Membangun Gereja Partisipatif Melalui Sharing Injil

(Pemberdayaan Fasilitator Se-Bangka Belitung)
Hari Pertama, Kamis 31 Juli 2014

Sun Jaya Hotel Sungailiat, Hotel ditengah Kota Sungailiat
Sun Jaya Hotel, yang terletak di belakang SPBU Kota Sungailiat atau di samping tugu Pahlawan Kota Sungailiat, siang itu (31/7) mulai dipadati para peserta fasilitator yang berasal dari paroki-paroki sekevikepan Selatan, Bangka Belitung. Para peserta fasilitator sebanyak lima orang setiap paroki bersama pastor parokinya, memasuki pintu gerbang Sun Jaya Hotel. Mereka disambut oleh Panitia Organizing Commitee (OC) Paroki Sungailiat, yang dikomandani oleh Bpk. John Djanu Rombang. Para peserta dipersilakan meregistrasi dan kemudian panitia mengantar satu persatu peserta menuju kamar penginapan masing-masing. Selanjutnya para peserta diantar untuk makan siang bersama. Suasana hotel siang itu, begitu ramai.

Peserta yang hadir diajak untuk melihat pameran photo turba Mgr. Hilarius Moa Nirak SVD
Candatawa memecahi suasana panas siang bolong itu. Pasalnya, dari sekian banyak peserta yang berkumpul, mereka saling bertemu kangenria karena hampir beberapa tahun belakangan ini baru ketemu lagi. Persaudaraan terlihat begitu indah. Mereka saling merangkul, cipika-cipiki, ketika saling berjumpa satu sama lain. Panitia OC terus menerus melayani para peserta yang datang. Ada peserta yang langsung diantar masuk kamar makan, dan yang lainnya mulai istirahat siang untuk siap-siap melanjutkan acara pada pukul 16.00wib yang diawali pertemuan fasilitator ini dengan misa pembukaan.

Konsebrasi para pastor bersama Bapak Uskup
Sekitar pukul 16.00 wib, para peserta sudah berkumpul di ruang metting, siap-siap untuk membuka pertemuan fasilitator se-kevikepan Bangka Belitung dengan misa pembukaan. Misa pembukaan langsung dipimpin oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, Uskup Keuskupan Pangkalpinang dan didampingi oleh para pastor paroki se-kevikepan Bangka Belitung; Pastor RD. Markus Malu, pastor paroki Sta. Regina Pacis-Tanjungpandan Belitung, Pastor RD. Stanis Bani, pastor paroki St. Fransiskus Xaverius Koba, sekaligus sebagai Ketua Komisi KBG Kevikepan Bangka Belitung, Pastor RD. Vincentius Tamba, pastor paroki Sta. Bernardeth Pangkalpinang, pastor RD. Frans Mukin, pastor Paroki Katedral St. Yosep, sekaligus sebagai Vikep Kevikepan Selatan, Bangka Belitung, RD. Fidelis Serani Atawollo, pastor Paroki Sta. Maria Pelindung Para Pelaut Mentok, Pastor RD. Yosef Setiawan, pastor Paroki Sta. Maria Dikandung Tanpa Noda Belinyu, RP. Bernardus Windyatmo, MSF, pastor Paroki Sta. Maria Pengantara Segala Rahmat Sungailiat, dan hadir juga pastor RD. Philipus Seran, sekretaris Uskup dan sekaligus sekretaris Pangkalpinang Integral Pastoral Approach (PIPA).

Bpk Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD
Dalam kata pengantar misa pembukaan, Mgr. Hila, mengucapkan selamat datang para bapak dan ibu, suster dan pastor yang mau datang untuk mengikuti acara pertemuan fasilitator ini. Kehadiran kita saat ini merupakan suatu bentuk partisipasi kita. Lebih jauh, kehadiran kita ini merupakan tanda bahwa kehidupan Gereja saat ini dan akan datang, membutuhkan keterlibatan kita semua. Apalagi, visi Gereja kita adalah ‘Menjadi Gereja Partisipatif’’. Melalui visi ini, arah misi kita adalah memberikan peluang pengembangan KBG-KBG di Paroki kita. Pengembangan KBG-KBG saat ini dan ke masa depan, akan membutuhkan kita-kita ini menjadi fasilitator. Fasilitator menjadi ujung tombaknya KBG-KBG kita. Karena itu, kehadiran kita ini juga adalah tanda bahwa kita mau belajar, mau meningkatkan kualitas sebagai seorang fasilitator KBG.

Bpk Uskup memotong tumpeng HUT
Setelah selesai misa pembukaan, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Kesempatan makan bersama inilah, para fasilitator membangun keakraban dan persaudaraan dengan bapak Uskup Keuskupan Pangkalpinang, yang pada tanggal 2 Agustus merayakan 27 menjadi Uskup Keuskupan Pangkalpinang dan 43 tahun tahbisan Imamat, serta berumur 72 tahun. Kesempatan ini juga diberi kesempatan bagi seorang imam, seorang suster, dan seorang awam berbagi pengalaman perjumpaan mereka bersama bapak Uskup selama ini. Panitia OC dengan dukungan KBG Paroki Sungailiat telah menyiapkan tumpeng HUT dan kue HUT.

Bpk. Uskup, Narasumber Fasilitator se-Babel
Rangkaian acara pertemuan ini kemudian dilanjutkan pada pukul 19.00 wib dengan narasumber Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD. Mgr. Hila membawakan tema ‘Gereja bagai Pohon’ yang diinspirasi dari dogmatik Gereja, Lumen Gentium No. 6. Seperti dalam Perjanjian Lama wahyu tentang Kerajaan sering disampaikan dalam lambang-lambang, begitu pula sekarang makna Gereja yang mendalam, kita tangkap melalui pelbagai gambaran. Gambaran-gambaran itu diambil entah dari alam gembala atau petani, entah dari pembangunan ataupun dari hidup keluarga dan perkawinan. Semua itu telah disiapkan dalam kitab -kitab para nabi. .... Gereja itu  tanaman atau ladang Allah (lih 1Kor 3:9). Diladang itu tumbuhlah pohon zaitun bahari, yang akar Kudusnya ialah para Bapa bangsa. Disitu telah terlaksana dan akan terlaksanalah perdamaian antara bangsa Yahudi dan kaum kafir (lih Rom 11:13-26). Gereja ditanam oleh Petani Sorgawi sebagai kebun anggur te rpilih (lih Mat 21:33-43 par.; Yes 5:1 dst.). Kristuslah pokok anggur yang sejati.
Dialah yang memberi hidup dan kesuburan kepada cabang-cabang, yakni kita, yang karena Gereja tinggal dalam Dia, dan yang tidak mampu berbuat apa pun tanpa Dia (lih Yoh 15:1 -15).

Ekspresi Bpk. Uskup, mengajak fasilitator untuk melihat Gereja secara baru
Sebuah pohon itu kuat jika ditopang oleh akar yang kuat. Kalau akar sudah kuat, maka batang, cabang, ranting-ranting, daun akan subur dan akan menghasil buah-buah yang baik. Gereja bagai pohon, akar-akar pohon adalah KBG-KBG. KBG-KBG akan hidup dari Kitab Suci, Yesus Kristus, Allah Tritunggal Mahakudus. Persekutuan Trinitas, Bapa, Putra dan Roh Kudus menjadi persekutuan yang hendak dibangun dalam KBG-KBG. Model Gereja yang mendapat perwujudan konkrit dalam KBG-KBG adalah juga inspirasi dari LG No. 1-4, dimana dalam dokumen ini kita temukan fungsi Tritunggal. KBG-KBG mendapat inspirasi Trinitas sebagai model persekutuan. Supaya KBG-KBG itu dapat hidup, Sharing Injil harus dijalankan dengan baik. Sehingga akar-akar pohon yang kuat yang mampu menopong batang, cabang, ranting, daun dan buah bagaikan KBG-KBG pun harus melaksanakan Sharing Injil yang baik sehingga bukan buah yang memberi makan akar, tetapi akar-akar atau KBG-KBG-lah yang memberi makan batang, cabang, ranting, daun, dan buah. Dalam hal ini, KBG akan dapat menjalan missio ke dalam (missio ad intra) dan missio ke luar (missio ad extra).

Diakhir sesi Mgr. Hila, kembali beliau menegaskan bahwa aneka gambaran Gereja, tergantung pola pandang kita tentang Gereja. Sudah saatnya, Gereja mengutamakan communio. Communio itu mulai dari akar hingga batang, cabang, ranting, daun dan buah. Sehingga buah-buah yang nyata akan nampak menjadi misi Gereja yang nampak pula. Jika kita mengutamakan struktur, maka akan berpengaruh juga pada cara pandang kita tentang struktur.


Dalam proses sehari ini, terlihat fasilitator begitu antusias karena acara dikemas dengan baik dan berjalan dengan lancar. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik