya merefleksikan kalimat Yesus ini
dalam keheningan, ada tiga hal yang saya temukan. Pertama, mengapa Yesus mengungkapkan kalimat ini kepada Rasul Petrus?
Dalam kisah Injil Matius, diceritakan bahwa setelah Yesus dan rombongan-Nya
sampai di Kaiserea Filipi, Yesus angkat bicara kepada para Rasul-Nya. Menurut
kalian, siapakah Aku ini? Dan saat itu, banyak diantara mereka menyebut Yesus
dengan jati diri yang berbeda-beda. Yesus dihubungan dengan para nabi dan nama
nenek moyang bangsa Yahudi. Dalam situasi yang boleh dibilang, galau, si
pemimpin rombongan para Rasul itu berkata kepada Yesus. “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup.” Sebuah ungkapan mirip spontan itu, ternyata adalah
sebuah kebenaran. Kebenaran yang diucapkan Petrus, Petrus mendapat gelar baru
yaitu sebagai pemimpin jemaat dan diatas pundaknya itu jemaat akan dibangun
secara sah.
Kedua, apa yang dimaksudkan dengan Jemaat yang disebutkan
Yesus? Jemaat adalah kumpulan orang yang percaya kepada Yesus karena
pemberitaan para Rasul. Kumpulan orang yang menjadi pengikut baru Yesus itulah
yang dalam ekklesiologi disebut Jemaat atau Gereja. Para rasul dengan
pemimpinnya adalah Petrus, adalah tiang-tiang hidup yang menyanggah hidup
jemaat baru dengan warta Yesus. Petrus diangkat oleh Yesus menjadi pemimpin
pertama, paus pertama dalam Gereja Katolik. Maka sampai sekarang Gereja Katolik
yang begitu banyak dimana-mana, di seluruh dunia ini, Paus menjadi pemimpinnya.
Paus meneruskan kepemimpinan dalam Gereja Katolik dengan mengangkat para uskup
untuk memimpin Gereja-gereja lokal (keuskupan). Dan di dalam keuskupan, uskup
mengangkat pastor dengan tahbisan imamat untuk meneruskan kepemimpinan
di Gereja-gereja Paroki.
Ketiga, mengapa kalimat Yesus tadi ditutup dengan
kalimat penegasan, alam maut tidak akan menguasainya? Yesus menyadari bahwa
anggota-anggota Jemaat yang dibangun di atas para Rasul, berasal dari berbagai
suku, budaya, etnis, daerah, dan lain-lain. Anggota yang plural itu, secara
manusiawi, sangat rawan untuk pecah belah, entah karena kekuasaan, finansial, entimental
pribadi, ataupun karena sikap-sikap yang lain yang mengarah kepada perpecahan.
Namun, secara spiritual-teologisnya, semuanya itu dapat dihalaukan karena Yesus
Kristus adalah pusatnya dan janjinya senantiasa menyertai Jemaat-Nya. “... akan
diberi nama Imanuel-Allah menyertai kita” (Mat. 1:23), “Dimana dua atau tiga
orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka” (Mat.
18:20), dan “... Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat.28:
20). Janji Yesus untuk menyertai Jemaat-Nya ini, tentu akan membuat segala
bencana dan petaka, baik dari dalam diri Jemaat maupun dari luar Jemaat akan
dihalaukan oleh Yesus Kristus. Biduk Rasul Petrus akan sampai pada tujuan yaitu Rumah Bapa dengan selamat.
Dari ketiga hal dasar ini, kita boleh bertanya
diri, “mana sih Gereja yang dibangun oleh Yesus?” Sebuah barang yang asli,
tidak gampang orang membawa keluar dari tempatnya lalu ditawarkannya kepada
orang-orang di pinggir-pinggir jalan. Karena efeknya jelas, orang akan mencuri
atau merampok. Dan harganya tidak akan dipermainkan oleh harga-harga pasar. Dan
sebaliknya, barang-barang yang diobralkan atau dijualkan di pinggir-pinggir
jalan atau dari satu rumah ke rumah yang lain dan harganya boleh ditawarkan,
jelas bahwa orang-barang itu adalah barang-barang palsu. Tidak original.
Benturan Keinginan dan Beriman pada Yesus
Di tengah era globalisasi yang mahadahsyat
dewasa ini, persaingan antar pribadi dan kelompok atau komunitas, tidak
terelakan. Pribadi dan kelompok atau komunitas yang kuat, akan menjadi penguasa
baru. Sedangkan pribadi dan kelompok atau komunitas yang lemah, akan kalah dan
mundur bahkan terpinggirkan. Dalam hal hidup beriman pun akan menjadi sesuatu
yang terbalik, dipersoalkan. Hidup beriman bisa saja dikalahkan dan akan muncul
penghayatan iman yang baru yaitu kepada keinginan diri sendiri. Yesus yang
menjadi penjamin hidup, de facto diakui, namun dalam riil hidup sehari-hari,
keinginan diri sendiri menjadi hal yang diutamakan. Yesus hadir dan menjadi
penonton bagi hidupnya. Yesus hanya diikuti ketika hari minggu, hari-hari raya
besar, dan pada masa-masa tertentu saja. Kebersamaan hanya karena rutinitas
bukan karena kebutuhan keselamatan hidup bersama Yesus.
Apa Solusinya?
Berani mengambil keputusan yang jelas dalam
hidup ini. Keberanian ini telah dicontohi oleh Petrus. Ia berani mengungkapkan
apa yang dikatakan Roh Kudus didalam dirinya. Dengan modal keberanian ini,
Yesus tahu bahwa didalam hatinya, bersinar cahaya abadi yang berasal dari Bapa
di Surga. Keberanian Petrus mencerminkan keberanian Yesus. Yesus mengambil
sikap jelas, diri-Nya dirampas habis-habisan oleh para algoju ketika di Taman
Getsemani, ketika berada di rumah bawah tanah, ketika berada di depan Pilatus
dan Herodes, ketika berada di pinggir-pinggir jalan menelusuri jalan menuju
Golgota dan bahkan di atas puncak salib. Dari sikap keberanian atau dewasa ini
disebut patriotisme, Jemaat-Nya pun harus berani mengambil keputusan hidup
bersama Yesus dan berbuah atau hidup dalam kutukan seperti pohon ara yang tidak
berbuah.
Kesetiaan pada iman. Kesetiaan telah ditunjukkan
oleh Rasul Petrus, cs. Mereka setia pada Yesus hingga mati baik sebagai martir
maupun mati karena dianggap sebagai penjahat dan tidak taat kepada para raja
dunia ini. Kesetiaan yang diteladani oleh Petrus, cs karena mereka mau belajar
dari kesetiaan Yesus kepada Bapa-Nya. Ketika Dia dihadapkan pada Pilatus, Dia
sungguh berjuang untuk menunjukkan kebenaran, karena kebenaran adalah
kesetiaanan-Nya pada Bapa-lah yang menyelamatkan hidup-Nya.***
Komentar