KITAB SUCI ITU PUSAT KOMUNITAS BASIS GEREJAWI



Kerinduan Gereja kita ialah agar Kitab Suci, Kabar Gembira Allah yang kita miliki harus dibuka dan didalami oleh seluruh umat KBG. Kitab Suci bukan hanya dibeli lalu dimiliki dengan menyimpan saja di rumah, tetapi lebih dari itu dibuka, dibaca, direnungkan dan dihayati dalam hati kemudian menjadi pelaksana Sabda Allah.
Selain dibuka, dibaca, direnungkan secara pribadi atau bersama dalam satu keluarga dalam doa-doa khusus keluarga, Kitab Suci juga dibaca, direnungkan dan disharingkan dalam setiap kali pertemuan doa dan Sharing Injil di dalam KBG[1]. Hal terakhir inilah yang sedang kita perjuangkan bersama. Sehingga “Pusaka Suci”[2] Gereja yang selama ini tersembunyi dari waktu ke waktu, tersingkap keluar dan mewarnai hidup umat beriman sebagai satu komunitas Gereja.
Bagian kecil ini mau menegaskan kepada kita bahwa Kitab Suci itu pusat KBG. Mengapa? Ketika kita merayakan Litrugi Gereja secara resmi, Kitab Suci yang dibacakan kemudian dijelaskan oleh imam kita melalui kotbah atau homili. Umat mendengarkan dengan penuh iman dan percaya akan Sabda Allah itu kemudian merayakan iman dan kepercayaan itu dalam bagian Ekaristi. Namun ketika umat KBG mengadakan pertemuan doa dan atau Sharing Injil, Kitab Suci adalah pusatnya. Umat KBG duduk mengelilingi Sabda Allah, dan melalui Sabda itu umat mendengarkan Allah yang sedang bersabda kepada umat-Nya, kemudian umat merenungkan dan mensharingkan pengalaman iman yang hidup, yang berasal dari Allah sendiri kepada sesama anggota KBG. Maka hidup KBG terinspirasi dan dihidupkan oleh Sabda Allah[3]. Sehingga umat KBG sungguh merasakan ”memang sabda Allah itu penuh kehidupan dan kekuatan”[4].
Karena pusat pertemuan doa dan atau Sharing Injil dalam KBG adalah Kitab Suci, maka sikap dan perhatian umat dalam KBG harus selalu dibangkitkan mulai dari awal hingga akhir pertemuan doa dan atau Sharing Injil itu dilaksanakan. Maka pertanyaan kita adalah apa dan bagaimana sikap dan perhatian umat dalam KBG ketika memulai hingga mengakhiri pertemuan doa dan atau Sharing Injil itu? Dibawah ini beberapa petunjuk bagi Fasilitator dan umat di KBG menjadikan Kitab Suci sebagai pusat KBG itu sendiri.
1.  Awal Pertemuan doa dan atau Sharing Injil:
a.  Sebelum pertemuan doa dan atau Sharing Injil dimulai, Fasilitator mengajak anggota KBG untuk mempersiapkan diri memulai pertemuan doa dan atau Sharing Injil. Persiapan diri ini mencakup, keheningan fisik dan batin. Artinya secara fisik anggota KBG sudah merasa aman dan siap. Lalu secara batin, anggota KBG tenang dan terpusat pada pertemuan doa dan atau Sharing Injil. Tidak ada kegiatan-kegiatan pribadi lain diluar kegiatan yang mau dilaksanakan secara bersama itu.
b.  Fasilitator memulai pertemuan doa dan atau Sharing Injil itu dengan pentahtaan Kitab Suci pada sebuah meja atau mimbar yang sudah disiapkan sebelumnya. Maka diatas mimbar atau meja itu harus ada lilin yang belum dinyalakan. Lilin itu boleh satu batang, boleh juga dua batang yang dipasang mengapiti Kitab Suci yang mau ditahtakan.
c.  Pentahtaan Kitab Suci dilakukan oleh Fasilitator dengan cara: (1).Fasilitator mengajak semua anggota KBG untuk berdiri.(2). Fasilitator mengangkat tinggi Kitab Suci, menunjukkan kepada anggota KBG lalu mentahtakan di mimbar atau meja yang sudah disiapkan. (3). Fasilitator menyalakan lilin kemudian kembali ke tempat duduk. (4).  Fasilitator mengajak anggota KBG untuk memberikan hormat kepada Allah yang hadir dalam Sabda-Nya yang menjadi pusat pertemuan KBG.
Cara memberikan hormat pada Sabda Allah yang hadir dalam Sabda-Nya itu bermacam-macam. Maka disini:
1.  Dibuka kemungkinan untuk KBG meng-inkulturasi-kan sebuah budaya setempat bagaimana memberi hormat seseorang yang terpandang tinggi derajatnya. Inkulturasi budaya setempat ini hendaknya melibatkan semua anggota KBG, sebagai satu persekutuan yang saling menerima dan menghargai sesamanya termasuk budaya itu sendiri. Misalnya, ketika pertemuan doa dan atau Sharing Injil itu kebetulan di rumah seorang yang berasal dari suku Jawa, maka budaya penghormatan kepada orang yang lebih tinggi itu dimanfaatkan untuk memberi hormat kepada Kitab Suci, dan sebaliknya ketika ada pertemuan KBG lagi di rumah suku lain, seperti Tiong Hoa, Batak, dan Flores.
2.  Memberi hormat seperti lazimnya yang selama ini digunakan itu pun, ada beberapa cara, yaitu:
a.  Fasilitator mengajak anggota KBG mengarahkan perhatiannya pada Kitab Suci lalu meminta anggota KBG secara bersama-sama menundukkan kepala beberapa detik kemudian Fasilitator memberi isyarat selesai.
b.  Fasilitator mengajak anggota KBG maju berdua-dua seperti dalam barisan menerima Komuni suci, menghadap didepan Kitab Suci lalu meletakan kedua tangan diatas Kitab Suci sambil menundukkan kepala. Lalu tangan diangkat dan menyentuh bagian tubuh yang berfungsi untuk mendengarkan (telinga) atau mewartakan (mulut) atau menghayati (hati/dada). Lalu anggota KBG kembali ke tempat duduk.
c.  Fasilitator mengambil Kitab Suci lalu menciumnya kemudian mengedarkan Kitab Suci itu kepada anggota KBG yang lain, mulai dari kiri atau kanan Fasilitator. Anggota KBG yang memegang Kitab Suci memberi hormat dengan mencium kemudian mengedar lagi ke anggota KBG yang lain dan seterusnya sampai semua anggota KBG mendapat gilirannya. Anggota KBG yang terakhir memberikan hormat pada Kitab Suci lalu membawa Kitab Suci itu menyerahkan kepada Fasilitator, Fasilitator meletakkan lagi dan kembali ke tempat duduk.
d.  Setelah semua anggota KBG memberikan hormat kepada Kitab Suci, Fasilitator mengajak anggota KBG untuk duduk dan memulai dengan langkah-langkah pertemuan doa dan atau Sharing Injil selanjutnya, berdasarkan metode yang digunakan saat itu.
2.  Sedang Doa dan atau Sharing Injil:
a.  Fasilitator mengundang salah seorang anggota KBG untuk doa mengundang Tuhan. Doa mengundang Tuhan berdasarkan ayat-ayat yang berasal dari Sabda Allah. Sebagai contoh yang lazim dipakai ayat Kitab Suci doa mengundang Tuhan, ”dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Mu, Engkau hadir...”
b.  Fasilitator mengundang anggota KBG untuk membaca Kitab Suci.
c.  Fasilitator mengajak anggota KBG untuk merenung teks-teks yang pilih atau dibaca dalam Kitab Suci.
d.  Fasilitator mengajak anggota KBG untuk mensharingkan teks-teks Kitab Suci yang direnungkan, apa yang mau disampaikan Tuhan melalui teks Kitab Suci yang dpilih dan direnungkan itu.
e.  Fasilitator mengajak anggota KBG memikirkan dan merencanakan suatu aksi nyata yang dijalankan bersama anggota KBG. Aksi nyata itu bisa saja berdasarkan teks Kitab Suci tadi.
3.  Akhir Doa dan atau Sharing Injil:
a.  Fasilitator mengajak anggota KBG berdoa secara spontan atau doa umat. Doa spontan pun berdasarkan teks Kitab Suci yang dibaca, direnungkan dan disharingkan tadi.
b.  Fasilitator mengajak anggota KBG untuk menutup pertemuan KBG dengan doa penutup. Doa penutup pun masih terfokus pada isi inti dari teks Kitab Suci.
c.  Fasilitator mengajak anggota KBG untuk hidup sehari-sehari sesuai dengan semangat teks Kitab Suci.

Dengan demikian, pusat KBG adalah Sabda Allah. Sabda Allah itu senantiasa mendorong, menghidupkan dan menjadi ”garam dan terang”[5] ditengah-tengah kehidupan riil umat manusia. Sabda Allah itu akan ”tinggal selama-lamanya”[6] dan semakin dihormati seperti Tubuh Kristus sendiri[7] serta semakin mendapat tempat dihati anggota KBG.


[1] KGK, No. 132. KGK menyebut pelayanan sabda meliputi pewartaan pastoral, katekese dan semua pelajaran kristiani. Pertemuan doa dan Sharing Injil di KBG termasuk dalam katekese.
[2]   Bdk. KGK, No. 80; 84. KGK menyebut “Pusaka Suci” Gereja adalah Tradisi Suci dan Kitab Suci. Kedua mempunyai hubungan yang erat, tak terpisahkan karena mengalir dari sumber ilahi yang sama dan cara tertentu bergabung menjadi satu dan mengarah pada satu tujuan yang sama.
[3]  Bdk. KGK, No. 108.
[4]  Bdk. DV, art. 22; Ibr. 4:12.
[5] Bdk. Mat. 5:13-16.
[6] Bdk. DV, art. 26; Yes. 40:8; 1Ptr.1:23-25.
[7] Bdk. KGK, No. 103.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik