Berani Mengendalikan Diri: Itulah seorang Kristiani (Prapaskah I 2015)



Renungan Minggu Prapaskah I 2015
Bacaan I                : Kej. 9: 8 – 15
Bacaan                  : 1Ptr. 3: 18 – 22
Bacaan Injil          : Mrk. 1: 12 - 15

Bacaan pertama, dalam Kitab Kejadian menceritakan tentang Nabi Nuh sekeluarga selamat dari air bah. Nabi Nuh sekeluarga diselamatkan karena berperilaku selalu baik dan benar dihadapan Allah. Keselamatan Nuh sekeluarga inilah menjadi janji Allah kepada manusia. Bahwa tidak akan ada lagi air bah yang menghayutkan manusia. Air tidak hanya menghayutkan ciptaan Allah tetapi air juga yang menjadi tanda keselamatan manusia yang selalu baik dan benar dihadapan Allah. Dalam artian ini, fungsi air adalah akan terus membersihkan manusia sehingga manusia tetap selamat menjumpai Allah. Disinilah makna air, disatu sisi bisa menghayutkan (menghancurkan) manusia namun disini lain, makna air itu membersihkan-menyelamatkan manusia.

Rasul Petrus dalam bacaan kedua, menegaskan kepada para pengikut dan murid Yesus bahwa dulu air bah menghayutkan manusia lalu yang selamat hanya keluarga Nuh. Sekarang ini, para murid dan pengikut Yesus diselamatkan karena air baptis yang dituangkan diatas dahi-air baptis. Lebih lanjut Rasul Petrus menasihati bahwa melalui pembaptisan, orang yang sudah diselamatkan ini berjuang dengan sabar dalam hidupnya untuk mencapai keselamatan kekal dalam Allah.

Rasul Petrus memberikan contoh teladan Yesus sendiri. Bahwa Yesus yang telah mati untuk dosa manusia supaya manusia yang percaya kepada Bapa-Nya, tetap selamat. Karena itu, pembaptisan itu tidak untuk membersihkan kenajisan-dosa-dosa melainkan untuk memurnikan hati setiap orang yang beriman dalam Kristus yang bangkit untuk hidup yang baru dalam kedamaian, keadilan, kesetiaan dan membawa Kabar Sukacita kepada semua orang. Disinilah, Rasul Petrus memberikan makna air secara rohani, yaitu air yang diterima dalam pembaptisan tidak membersihkan dosa secara fisik tetapi membaharui diri, untuk tumbuh dan mekar dalam kedamaian, kebaikan, keadilan, dan berani membawa misi sukacita Yesus kepada segenap manusia.

Dalam bacaan Injil, Markus menceritakan pergulatan fisik dan batin Yesus di Padang Gurun. Yesus yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, menjalankan makna air secara radikal, yaitu air yang diterima-Nya menumbuhkan ‘tunas-tunas yang subur’ yaitu Ia memiliki kemampuan diri untuk berani mengendalikan diri untuk tidak jadi dalam godaan walaupun secara fisik, Ia merasa sangat lapar. Dibalik secara fisik Ia lemah-kemanusiaan-Nya bangkit jiwa rohani, Ia yang selalu bersatu dalam Bapa, yang menguatkan Dia untuk dapat menguasai diri-Nya dan mampu menolak godaan untuk tidak mau menjadi penguasa dunia.

Disinilah, kita menemukan bahwa kekuatan pembaptisan diperjuangkan dengan sabar untuk memenangkan sebuah pertarungan keinginan diri yang bernilai pendek dan mengalahkan hawa napsu untuk berkuasa dalam hal apa saja dalam communio dengan Bapa-Nya.

Maka, pertanyaan refleksi untuk kita adalah bagaimana memaknai pembaptisan yang kita terima untuk kepentingan bersama dalam keluarga, KBG dan Gereja kita? Karena pembaptisan merupakan gerbang masuk untuk menghadirkan Kerajaan Allah ditengah dunia ini disatu sisi, dan disisi lain, menghadirkan communio Allah untuk memurnikan hidup ditengah ganas dunia, adalah tujuan hidup kekristianian kita. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik