Menumbuhkan Kembali Iman di Asia melalui KBG Dengan menggunakan Metode AsIPA, 2004

Bahan ini diterjemahkan dari

 Judul Asli: Re-rooting the Faith in Asia through SCCs using the AsIPA Method

(Foto: Ms. Cora Mateo, dokumen GA VI di Sri Lanka)

Oleh Cora Mateo *)

Banyak aktivis Gereja sering memulai sesi perencanaan pastoral mereka dengan mengajukan pertanyaan: Bagaimana kita dapat membuat umat lebih aktif terlibat dalam misi Gereja, dalam kegiatan dan program paroki? Bagaimana kita bisa menciptakan suasana di mana orang-orang merasa memiliki paroki mereka? Beberapa mengajukan pertanyaan lebih lanjut mengenai peran Gereja di lingkungan sekitar, dalam dialog antaragama dan upaya bersama untuk kegiatan ini. Bagi para Uskup di Asia, satu pertanyaan yang sangat menantang adalah: “Bagaimana Kekristenan dapat menemukan tempatnya di Asia?”

Selama Sinode di Asia pada tahun 1998, para Uskup mengakui bahwa Yesus yang lahir di Asia, paling tidak dikenal di antara orang Asia. Statistik menunjukkan bahwa pengikut agama Kristen kurang dari 3% di Asia, di mana agama-agama lain juga berasal dan berakar. Bagi banyak orang Katolik Asia yang dibaptis, rekan-rekan mereka (bahkan anggota keluarga mereka) masih menganggap mereka sebagai orang yang telah memeluk agama 'asing'.

Selama Konsili Vatikan II, para Uskup Asia bertemu satu sama lain dan menyadari bahwa di antara mereka sendiri, hubungan mereka sangat sedikit. Keinginan mereka untuk “menumbuhkan solidaritas dan tanggung jawab bersama di antara mereka untuk kesejahteraan Gereja dan masyarakat di Asia,” dimulai ketika mereka bertemu di Manila selama kunjungan Paus Paulus VI pada tahun 1970. Ini adalah “kebangkitan untuk melihat wajah Asia, akhirnya lahir sebagai komunitas orang-orang yang sejati” dan dianggap sebagai awal dari Federasi Konferensi Waligereja Asia (FABC), satu-satunya badan yang diakui yang dapat mewakili Gereja-Gereja Partikular di Asia.

FABC memiliki 14 anggota penuh yang terdiri dari Konferensi Waligereja dan memiliki 10 anggota asosiasi dari negara-negara; tidak ada Konferensi Waligereja seperti Hong Kong, Nepal, dll…, yang tidak bergabung didalamnya. Badan tertinggi adalah Sidang Majelis Pleno yang bertemu sekali dalam 4 tahun. Ada tujuh Kantor untuk melaksanakan rekomendasi Sidang Paripurna: Kantor Pengembangan Manusia, Kantor Urusan Ekumenis dan Antar-Agama, Kantor Pendidikan dan Kerohanian Mahasiswa, Kantor Komunikasi Sosial, Kantor Evangelisasi, Kantor Awam dan Kantor Teologi.

Dalam Sidang Pleno FABC ke-5 di Bandung, Indonesia, 1990, para Uskup berbicara tentang tantangan evangelisasi di Asia pada milenium mendatang dan tanggapan terhadap tantangan tersebut. Tanggapannya tidak begitu banyak berbicara tentang Gereja atau mengorganisir tindakan atau proyek, atau mendirikan lembaga, tetapi tanggapan yang datang dari inti, dari MENJADI GEREJA.

Mereka kemudian mengungkapkan pembaruan menuju “Cara Baru Menjadi Gereja”, Gereja yang: Partisipatif, Persekutuan Komunitas, Gereja Profetik, dan Gereja dalam Dialog. Sebelum Sidang Pleno itu berakhir, mereka mengartikulasikan perlunya memiliki program formasi yang akan membawa pembaruan ini dan Kantor Awam FABC ditunjuk untuk mengambil ini sebagai tugas khusus.

Lokakarya formasi internasional pertama berlangsung pada tahun 1991, di Hua Hin, Thailand. Bahan yang digunakan berasal dari Lumko Institute di Afrika Selatan. Kita mengadakan lokakarya lain dalam bahasa Cina dan Inggris dan di tempat lain: Taiwan, Malaysia, Filipina, dan India. Pada tahun 1993, mereka yang terlibat dalam refleksi tentang pengalaman ini berkumpul untuk berbagi evaluasi mereka. Bahan apa yang dapat kita gunakan sehingga orang Asia yang menggunakannya akan merasa bahwa itu adalah untuknya, bahwa itu dapat diterapkan untuk kebutuhan mereka, dan situasi kehidupan mereka dapat diterima dengan mudah. Saat itulah akronim AsIPA (Asian Integral Pastoral Approach) diciptakan yang berarti: Pendekatan Pastoral Integral Asia. Melihat situasi Asia, kontekstualisasi iman menjadi salah satu perhatian utama.

Asia               berarti mencerminkan situasi kehidupan dan budaya Asia. Ini adalah teks yang bisa berdialog dengan masyarakat miskin dan dapat mengintegrasikan konteks multi-agama dan kemajuan sosial-ekonomi yang terjadi di Asia. Ini bertujuan untuk menemukan wajah Yesus di Asia.

Integral    mengacu pada integrasi sosial dan sakral, individu dan komunitas-komunitas, tanggung jawab bersama hierarki dan kaum awam dan teori dan praktik. Iman kemudian dihidupkan dalam situasi manusia.

Pastoral       memberikan perhatian khusus pada peran umat awam dalam mengemban misi, untuk mewujudkan mimpi Yesus dengan terlibat secara aktif. Ini berkaitan dengan metode untuk membangkitkan tanggung jawab   bersama kaum awam dan hierarki pada saat yang sama, membawa upaya bersama di mana imam dan kaum awam dapat bekerja sama. Ini menawarkan cara bagi imam untuk belajar bagaimana bekerja dalam tim dan memperoleh jenis kepemimpinan yang memungkinkan.

Pendekatan mengacu pada proses spesifik yang melibatkan orang-orang dalam pencarian bersama. Dia  berpusat pada Kristus dan pada saat yang sama membangun komunitas yang tidak hidup untuk dirinya sendiri tetapi mengemban misi. Ini meningkatkan kesadaran tentang situasi di mana pesan Injil harus dihayati dan membawa tanggapan komunitas-komunitas terhadap kebutuhan lingkungan dan masyarakat yang lebih luas. 

Teks dasar untuk menjalankan sesi pelatihan di KBG adalah modul yang memiliki kode untuk mengangkat masalah, teks Kitab Suci yang terkait dengannya, beberapa ajaran Gereja bila diperlukan, dan pertanyaan panduan untuk direnungkan oleh kelompok. Juga dilengkapi dengan Suplemen untuk melengkapi jawaban yang diberikan oleh peserta. Rangkuman yang bersifat seperti masukan. Modul adalah panduan dan dengan pelatihan minimal, fasilitator dapat menjalankan sesi. Ada empat seri yang berhubungan dengan itu adalah:

Seri A             Topik yang terkait dengan metode membagikan Injil (A/1 hingga A/8)

Seri B              Topik yang berkaitan dengan memulai dan memelihara Komunitas Kecil Kristen (B/1 hingga B/7)

Seri C              Topik Refleksi Visi Gereja Partisipatif (C/1 hingga C/6)

Seri D             Topik Pelatihan Tim Paroki (D/1 s/d D/9)

Ada juga "Katalog" yang membahas masalah khusus yang tidak termasuk dalam 4 seri, yaitu tentang:

1.      Asuhan / Bimbingan / Arahan

2.      Kehidupan Keluarga

3.      Pertanyaan-pertanyaan tentang sosio-ekonomi

4.      Cinta dan Pelayanan

5.      Masalah wanita

6.      Dialog Antar Umat Beragama

Yang sangat penting bagi KBG adalah kebersamaan untuk melakukan Syering Injil, dengan menggunakan metode 7 langkah,   yang dimulai oleh Lumko Institute. Teks seri AsIPA A menjelaskan setiap langkah dengan cara yang disederhanakan sehingga seorang fasilitator dapat menjalankan sesi dengan pelatihan yang minimal. Syering Injil memelihara spiritualitas KBG dan visi Gereja Partisipatif. Ini adalah titik awal bagi KBG dan mempertahankan respons yang penuh keyakinan terhadap tantangan untuk menjadi instrumen transformasi. Dalam Syering Injil, mereka mempersiapkan liturgi hari Minggu dan mereka merenungkan pesan Injil untuk masing-masing dari mereka dan sebagai komunitas di lingkungan mereka dan dengan demikian memungkinkan Injil menjadi hidup dalam budaya dan lingkungan di mana mereka berada. Selama kunjungan pastoral seorang Uskup di Sri  Lanka yang bergabung dalam kegiatan Syering Injil di KBG dan mendengarkan syering tentang bagaimana Sabda menyentuh kehidupan mereka, Uskup itu mengatakan: “Inilah cara untuk menjadi Gereja.” Di Jepang, setelah satu sesi Syering Injil, seorang imam mengungkapkan: “Jika saya memiliki KBG di paroki saya, saya tahu saya tidak akan pernah kesepian lagi.” Pemberitaan Injil sebagai doa dasar untuk KBG, menawarkan momen sakral di mana komunitas berkumpul untuk mempersiapkan Ekaristi hari Minggu dan membiarkan Sabda menyentuh hidup mereka dan menggerakkan mereka untuk mewujudkannya.

Selain Metode 7 Langkah, kita juga menggunakan metode “Bercermin pada Kitab Suci”, metode “Melihat-Mendnegar-dan Mencintai Kitab Suci” dan metode “Respons Kelompok”. Seperti teks AsIPA lainnya, metode Syering Injil sudah diterjemahkan lebih dari 20 Bahasa di Asia.

Setelah sepuluh tahun, di mana kita? Desk AsIPA terus menjadi bagian di bawah Kantor FABC pada bagian Komisi Awam, yang berbasis di Taipei, dan berfungsi menyatu dengan AsIPA Resource Team (ART), saat ini dengan 7 anggota dari India (2), Korea (1), Filipina (1), Singapura (1), Sri Lanka (1) dan Taiwan (1). Tugas utama ART meliputi:

1.      Memfasilitasi pelatihan bagi pelatih di berbagai negara,

2.      Merancang teks, menindaklanjuti proses, dan melakukan pengeditan akhir, dan

3.      Memelihara jaringan yang efektif antara tim nasional dan keuskupan.

Selama pertemuan ART terakhir, mereka menyelesaikan draf untuk “penggunaan percobaan” dari 17 modul baru yang berhubungan dengan KBG dan Evangelisasi, KBG dan Sakramen, KBG dan Keluarga, Kepemimpinan dalam KBG, dan…

Pada bulan September 2003, Sidang Umum Pelatih ketiga yang diadakan di Korea. Tiga belas negara di Asia, Papua Nugini dan Jerman berpartisipasi dengan tema: “KBG / KDG: Memberdayakan Orang untuk Melayani.” Ke-123 peserta termasuk uskup, imam, pemimpin awam dan religius membawa refleksi mereka tentang berapa banyak yang telah dicapai dalam setiap tim nasional atau keuskupan sejak Sidang Umum sebelumnya pada tahun 2000.

Mereka juga membawa salinan bahan-bahan atau modul-modul yang disusun dari negara mereka yang menanggapi kebutuhan khusus itu. Bagian pertama dari Sidang Umum adalah sesi evaluasi tentang seberapa banyak visi yang telah dilaksanakan dan diikuti dengan sub-topik sebagai pengembangan tema:

1.      Keluarga

2.      Kepemimpinan

3.      Pelayanan

4.      Spiritualitas

Dengan metode AsIPA, kita memiliki alat agar ada proses bertahap menghidupkan iman Kristen dalam keluarga, di lingkungan, dan mengakar dalam budaya masyarakat yang hidup sekarang. Bukan budaya Asia yang kita baca, tetapi budaya masa kini yang dibangun oleh orang-orang saat mereka berjuang dan merayakannya, saat mereka menjadi saksi hidup di antara tetangga mereka yang dengannya mereka terlibat dalam upaya bersama untuk meningkatkan kehidupan dan lingkungan mereka. Secara sederhana, AsIPA bertujuan untuk berkontribusi dalam langkah-langkah kecil, tetapi langkah-langkah konstan, untuk membawa wajah Yesus di Asia.

*). Anggota AsIPA Resource Team (ART) sekaligus Fasilitator Senior, asal Taiwan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi pribadi atas Tulisan Bambang Harsono tentang doa Singkat THS-THM

AsIPA-PIPA dan KBG-SHARING INJIL

Tinjauan Komunitas Basis Gerejawi Menurut Dokumen Resmi Gereja Katolik