Belajar Spiritualitas pada Dua Murid dalam Perjalanan ke Emaus
Setelah semua KBG-KBG di Paroki Sungailiat memilih pengurus KBG-KBGnya berdasarkan modul Pemilihan Pengurus KBG, seluruh pengurus KBG didampingi oleh Tim PIPA Paroki ke beberapa KBG gabungan untuk belajar Spiritualitas pada Dua Murid dalam Perjalanan ke Emaus.
A. Teks Kitab Suci Injil Lukas 24: 13-35
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid
Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil
jauhnya dari Yerusalem,
14 dan mereka bercakapc-cakap tentang
segala sesuatu yang telah terjadi.
15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan
bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan
bersama-sama dengan mereka.
16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata
mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah
yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka
dengan muka muram.
18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas,
menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang
tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
19 Kata-Nya kepada mereka: "Apakah
itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia
adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan
Allah dan di depan seluruh bangsa kami.
20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin
kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa
Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah
lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami
telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,
23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka
datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat,
yang mengatakan, bahwa Ia hidup.
24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur
itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu,
tetapi Dia tidak mereka lihat."
25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu
orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu
untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang
tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi.
28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju,
lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya:
"Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan
matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama
dengan mereka.
30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia
mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada mereka.
31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan
merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
32 Kata mereka seorang kepada yang lain:
"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di
tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke
Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang
berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.
34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan
telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon."
35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa
yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia
memecah-mecahkan roti.
B. Penjelasan Teks: Satu hal yang diperlukan
1.
Ayat 13-14: perhatikan kalimat: (1). ‘pada hari itu juga...’ Kalimat ini mau mengatakan kepada kita
bahwa pada hari yang sama terjadi rentetan peristiwa peristiwa pertama (bdk. Yoh. 20: 1-10), ketika malaikat
menyampaikan kabar kepada Maria Magdalena bahwa Yesus sudah bangkit, Maria dan
perempuan yang lain serta Petrus dan kawan-kawannya keluar dari rumah Markus
Yohanes, murid Rasul Petrus, anak Maria di Yerusalem (Kis. 12:12,12:25, 13:5;
Kol. 4:10), ke kubur untuk melihat Yesus yang bangkit. Dan pada saat yang sama
itu juga, Dua orang murid ini pun keluar dari rumah tempat tinggal mereka,
tetapi bukan ikut ke kubur Yesus namun keduanya ini justru pergi ke Emaus.
(2). ‘Lukas menyebut jarak Yerusalem ke Emaus kira-kira 7
mil. Satu mil sama dengan 1,6 km, jadi kalau 7 mil sama dengan 11,2 km. (3). Dalam
pengertian orang Yahudi, kata Emaus artinya: ‘sumber air panas’ atau ‘kolam
air panas’. Secara tidak langsung arti kata Emaus ini mau mengatakan bahwa
di Emaus pun suasana panas, termasuk jiwa para penghuninya. Maka jiwa dua murid
ini, pun ‘panas’, ‘menggelora’, ‘emosional’ sehingga sangat mempengaruhi
perjalnan hidup dan segala keputusan yang mereka ambil. Dalam sejarah Yahudi, Emaus
adalah salah satu kota jajahan Romawi.
Lalu pada ayat 14, perhatikan kalimat: ‘bercakap-cakap’.
Bercakap-cakap berarti berbicara tanpa putus. Isi percakapan mereka ialah
tentang situasi yang sedang terjadi pada diri Yesus: ditangkap, didera, disalibkan,
wafat, dan dikuburkan. Juga kedua murid itu pun membicarakan situasi apa yang
terjadi dan akan terjadi, jika Yesus sudah tidak ada lagi di antara mereka
(dibaca: para rasul dan para murid). Sangat boleh jadi bahwa mereka melihat
situasi para rasul dan murid yang lain, bahwa belum siap kepergian Yesus. Sehingga
secara emosional dua murid ini mengambil keputusan untuk berbelok arah,
bukannya ke kubur Yesus melainkan pulang kampung halaman mereka.
2.
Ayat 15-24: pada bagian ini saya membagi penjelasan dalam
beberapa bagian.
Pertama, ayat 15-16: kedua murid yang
sedang bercakap-cakap tentang situasi yang terjadi pada Yesus dan situasi yang
sedang dan akan mereka alami itu, seseorang (dibaca: Yesus) datang kepada
mereka. Inisiatip datang kepada dua murid dalam perjalanan ini adalah seseorang
tersebut. Tanpa dua murid ini mengundangnya, Dia datang dan mau mengetahui apa
yang sedang dua murid itu perbincangkan.
Seseorang itu kemudian jalan bersama
mereka. Dua murid sedang bercakap-cakap artinya mereka sedang berdiskusi, tukar
pikiran apa yang mereka pahami tentang kematian Yesus dan kebangkitan-Nya.
Dalam diskusi itu topiknya tentu kejadian yang sedang terjadi dengan Yesus dan
peristiwa terbaru yang dialami Yesus yaitu peristiwa kebangkitan Yesus. Peristiwa
kebangkitan Yesus mereka diskusikan karena mereka mendengar dari para perempuan
yang pulang dari kubur.
Orang asing yang jalan bersama dengan
dua murid itu, tidak mereka tahu bahwa itu Yesus. Satu pertanyaan sederhana
yang boleh kita munculkan disini: mengapa
dua murid itu tidak tahu bahwa itu Yesus?
Disebut Lukas pada ayat 16, bahwa ‘ada sesuatu yang menghalangi mata kedua
murid tersebut’. Dialog diantara mereka yang serius pun salah satu penyebab
kedua murid ini tidak mengetahui dan mengenal dengan serius kehadiran ‘Yesus
yang bangkit.’ Secara sederhana, bisa jadi ada yang mengatakan bahwa
karena fisik Yesus telah berubah dengan fisik rohani (makna kebangkitan, bdk.
Luk. 9:18-36). Bentuk fisik rohani inilah yang tidak mereka kenal. Namun,
alasan ini rasanya kurang mendasar. Yang lebih mendasar ialah bahwa kedua murid
itu: pertama,
‘tidak paham atau tidak percaya akan kebangkitan’. Sangat tampak jelas bahwa
dua murid ini tidak percaya akan kebangkitan Yesus seperti yang diwartakan para
nabi dalam kitab-kitab dan apa yang disampaikan oleh Yesus sendiri: ‘pada hari
ketiga Aku akan bangkit kembali.’ Namun, secara teori, dua murid ini mampu
berdiskusi, soal hal ini. Inilah trend dewasa ini, secara teori kita memiliki
kemampuan untuk menyampaikan kepada orang lain, namun jauh dari itu, tidak
yakin dan tidak percaya akan apa yang disampaikan itu sebagai sebuah kebenaran
iman. Kedua, keseriusan dua murid yang sedang berbicara dengan topik
yang hangat tentang Yesus yang bangkit, sehingga ketika ada yang datang jalan
bersama dengan mereka, kedua murid itu kurang serius juga menaruh hati. Apalagi
mengenal. Mungkin saja seperti bayang-bayang, persis seperti orang buta ketika disembuhkan
Yesus, proses penyembuhan dimulai dengan melihat bayang-bayang setelah itu baru
melihat secara normal. Ketiga, kegalauan hati dua murid
karena motivasi dua murid untuk mengikuti Yesus tidak terjawab oleh Yesus.
Yesus yang dipandang dua murid ini sebagai pembebas mereka dari penjajah Romawi,
tidak terjawab. Malahan Yesus keburu ditangkap dan dihukum mati. Karena motivasi
dua murid ini tidak terjawab maka secara logis dua murid ini mengambil keputusan
untuk pulang ke kampung halaman, Emaus. Ada banyak kita dijaman ini yang menjadi
murid Yesus pun memiliki motivasi yang macam-macam. Bahkan terkadang memaksa motivasi
sendiri kepada Yesus. Sehingga ketika motivasi
sendiri ini tidak dijawab Yesus, maka secara perlahan-lahan atau frontal untuk meninggalkan
Yesus.
Kedua, ayat 17-18: dua murid yang serius
berdialog soal Yesus itu, malahan mendapat tanggapan dari orang asing (dibaca: Yesus).
Orang asing itu bertanya kepada mereka: apa yang sedang kalian perbincangkan
itu?. Pertanyaan Yesus direspons oleh dua murid dengan berhenti sesaat dan
wajah dua murid itu terlihat muram. Wajah muram menunjukkan sikap dua murid
tersebut, yaitu terlihat ‘marah, kesal,
heran, dan lebih dari itu mereka mengatakan kepada Yesus sebagai orang asing /
pendatang baru di Yerusalem’.
Namun, sejatinya pertanyaan Yesus itu
mau mengalihkan percakapan mereka, supaya pusat percakapan mereka itu, jangan
mengawang-awang, sekaligus Yesus mau menegaskan bahwa sekarang yang kalian percakapan
itu, kini ada di tengah kalian. Karena itu Yesus sebenarnya meminta dua murid
itu untuk memfokuskan perhatian mereka sekarang juga kepada Yesus, bukan pada
diskusi-dialog atau tukar pikiran seputar ilmu-ilmu pengetahuan tentang Yesus
dan kebangkitan-Nya. Hebatnya dua murid ini ialah walau mereka tidak paham
benar soal kebangkitan Yesus atau tentang Yesus, namun mereka mau berbicara
tentang Yesus dalam ‘perjalanan mereka ke Emaus’. Untung mereka tidak begosip
tentang situasi persekutuan mereka di Yerusalem atau hal-hal lain yang terjadi didalam
perjalanan mereka.
Ketiga, ayat 19-24: Isi dialog dua murid
dalam perjalanan itu, diperdalam oleh Yesus dengan mengajukan pertanyaan
singkat: apa itu? Pertanyaan singkat yang diajukan Yesus itu, dijawab dengan
memberikan penjelasan oleh dua murid seperti yang mereka tahu, selama mereka
mengikuti Yesus. Kita boleh belajar satu hal lagi disini yaitu Yesus hadir
sebagai penguji penjelasan mereka. Bahkan bukan hanya itu, tetapi Yesus pun
tahu motivasi awal kedua murid mengikuti Dia, yaitu mereka mengharapkan supaya Yesus
sebagai pembebas mereka dari penjajahan Romawi.
Penjelasan dua murid dalam ayat 20-24 mirip seperti kita baca dalam
Injil Yohanes 20: 1-10. Menarik dari penjelasan dua murid ini, kita pun belajar
‘motivasi kita untuk menjadi murid Yesus.’ Maka patut kita bertanya diri: apa motivasi saya menjadi murid Yesus?’.
‘Apa motivasi saya menjadi pengurus KBG,
pengurus PIPA Paroki, dan DPP serta menjadi fasilitator dalam KBG dan menjadi anggota
fasilitator PIPA Paroki?’
3. Ayat 25-28:
Yesus mengecam kedua murid di perjalanan itu,
sebagai ‘orang bodoh’. Secara ilmu pengetahuan dua murid itu boleh dibilang
lulus. Lulus karena secara teori mereka mampu menyampaikan hal yang mereka alami
bersama Yesus itu kepada Yesus sendiri. Tetapi, apa yang mereka percakapkan,
apa yang mereka diskusikan itu hanya sebatas ilmu pengetahuan. Namun, tidak
mereka yakin dan percaya. Tidak mereka hayati sebagai iman. Karena itu,
layaklah Yesus mengecam mereka sebagai ‘orang bodoh’. Disini juga boleh kita belajar,
bahwa jika yang kita ajarkan tentang Yesus namun tidak kita percaya, maka Yesus
pun tidak segan-segan mengecem kita sebagai ‘orang bodoh’.
Mengapa kedua murid itu tidak percaya
akan sabda para nabi? Padahal para nabi adalah utusan Allah. Lalu sabda para nabi
adalah Sabda Allah dalam Perjanjian Lama. Rasanya kedua murid ini masih dalam
cara berpikir seperti bangsa mereka sendiri, mereka belum berubah motivasi
menjadi murid Yesus. Justru mereka mengharapkan Yesus-lah harus mengikuti
motivasi mereka, yaitu pembebas mereka dari para penjajah Romawi. Cara berpikir
ini sangat keliru sekali. Semestinya dua murid ini harus mengubah motivasi mereka
dengan motivasi Yesus, sehingga mereka sungguh menjadi murid Yesus. Mana ada
guru di dunia ini yang mau mengikuti kemauan muridnya?
Namun, ada
baiknya juga kita pun boleh belajar juga dari dua murid ini. Bahwa dengan
mereka mengungkapkan motivasi mereka menjadi murid Yesus, untuk dibebaskan
Yesus dari para penjajah Romawi, maka kita pun mau belajar lagi pada dua murid
ini dengan membuka hati, menerima penjelasan kembali Yesus. Yesus hadir untuk memberikan
HER ulang soal apa yang mereka tahu dan alami selama ini.
Pada ayat 27,
kita tahu bahwa Yesus kembali (review-renewal) menjelaskan kehadiran seluruh
hidup-Nya mulai dari Kitab-kitab Musa hingga Kitab-kitab para nabi (Kitab
Perjanjian Lama). Disini sebenarnya, Yesus mau meyakinkan dua murid bahwa Sabda
Para Nabi yang mengharapkan kehadiran seorang Mesias, itu kini hadir
ditengah-tengah mereka. Karena itu, semestinya harus percaya akan Sabda Para
Nabi.
Dalam ayat
28, kita baca bahwa rupanya kampung yang dituju dua murid itu, diketahui juga
oleh Yesus. Yesus buat seolah-olah mau melewati kampung Emaus. Disini, Yesus
mencoba dua murid, bagaimana respons sikap dua murid ketika Yesus berbuat
demikian. Ujian kepada dua murid memiliki dua makna: pertama, apa dua murid ini
membiarkan orang asing (dibaca: Yesus) pergi begitu saja? ataukah kedua, mau
berbagi ilmu pengetahuan tentang Kitab Suci dengan mengundang orang asing
(dibaca: Yesus) untuk tinggal bersama mereka?
4. Ayat 29: respons dua murid pada ayat ini sangat
menarik. Bahkan hemat saya, merupakan sangat mendasar. Mengapa? Pertama,
respons dua murid mengundang orang asing (dibaca: Yesus) untuk tinggal bersama
dengan mereka, adalah luar biasa dan sangat tepat. Bagi kebanyakan orang
mengundang orang asing untuk tinggal di rumah karena hari sudah gelap, itu hal
yang biasa. Makna sosialitas yang dihayati oleh kebanyakan masyarakat. Apalagi,
di dalam perjalanan itu, orang asing sudah menjelaskan kepada mereka tentang
isi Kitab Suci dari Kitab-kitab Musa hingga kitab-kitab para nabi. Namun disatu
sisi, jika ditelaah lebih pada ekonomis, boleh jadi undangan kepada orang asing
ini, dilihat sebagai upah. Apalagi undangan itu sangat mendesak, dirasa dua
murid sebagai utang budi atau utang ilmu Kitab Suci.
Kedua, jika kita melihat
dari konsep ‘orang asing’ (dibaca: Yesus), undangan dua murid itu memberikan
kesempatan atau waktu kepada Yesus untuk membuka misteri Allah bagi kedua murid
untuk mengambil sikap percaya akan Allah dalam diri-Nya. Maksud undangan inilah
yang benar dan sungguh terjadi. Bahwa misteri Allah tentang kebangkitan Yesus
itu terungkap. Sehingga kedua murid itu merasa menyesal, malu, ‘bodoh’ karena
Yesus dibilang mereka orang asing. Sikap mereka selanjutnya mengambil keputusan
untuk percaya akan kebangkitan Yesus. Ada sikap tobat dari dua murid tersebut.
Ketiga, dalam banyak hal,
orang yang menjadi murid Yesus selalu mengatakan bahwa Yesus selalu menyertai orang
yang menjadi murid-Nya. Ini benar sekali. Namun, kalau hanya berargumen sebatas
ini saja, tidak cukup. Yesus yang selalu menyertai orang yang mengikuti-Nya
itu, harus perlu diundang. Maksud undangan ini ialah supaya Yesus menjadi
fokus, pusat hidup kita. Kehadiran Yesus itu bukan menjadi penonton atau
penilai hidup kita. Undang Yesus hadir bukan juga hanya terjadi pada malam
hari. Yesus justru sangat mengharapkan dan menghendaki supaya Dia menjadi pusat
seluruh hidup kita.
5.
Ayat 30-31: Yesus yang diundang
dengan sangat mendesak mampu berbuat sesuatu untuk membuka mata hati mereka.
Disini kita boleh belajar makna terdalam dari Ekaristi. Pertama, sebelum
Yesus membuka misteri diri, Ia mau supaya dua murid harus mendengarkan
pengajaran Yesus melalui Sabda dalam Kitab Perjanjian Lama (Kitab-kitab Musa
hingga kitab-kitab para nabi). Karena itu dalam Ekaristi kita ada Liturgi
Sabda, sebelum Liturgi Ekaristi. Maka liturgi Sabda dalam Ekaristiti tidak bisa
diabaikan, atau pura-pura datang terlambat sehingga melewati bagian Sabda dalam
perayaan Ekaristi dengan alasan kotbah tidak menarik, atau alasan lainnya.
Kedua, Ekaristi adalah
puncak, pusat, dan sumber hidup dua murid tersebut. Sebagai puncak, karena
sebelumnya mereka mendengarkan Sabda. Sebagai pusat karena sebelumnya
mereka dalam berziarah menuju Emaus. Dalam ziarah perjalanan itu, mereka belum
mengenal Yesus secara utuh. Mereka baru kenal Yesus melalui Sabda. Ternyata
hanya Sabda saja dua murid itu tidak percaya akan Yesus. Di puncak itu yaitu
Ekaristi menjadikan dua murid yakin dan percaya akan kehadiran Yesus. Sebagai
pusat, Ekaristi membuat orang berubah motivasi, bahkan mengikut Yesus
bukan untuk mencari makan, popularitas, kaya, kelancaran dalam bisnis, dll,
tetapi menjadikan Yesus pusat seluruh hari-hari hidup seseorang sehingga
hidupnya adalah hidup Yesus. Bukan memisahkan hidup: dari pagi-hingga sore
hidup saya, nanti malam baru hidup untuk Yesus, atau sebaliknya. Atau dalam
hidup, Yesus dianggap menjadi orang asing. Ingat, ketika kita menjadikan Yesus
orang asing, Yesus akan mengecam kita sebagai ‘orang bodoh’.
6.
Ayat 32-35: setelah dua murid mengalami Yesus yang
bangkit yang selalu menyertai mereka itu, dua murid pun berani mengambil
keputusan untuk kembali ke Yerusalem. Kembali ke Yerusalem berarti: (1).
kembali kedalam persekutuan dengan para rasul dan murid yang lain. (2). kembali
ke Yerusalem berarti dua murid itu percaya akan kebenaran Firman Yesus, yaitu
pada hari ketiga Yesus bangkit dari kematiannya, dan seluruh Kitab Musa dan
para nabi. (3). Kembali ke Yerusalem berarti kembali untuk memulai mewartaan
Yesus sampai ke ujung bumi.
Ketika dua murid sampai di Yerusalem, para
rasul dan murid yang lain menceriterakan kepada dua murid bahwa Yesus telah
bangkit. Dua murid itu pun, menceriterakan juga bahwa Yesus juga menampakan
diri-Nya kepada mereka. Disini mereka saling berbagi atas pengalaman
kebangkitan Yesus yang mereka alami. Pusat saling berbagi mereka ialah Sabda
dan Ekaristi, bukan mereka berbagi soal kegalauan hidup, pribadi-pribadi orang
tertentu, keburukan atau kejelekan orang lain, atau lebih para gosip-gosip
tentang orang lain atau keburukan para pemimpin kita.
Disinilah, makna
Sharing Injil: saling berbagi tentang pengalaman kebangkitan Yesus yang dialami
oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus yang bangkit.
C. Belajar Spiritualitas dari Dua Murid ke Emaus
Di
bawah ini saya membuat enam fase untuk membantu kita memahami perjalanan dua
murid ke Emaus. Didalam bagian-bagian itu, kita patut belajar semangat dari dua
murid sehingga kita semakin dikuatkan untuk hidup dalam persekutuan sebagai
Gereja Kristus.
Pembagian fase
pemahaman ini, berdasarkan pemahaman pribadi tentang ceritera Injil Lukas ini.
Jadi pembagian fase pemahaman ini, bisa didiskusikan lagi. Namun, pembagian
fase ini hanya sekedar mau membantu kita belajar menemukan dan menimbah
spiritualitas hidup dari dua murid ini.
Pembagian fase
pemahaman ini terdiri dari enam fase. Fase pertama ‘kehangatan pertama bersama
Yesus’, fase kedua ‘kebingungan dalam bersama Yesus’, fase ketiga ‘Idealisme
mengenal Yesus’, fase keempat ‘kehangatan kedua bersama Yesus’, fase kelima
‘kerendahan hati mengenal Yesus’, dan fase keenam ‘keputusan untuk kembali ke
‘Yerusalem’.
Pendalaman setiap fase
ini akan dilalui sebagai berikut:
1. Kehangatan Pertama bersama Yesus
Mari, kita
membuka Kitab Suci, kita membuka Injil Lukas 24: 13-14.
Salah
seorang dari kita membacakan ayat dari teks ini dengan suara lantang dan keras.
Kita yang lain ikut membacanya dengan diam dalam hati.
Kita sudah membaca teks
Lukas tadi, sekarang coba kita perhatikan secara saksama gambar berikut ini.
· Apa yang terjadi dalam
gambar ini?
· Gambar siapa di sudut
kiri atas itu? Lalu apa maksud gambar itu?
· Apa isi dari
percakapan dua murid ini?
Baca secara bergilir berikut ini:
§ Setelah Yesus wafat,
para rasul dan murid Yesus kembali ke Yerusalem.
§ Mereka tinggal di
Yerusalem. Mereka takut, cemas, kuatir, putus asa, putus harapan, dan bingung.
Karena sang guru sudah tidak ada lagi. Harapan dan gantungan hidup mereka telah
mati sebagai penjahat.
§ Dua murid dalam
ketakutan, kecemasan, dan kekuatiran itu ‘lari’ dari Yerusalem ke Emaus. Mereka
mengenal Yesus namun mereka tidak percaya Yesus telah bangkit.
§ Emaus artinya ‘sumber air panas’ atau ‘kolam air panas’. Ini menggambarkan
suatu suasana yang panas, tidak nyaman, tidak bersahabat.
Pertanyaan:
- Mengapa
ke dua murid ini nekad ‘lari’ ke Emaus, padahal suasana saat itu
mencekamkan?
- Apakah
kita juga lari ke Emaus ketika kita menemukan suatu suasana dalam
komunitas (KBG, Pengurus KBG, Pengurus PIPA Paroki dan Pengurus DPP) kita
yang kurang mendukung kehadiran kita?
Tambahan:
§ Mengambil keputusan
untuk pergi ke Emaus adalah sebuah keputusan manusiawi sekali. Bisa saja dengan
mengambil keputusan itu, mereka sendiri merasa aman dari situasi yang sedang
terjadi di Yerusalem.
§ Namun, hebatnya bahwa
dalam perjalanan itu dua murid masih mau bertukar pikiran tentang Yesus dan
peristiwa yang sedang terjadi pada diri Yesus. Itu artinya mereka tidak percaya
pada kebangkitan Yesus, tapi dua murid itu masih mau berbicara tentang Yesus.
§ Belajar dari dua murid
ke Emaus ini, harusnya para pengurus KBG, PIPA Paroki, Pengurus DPP pun perlu
duduk bersama untuk membicarakan bagaimana Yesus diwartakan dalam konteks KBG
dan Paroki, sehingga Yesus menjadi sebuah refleksi hidup yang membawa
pertobatan hidup sehingga hidup lebih diperbaharui lagi.
2.
Kebingungan dalam
bersama Yesus
Mari, kita membuka Kitab Suci, kita membuka
Injil Lukas 24: 15-24.
Salah seorang dari kita membacakan ayat dari
teks ini dengan suara lantang dan keras. Kita yang lain ikut membacanya dengan
diam dalam hati.
Kita baca sekali lagi teks yang sama, dengan
orang yang berbeda. Mohon supaya membacanya dengan suara yang lantang dan
jelas.
Kita sudah membaca teks Lukas tadi, sekarang
coba kita perhatikan secara saksama gambar berikut ini.
§ Apa yang sedang
terjadi didalam gambar ini?
§ Apakah dua murid
mengenal seseorang yang datang kepada mereka itu Yesus?
§ Apa respons dua murid
ketika ada seseorang (dibaca: Yesus) itu datang kepada mereka?
§ Mengapa dua murid itu
tidak mengenal bahwa itu Yesus?
§ Apa saja yang
diceriterakan dua murid kepada seorang (dibaca: Yesus) yang datang kepada
mereka?
Peserta
baca secara bergilir berikut ini:
§ Dua murid dalam
perjalanan itu bertukar pikiran soal keadaan yang mereka alami di Yerusalem.
§ Yesus datang kepada
mereka. Tapi, mereka belum sadar saat itu, bahwa itu Yesus.
§ Mereka mengira yang
datang itu seorang pengganggu percakapan mereka, tidak pernah tahu apa yang
sedang terjadi dengan Yesus.
§ Mereka adalah murid Yesus
tapi belum percaya-yakin akan adanya kebangkitan Yesus.
§ Mereka mengira bahwa
motivasi mereka mengikuti Yesus, dijawab sepenuhnya oleh Yesus.
Pertanyaan:
§ Apa motivasi kita
menjadi murid Yesus? Apakah motivasi kita menjadi murid Yesus sungguh-sungguh dijawab
sepenuhnya oleh Yesus selama ini?
§ Apa yang menjadi
penghalang bagi kita untuk mengenal Yesus dalam perjalanan hidup kita, baik
sebagai anggota KBG, anggota Gereja maupun menjadi pengurus KBG, PIPA Paroki
dan DPP?
§ Apakah dalam
kebingungan kepercayaan kebangkitan Yesus, kita masih membutuhkan orang lain?
Atau mengambil keputusan untuk ‘lari’ dari persekutuan kita seperti kedua murid
tadi?
Tambahan:
§ Walau motivasi dua
murid tidak dijawab sepenuhnya oleh Yesus, tapi dua murid ini selalu berusaha
untuk memahami Yesus dengan bertukar pikiran.
§ Kehadiran Yesus dalam
perjalanan dua murid, menandakan bahwa Yesus selalu menyertai umat-Nya, walau
tidak mereka sadar.
§ Kehadiran Yesus dalam
rupa berbeda. Itulah Yesus yang bangkit. Yesus dapat hadir dalam diri setiap
orang yang percaya kepada-Nya.
§ Kehadiran-Nya menuntut
keterbukaan hati kita, supaya lebih dekat memahami Dia. Dengan memahami-Nya,
motivasi kita pun berubah mengikuti motivasi Yesus. Bukan menuntut kepada Yesus
mengikuti motivasi kita.
3. Idealisme Mengenal Yesus
Coba kita perhatikan secara saksama gambar
berikut ini.
Sambil kita perhatikan
gambar ini, kita minta salah seorang dari kita membaca teks Injil Lukas 24: 25-28 dengan suara yang keras
dan jelas.
§ Apa yang terjadi
didalam gambar ini?
§ Apa respons dua murid
dalam perjalanan itu?
§ Mengapa dua murid
dalam perjalanan itu memberi posisi orang asing ditengah-tengah mereka?
§ Apa yang sedang
dilakukan orang asing dalam gambar ini?
Peserta
baca secara bergilir berikut ini:
§
Dua
Murid mengenal Yesus, tetapi bisa saja mereka mengenal dan ikut Yesus dengan
motivasi lain: motivasi pribadi belum tertranformasi
dengan motivasi Yesus sendiri.
§
Sehingga
semangat dua murid ini jauh berbeda dengan semangat para rasul dan murid yang
lain yang tetap tinggal di Yerusalem.
§
Walau
semangat mengenal Yesus secara idealis tapi ternyata dua murid ini ‘masih
membuka hati’ untuk menerima orang lain (dibaca: Yesus).
§
Yesus
hadir di tengah perjalanan mereka dan meluruskan motivasi mereka.
Pertanyaan:
§
Apa
peran ‘orang lain’ (dibaca: Yesus) bagi mereka?
§
Bagaimana
dengan disposisi batin-ekspresi diri dua murid ketika menerima menjelasan ‘orang
lain’?
§
Dalam
penghayatan iman yang idealis, apakah kita pun mau menerima orang lain untuk
berbagi dengan kita?
§
Sebagai
pengurus KBG, PIPA Paroki, dan anggota DPP, kita membutuhkan orang lain. Apa
saja yang perlu kita lakukan supaya kita tetap dalam satu persekutuan?
Tambahan:
§ Dalam satu persekutuan
baik sebagai pengurus KBG, pengurus PIPA Paroki, dan anggota DPP, perjumpaan
kita untuk saling berbagi adalah salah satu unsur yang mendasar dalam sebuah
persekutuan.
§ Dalam saling berbagi,
kita menjadikan Yesus (Kitab Suci) sebagai pusat di tengah-tengah persekutuan
kita. Dari Yesus kita menimbah rahmat. Dari Yesus kita belajar memahami
motivasi-Nya dan karena itu motivasi kita pun berubah mengikuti motivasi Yesus.
§ Maka Sharing Injil
Tujuh Langkah adalah cara yang tepat, kita belajar spiritualitas Yesus, untuk
berbagi kepada sesama kita.
§ Menjadi pengurus KBG,
anggota PIPA Paroki dan anggota DPP, tugas ini adalah tugas pelayanan. Maka
tugas melayani mengalir dari motivasi Yesus, bukan motivasi diri sendiri.
4. Kehangatan Kedua Bersama Yesus (ayat 29)
Coba perhatikan gambar berikut ini secara
teliti.
Sementara kita
perhatikan bersama gambar ini, kita minta salah seorang dari kita membaca teks
Injil Lukas 24: 29 dengan suara yang lantang dan jelas.
§ Apa yang terjadi dalam
gambar ini?
§ Apa yang dilakukan dua
murid kepada ‘orang asing’ (dibaca: Yesus)?
§ Mengapa mereka mau
mengundang orang asing (dibaca: Yesus) dengan begitu mendesak?
§ Pernahkah kita
mengundang orang asing untuk singgah atau tinggal di rumah kita? Jika ada coba
sharingkan secara singkat pengalaman ini!
Peserta
membaca secara bergilir berikut ini:
§ Kehadiran Yesus dalam
perjalanan dua murid, memberi angin segar bagi hidup mereka. Mereka mengundang
‘orang lain’ (dibaca: Yesus) untuk tinggal bersama mereka.
§ Saking merasa
‘bahagia’ (karena orang asing itu mampu menjelaskan Kitab Suci), mereka
mengundang ‘orang lain” (dibaca: Yesus) untuk tinggal bersama dengan mereka.
§ Orang lain (dibaca:
Yesus) telah meluluhkan hati dan seluruh diri mereka. Motivasi mereka awal
mulai berubah. Mengenal Yesus yang idealis ‘runtuh’.
Pertanyaan:
§ Dua Murid ke Emaus,
ternyata menemukan jati diri mereka bahwa ‘ke Emaus’ dapat berjumpa dengan
‘orang lain’ (dibaca: Yesus) yang mampu menjawabi idealis mereka. Dalam
kebingungan memahami Yesus yang bangkit, kegalauan bekerja untuk Gereja, dll,
apakah masih ada ruang hati kita membutuhkan orang lain? Walau orang lain itu
tidak pandai, sederhana, tidak kaya ilmu, dll.
§ Kerindauan dua murid
ke Emaus terhadap Yesus, adalah kerinduan kita juga. Beranikah kita mau
mengungkapkan kerinduan kita dengan mengundang Yesus untuk singgah dan berkarya
di hati dan di rumah, serta didalam komunitas kita, bahkan seluruh hidup kita?
Tambahan:
§ Inisiatip kehadiran
Yesus dalam dua murid di perjalanan itu, datang dari Yesus. Kehadiran-Nya tidak
dikenal dua murid itu. Bagaimana kalau dua murid itu tidak mengundang orang
asing itu untuk tinggal bersama mereka? Jelas orang asing tetap orang asing.
Dua murid itu tetap kebingungan dan tetap tinggal mengenal dan tidak percaya
Yesus yang bangkit.
§ Walau kehadiran Yesus
di tengah dua murid dan di tengah kita adalah inisiatip-Nya, tanpa kita mengundang-Nya,
Yesus tetap menjadi orang asing. Bisa saja Dia menjadi penonton dan penilai
hidup kita.
§ Kehadiran Yesus yang
sudah bangkit, perlu kita undang. Ini sangat urgen sekali. Dengan kita
mengundang Dia, Dia menjadi pusat hidup kita. Dia akan selalu menyertai kita,
mengajar kita, membimbing kita, dan menuntun kita kepada kebenaran dan
kebaikan.
§ Mengundang Yesus yang
bangkit, tidak hanya pada malam hari. Justru mengundang Yesus sepanjang hidup
kita.
5. Kerendahan hati untuk Mengenal Yesus
Coba perhatikan gambar berikut ini secara
teliti.
Sementara kita perhatikan bersama gambar ini,
kita minta salah seorang dari kita membaca teks Injil Lukas 24: 30-31 dengan
suara yang lantang dan jelas.
§ Apa yang terjadi
didalam gambar ini?
§ Apa yang dilakukan
Yesus dalam gambar ini?
§ Apa respons dua murid
dalam gambar ini?
Peserta
baca secara bergilir berikut ini:
§ Dua murid di Emaus,
baru mengenal bahwa ‘orang lain’ (dibaca: Yesus) yang ada dalam perjalanan
mereka adalah Yesus ketika makan bersama. Yesus mengambil roti dan mengucapkan
berkat.
§ Perjamuan Kudus adalah
perayaan misteri Allah dalam diri Yesus. Melalui Yesus, Allah membuka hati dan
seluruh diri kedua murid itu untuk mengenal kehadiran Tuhan Yesus.
§ Didalam Ekaristi
inilah ‘persekutuan’ hidup antara Allah dengan manusia terlaksana. Disinilah,
Yesus menjadi pusat hidup kedua murid ke Emaus.
Pertanyaan:
§ Walau dua murid itu
kurang paham dan tidak percaya, mereka masih mau bercakap-cakap soal Yesus. Itu
artinya Yesus masih tetap menarik bagi mereka. Di zaman ini, sebagai orang
dibaptis, masihkah kita mempunyai waktu untuk berbicara soal Yesus?
§ Dua murid hanya
mengenal Yesus secara ilmu pengetahuan dan tidak mengubah motivasi mereka
sendiri. Mereka masih terkungkung dalam motivasi awal mengikuti Yesus, sebagai
Yesus Mesias dan Yesus sebagai ‘knowledge
oriented of life’ atau information
oriented, dan bukan Yesus sebagai ‘focus oriented of life’. Adakah diantara kita yang memiliki
pengalaman hidup yang demikian? Coba disharingkan pengalaman hidup itu!
§ Apa yang patut kita
lakukan agar Yesus menjadi puncak, pusat, dan sumber hidup kita?
Tambahan:
§ Belajar dari
perjalanan dua murid ke Emaus, kita menemukan dua bagian besar yang menjadi
pokok penting dalam perayaan Ekaristi kita. Bagian Liturgi Sabda: dimana Yesus
berbicara langsung kepada dua murid. Bagian Liturgi Ekaristi: dimana Yesus
membagikan diri-Nya, dua murid pun terbuka mata hati mereka untuk mengenal
lebih dekat Yesus yang bangkit.
§ Di dalam ‘makan
bersama’ itu dua murid menemukan isi terdalam dari kebangkitan Yesus. Bahwa
Yesus yang bangkit senantiasa menyertai para pengikut-Nya, kapan dan dimana
saja.
§ Yesus yang bangkit
tidak hanya dibicarakan, didiskusikan panjang lebar. Tetapi disadari selalu
dengan mengundang Dia untuk menjadi puncak, pusat, dan sumber hidup kita.
6. Keputusan untuk Kembali ke ‘Yerusalem’
Mari, kita
membuka Kitab Suci, kita membuka Injil Lukas
24: 32-35.
Salah
seorang dari kita membacakan ayat dari teks ini dengan suara lantang dan keras.
Kita yang lain ikut membacanya dengan diam dalam hati.
Kita sudah membaca
teks Lukas tadi, sekarang coba kita perhatikan secara saksama gambar berikut
ini.
§ Apa yang terjadi dalam
gambar ini?
§ Coba bandingkan gambar
bagian F ini dengan gambar pada bagian C dan E. Apa makna dari setiap gambar
itu untuk kita?
Peserta baca secara bergilir berikut ini:
§ Ketika dua murid itu
tahu bahwa ‘orang lain’ didalam perjalanan mereka ke Emaus adalah Yesus, mereka
menyesal. Mereka menyesal karena mereka bilang Yesus sebagai orang asing, orang
yang tidak tahu situasi hidup Yesus di Yerusalem pada akhir-akhir ini.
§ Dua murid ke Emaus
mengambil suatu keputusan pasti untuk kembali ke Yerusalem. Kembali ke
Yerusalem berarti mereka kembali ke dalam ‘persekutuan’ bersama para rasul dan
murid yang lain. Kembali ke Yerusalem berarti juga kembali kepada paham Firman
Yesus yang benar.
§ Dan kembali ke
Yerusalem berarti kembali menjadikan Yesus yang bangkit sebagai puncak, pusat,
dan sumber seluruh hidup mereka.
Pertanyaan:
§ Kedua murid ke Emaus
mengambil suatu keputusan yang hebat, yaitu kembali ke Yerusalem. Apa yang
terjadi jika mereka mengambil keputusan untuk tetap tinggal di Emaus walaupun
Yesus yang bangkit sudah mereka tahu dan mengalami kebersamaan dengan Yesus?
§ Dalam situasi
kebingungan dan kegaluan kita sebagai pengurus KBG, pengurus PIPA Paroki, dan
anggota DPP, keputusan bijaksana apa, yang mesti kita ambil supaya persekutuan
kita tetap terjaga dengan baik?
Tambahan:
§ Setelah Ekaristi
diadakan dua murid itu sadar bahwa orang asing yang jalan bersama mereka adalah
Yesus yang bangkit. Mungkin saja dua murid ini merasa malu, ketika dikecam
Yesus sebagai orang bodoh.
§ Sabda dan Ekaristi,
dua bagian hakiki yang tak bisa diubah dan tak bisa dipisahkan. Dua bagian,
dimana yang satu kita mendengarkan pengajaran Yesus dan bagian lain kita
bersama Yesus mengalami persekutuan cinta Bapa yang tak pernah selesai.
§ Kembali ke Yerusalem
berarti kembali ke dalam persekutuan dengan para rasul dan para murid yang
lain. Juga kembali kepada pemaham Sabda Yesus yang benar dan percaya akan Kitab
Suci.
§ Kembali ke Yerusalem
juga berarti kembali menjadikan Yesus sebagai puncak, pusat, dan sumber seluruh
hidup kita.
D. Penegasan:
Dari enam tahapan yang kita lalui, kita boleh memahami
apa sebenarnya yang perlu kita ambil nikmahnya. Ada lima pesan yang patut kita
belajar dari dua Murid ke Emaus.
1. Persekutuan Hidup (communio)
§ Persekutuan adalah
salah satu dasar dalam hidup Gereja, selain focus
oriented dan mision oriented.
Para rasul dan murid yang lain memilih tetap di Yerusalem adalah keputusan
untuk tetap tinggal dalam persekutuan.
§ Dua murid ke Emaus
dilihat sebagai ‘lari’ dari persekutuan seperti dijanjikan Yesus. Karena itu,
Yesus hadir dan menegur kebodohan mereka yang lari dari tanggungjawab.
§ Kedua murid ke Emaus
dilihat sebagai ‘lari’ dari kebenaran-tidak percaya akan apa diajarkan oleh
para nabi bahwa yesus harus menderita, wafat, dan bangkit pada hari ketiga.
2. Yesus adalah Firman Kebenaran
§ Kedua murid ke Emaus
tidak atau kurang percaya akan Sabda Yesus selama Yesus hidup bersama dengan
mereka.
§ Mereka pikir Yesus
yang mereka ikut itu sebagai pembebas mereka dari penjajahan Romawi, kenyataan
Yesus ditangkap dan dihukum mati sebagai penjahat.
§ Motivasi awal
mengikuti Yesus ternyata mempengaruhi keyakinan / kepercayaan mereka kepada
Yesus ketika mengambil keputusan dalam tindakan hidup meninggalkan Yerusalem.
3. Yesus selalu ada dan hadir setiap saat
§ Tindakan meninggalkan
Yerusalem dan pergi ke Emaus, jauh dari persekutuan dengan ‘sesamanya’ ternyata
juga Yesus menyertai mereka.
§ Kehadiran Yesus dalam
perjalanan mereka justru mengecam keputusan mereka: ‘Wahai orang bodoh’!
§ Yesus selalu ada hadir dalam perjalanan hidup
orang beriman, asalkan selalu disadari.
4. Kita harus selalu mengundang Yesus
§ Kehadiran Yesus yang
bangkit perlu selalu kita undang. Undang hadir untuk selalu menyertai adalah
kesadaran yang harus dibangun terus menerus selama kita masih hidup. Undang
Yesus hadir sepanjang hidup bukan hanya diwaktu malam.
§ Dua Murid ke Emaus
berani mengundang Yesus untuk tinggal bersama mereka justru mendapat berkat
Yesus, sehingga mata mereka terbuka. Dua murid itu pun berkobar-kobar berbicara
soal kebenaran kebangkitan Yesus.
§ Kita mengundang Yesus
sepanjang saat untuk menyertai perjalanan hidup kita: memberkati apa yang benar
kita lakukan, pelayanan kita, keluarga kita, dll.
5. Yesus mengubah cara beriman yang kita miliki
§ Kedua murid ke Emaus
karena mereka mengikuti Yesus: untuk hanya mengalami mujizat Yesus, makan
bersama, berjalan bersama, melihat penyembuhan dan kebangkitan orang mati, dll.
Tetapi, mereka tidak percaya akan Sabda Yesus: pada hari ketiga akan bangkit
kembali.
§ Kebangkitan Yesus di
perjalanan hidup dua murid ke Emaus, mengubah cara beriman mereka: dari
information oriented dan ‘knowledge
oriented’ menjadi ‘focus orientied’
dan basic oriented’.
§ Yesus pun mengubah
cara beriman kita, kalau kita pun belajar dari dua murid ke Emaus ini. Kita
selalu mengundang Yesus, kita selalu hidup dalam persekutuan, dan kita percaya
akan Yesus yang sudah bangkit.
Bahan ini merupakan sessi pertama. Sessi kedua berbicara tentang
peran, fungsi, dan tanggungjawab pengurus KBG termasuk seksi-seksinya
berdasarkan Norma-norma Komplementer Gereja Partisipatif (NKGP) Keuskupan
Pangkalpinang. Sedangkan disessi ketiga, secara khusus memberikan pemahaman
kepada para pengurus KBG dan wilayah yang akan menjadi anggota Dewan
Konsultatif Pastoral Paroki tentang makna 'konsultatif' dalam organ dan
struktur Dewan Konsultatif Pastoral Paroki dalam wilayah Gereja Keuskupan
Pangkalpinang. ***
Komentar