INFORMASI (1)
DIALOG INTEREN ANTAR TOKOH UMAT KATOLIK
SE-REGIO SUMATERA (1)
(Palembang 16-19 Janui 2010)
Sebuah Catatan:
Pertemuan ini dilaksanakan di Hotel Wisata Palembang yang dihadiri oleh 34 utusan dari keuskupan Agung Palembang, Tanjung Karang, Padang, Medan dan Pangkalpinang. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 16 - 19 Juni 2010 dengan narasumber Mgr. Aloysius Sudarsono SCJ (uskup agung Palembang), Drs. H. S. Salim (ketua FKUD Sumsel), Rm. Blasius Sukoto, SCJ (Komkep Palembang), dan Rm. Benny Susetyo, Pr (KWI- eksekutif HAK)
Mgr. Aloysius Sudarsono, SCJ menekankan bahwa kehadiran tokoh umat katolik dalam masyarakat memiliki peran yg sangat penting, karena itu sikap merasa minoritas perlu dikesampingkan. Perlu berjiwa besar dan optimis untuk membawa peran hidup bermasyarakat dgn menciptakan kerukunan hidup melalui berbagai bentuk dialog entah itu dialog kehidupan ataupun dialog insani. Dengan dialog seperti ini, sekat2 apapun akan menjadi jembatan kita untuk hidup dalam rasa persaudaraan sejati. Uskup Agung Palembang mengakui bahwa situasi sekarang ini begitu multikultural tapi hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi kita untuk hadir dan membuka dialog bukan menjadi penghambat bagi kita untuk menutup diri.
Berlandas pada situasi yang disampaikan oleh Mgr. Al. Sudarsono, SCJ, Rm. Blasius Sukoto SCJ menghimbau bagi tokoh umat yang hadir perlu melihat situasi real dgn penuh kepekaan agar tujuan dialog yaitu keselamatan sejati dapat tercapai. Agar tujuan dialog tercapai setiap orang yang mau berdialog perlu menyadari dirinya dengan 3 hal ini: mendengarkan, menemukan, dan meresponskan. Mendengarkan artinya semua informasi yang beredar dalam masyarakat diukur dengan nilai benar dan betul-betul konyol.
Karena situasi skarang sulit kita menemukan suatu berita/fakta yang benar. Maka tugas kita adalah betul-betul mendengarkan dan mengujinya dalam penemuan dengan mencari tau info atau fakta real. Jika kita sudah menemukan info dan fakta yang benar kita meresponsnya. Respons kita harus bijak dan dengan sikap yang tenang. Mudah tersinggung dan pembenaran diri, akan menemukan belukar dialog. karena respon kita adalah penyamaan persepsi atas info/fakta yang kita dapat.
Berbeda dengan narasumber terdahulu, ketu FKUB Sumsel menekankan peran Putusan Menteri Bersama (PMB). Beliau mengajak tokoh umat Katolik untuk membaca dan melaksanakan PMB ini di setiap tempat masing-masing. PBM bukan UU dan Kep. walapun demikian PBM telah membantu kita karena situasi kita sekarang multikultural. Dgn PBM kita disatukan untuk mengikuti peraturan ini dalam beribadat dan bangun t4 ibadat.
Rm. Benny Susetyo, Pr merangkum semua info dari narasumber tadi dlm beberapa makalah yang lebih pada mengajak tokoh umat utk melihat situasi interen dalam Gereja Katolik. Apakah kita secara interen telah hidup rukun baik antar umat, antar pemimpin, antar paroki dan keuskupan? Hidup rukun kedalam merupakan suatu modal utk kita berdialog dengan semua agama. Hidup rukun kedalam bukan hanya sekitar altar. Tapi juga hidup rukun dengan antar sesama seagama (pasar interen). Jika ini terlaksana akan mudah kita membuka dialog dengan sesama yang berlatarbelakang beda agama dan multikultural.
Dari penyampaian narasumber, panitia kemudian mengajak peserta untuk berdiskusi atas beberapa poin yang disampaikan narasasumber. Apakah kita memiliki peluang untuk membangun t4 ibadat berdasarkan PBM? Apa kendala yang dihadapi Gereja ketika mau membangun Gereja? bagaimana kerukunan interen gereja? Apakah Gereja telah ramah lingkungan hidup? Kegiatan apa saja yang akan mengatasi situasi yang dihadapi dilapangan?
Pertanyaan2 ini yang menjadi diskusi bersama dan menghasilkan kesepakatan bersama yang akan dilaksanakan di setiap tempat masing-masing.
Palembang, 18 Juni 2010
Salam
*al*
Pertemuan ini dilaksanakan di Hotel Wisata Palembang yang dihadiri oleh 34 utusan dari keuskupan Agung Palembang, Tanjung Karang, Padang, Medan dan Pangkalpinang. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 16 - 19 Juni 2010 dengan narasumber Mgr. Aloysius Sudarsono SCJ (uskup agung Palembang), Drs. H. S. Salim (ketua FKUD Sumsel), Rm. Blasius Sukoto, SCJ (Komkep Palembang), dan Rm. Benny Susetyo, Pr (KWI- eksekutif HAK)
Mgr. Aloysius Sudarsono, SCJ menekankan bahwa kehadiran tokoh umat katolik dalam masyarakat memiliki peran yg sangat penting, karena itu sikap merasa minoritas perlu dikesampingkan. Perlu berjiwa besar dan optimis untuk membawa peran hidup bermasyarakat dgn menciptakan kerukunan hidup melalui berbagai bentuk dialog entah itu dialog kehidupan ataupun dialog insani. Dengan dialog seperti ini, sekat2 apapun akan menjadi jembatan kita untuk hidup dalam rasa persaudaraan sejati. Uskup Agung Palembang mengakui bahwa situasi sekarang ini begitu multikultural tapi hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi kita untuk hadir dan membuka dialog bukan menjadi penghambat bagi kita untuk menutup diri.
Berlandas pada situasi yang disampaikan oleh Mgr. Al. Sudarsono, SCJ, Rm. Blasius Sukoto SCJ menghimbau bagi tokoh umat yang hadir perlu melihat situasi real dgn penuh kepekaan agar tujuan dialog yaitu keselamatan sejati dapat tercapai. Agar tujuan dialog tercapai setiap orang yang mau berdialog perlu menyadari dirinya dengan 3 hal ini: mendengarkan, menemukan, dan meresponskan. Mendengarkan artinya semua informasi yang beredar dalam masyarakat diukur dengan nilai benar dan betul-betul konyol.
Karena situasi skarang sulit kita menemukan suatu berita/fakta yang benar. Maka tugas kita adalah betul-betul mendengarkan dan mengujinya dalam penemuan dengan mencari tau info atau fakta real. Jika kita sudah menemukan info dan fakta yang benar kita meresponsnya. Respons kita harus bijak dan dengan sikap yang tenang. Mudah tersinggung dan pembenaran diri, akan menemukan belukar dialog. karena respon kita adalah penyamaan persepsi atas info/fakta yang kita dapat.
Berbeda dengan narasumber terdahulu, ketu FKUB Sumsel menekankan peran Putusan Menteri Bersama (PMB). Beliau mengajak tokoh umat Katolik untuk membaca dan melaksanakan PMB ini di setiap tempat masing-masing. PBM bukan UU dan Kep. walapun demikian PBM telah membantu kita karena situasi kita sekarang multikultural. Dgn PBM kita disatukan untuk mengikuti peraturan ini dalam beribadat dan bangun t4 ibadat.
Rm. Benny Susetyo, Pr merangkum semua info dari narasumber tadi dlm beberapa makalah yang lebih pada mengajak tokoh umat utk melihat situasi interen dalam Gereja Katolik. Apakah kita secara interen telah hidup rukun baik antar umat, antar pemimpin, antar paroki dan keuskupan? Hidup rukun kedalam merupakan suatu modal utk kita berdialog dengan semua agama. Hidup rukun kedalam bukan hanya sekitar altar. Tapi juga hidup rukun dengan antar sesama seagama (pasar interen). Jika ini terlaksana akan mudah kita membuka dialog dengan sesama yang berlatarbelakang beda agama dan multikultural.
Dari penyampaian narasumber, panitia kemudian mengajak peserta untuk berdiskusi atas beberapa poin yang disampaikan narasasumber. Apakah kita memiliki peluang untuk membangun t4 ibadat berdasarkan PBM? Apa kendala yang dihadapi Gereja ketika mau membangun Gereja? bagaimana kerukunan interen gereja? Apakah Gereja telah ramah lingkungan hidup? Kegiatan apa saja yang akan mengatasi situasi yang dihadapi dilapangan?
Pertanyaan2 ini yang menjadi diskusi bersama dan menghasilkan kesepakatan bersama yang akan dilaksanakan di setiap tempat masing-masing.
Palembang, 18 Juni 2010
Salam
*al*
Komentar