Postingan

GUA MARIA KANAAN DI BATU RUSA KAB. BANGKA

Gambar
  Gereja St. Yohanes Pemandi Batu Rusa merupakan salah satu stasi dalam Paroki Katedral, St. Yosef Pangkalpinang Bangka. Letaknya lebih kurang 19 km dari Kota Propinsi, Pangkalpinang. Batu Rusa adalah sebuah kelurahan, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Gereja Katolik Batu Rusa terletak dipinggir jalan utama lalulintas Pangkalpinang ke Sungailiat. Jika kita berangkat dari Pangkalpinang, Gereja Katolik Batu Rusa berada di sebelah kanan jalan, dekat SPBU Batu Rusa. Jika kita memasuki sebelah kanan Gereja Katolik Batu Rusa, di belakang halaman Gereja, kita menemukan gerbang Gua Maria Kanaan Batu Rusa. Gerbangnya berbentuk salib dan disebelah kiri gerbang itu tempat untuk meletakan lilin. Jika kita mau berdoa di depan Gua Kanaan, kita akan mengambil lilin disamping kiri gerbang itu. Setelah kita masuk ke gerbang, maka kita melihat halaman Gua Maria Kanaan (30/05/2011) pukul 18.00 wib. Masih terlihat tanah. Rumput-rumput ada yang sudah hidup tapi masih ada yang belum hidup. Yang hidup te

HIDUP DAN MATI ADALAH MILIK ALLAH (sebuah refleksi atas pasca erupsi Merapi di Yogjakarta)

Gambar
Pagi itu, pukul 05.00 wib 25 Mei 2011. Saat itu, udara sedikit dingin mengelimuti halaman Sav. Audio Visual Puskat. Di sekitar Sindhu Rejo, alam begitu cerah. Tidak sepanas hari kemarin. Rombongan para katekis Keuskupan Pangkalpinang, diantar oleh mas Trimul dengan dua mobil Puskat menuju Kinah Rejo, sebuah desa, bekas erupsi Gunung Merapi. Lebih kurang 45 menit kami menempuh perjalanan itu. Udara di Kinah Rejo, begitu dingin. Penduduk tidak ada lagi. Sepi. Di sekitar Kinah Rejo, nampak berantakan. Umbul-umbul mahoni dan bambu serta kayu-kayu lainnya ada di mana-mana. Kali bekas luapan muatan Merapi begitu dalam. Masih terlihat sisa-sisa air dan pasir dingin yang mengalir dibawa air. Di sekitar Kinah Rejo sendiri, masih terlihat bekas-bekas bangunan penduduk. Hanya tinggal dinding, kayu pintu dan jendela dan bahkan hanya fondasi rumah yang nampak ketika bangunan itu berada di tempat yang tinggi. Namun, bila bangunan berada ditempat yang rendah, waduh...tak terlihat lagi. Semuanya ter

PHOTO PARA KATEKIS KEUSKUPAN PANGKALPINANG DI SAV AUDIO VISUAL PUSKAT YOGJAKARTA

Gambar
Di depan pendopo Pusat Kateketik (Puskat) Yogjakarta. Kami inap semalam dan besok ke Sav Audio Visual Puaskat di Sindhu Rejo, lebih kurang 15 km dari Puskat.  Dari Sindhu Rejo, kami katekis keuskupan pangkalpinang (11 orang) menuju Kinah Rejo, sebuah daerah bekas erupsi Gunung Merapi. Kinah Rejo kini hanya puing-puing saja. Tidak berpenghuni lagi. Sepi! Kinah Rejo kini dipenuhi pasir dan kerikil-kerikil luapan Gunung Merapi.   Di ruang audio visual Puskat, para katekis memperagakan pantomim tentang hasil refleksi selama berada di Sindhu Rejo, yang berdasarkan pengalaman hidup sebagai katekis dan selama berada di Kinah Rejo. Katekis lagi berdoa di Sendangsono memohon berkat untuk perjalanan karya lagi. Saat-saat teduh, para katekis menimbah kekuatan Allah melalui Bunda Maria. Para katekis keuskupan pangkalpinang photo bersama pembimbing retret, Rm. YI. Iswarahajo, SJ sekaligus pimpinan Sav Audio Visual Puskat Yogjakarta. ***

PANORAMA SINAR HADING 2011

Gambar
Pantai Wai Krewak Kawaliwu Sinar Hading. Seorang ibu duduk membelakangi sumur Wai Krewak, menghadap pantai sedang mencuci baju.Pantai Laut Kawaliwu biru, belum tercemar limbah. Sungguh indah pesona Kawaliwu.  Musim panen masyarakat Kawaliwu sekitar bulan pertengahan April hingga bulan Mei. Terlihat kelompok ibu-ibu Kawaliwu memanen padi secara bergilir dari kebun ke kebun. Mereka dibiaya oleh pemilik kebun seharian bekerja.  Jambu mete, salah satu tanaman produktif di Kawaliwu. Jambu mete ditanam selama tiga tahun akan berbuah. Musim bunga pada pertengahan April dan berbuah pada bulan Mei. Bulan Juli hingga september, musim petik. Lahan di Kawaliwu lebih banyak ditanam jambu mete. Sayangnya dalam 5 tahun terakhir ini harga biji gelondongan jambu mete sepuluh ribu rupiah per kilo. Harga yang tidak sesuai dengan kerja perawatan dan kesibukan petik. Jambu mete terlihat ini di kebun Bpk. Andreas Wato Liwun di Wai Pleme Kawaliwu. Lango Bele - Liwun, sebuah rumah yang telah dipugar dengan si

LIMA ENTRY POIN PENTING YANG PERLU DIREFLEKSIKAN WARGA SINAR HADING

Gambar
Selama hampir lebih kurang dua setengah minggu di kampong halaman, Kawaliwu-Sinar Hading, (13-28/4/2011), ada lima entry poin dalam pernak pernik situasi Kawaliwu; yang muncul ke permukaan situasi sosial; juga menjadi prioritas untuk kita refleksikan bersama. Saya mengundang generasi muda, pemuda-pemudi anak cucu Wolosina untuk merefleksikan lima entry poin penting yang sekarang real muncul dalam situasi sosial Kawaliwu. (1). Jumlah pertumbuhan penduduk semakin tinggi. Tampak bahwa di lorong-lorong, di sumur air dan di gereja, terlihat begitu banyak anak kecil yang berusia sekolah. Hal positip yang ada sekarang yang mendukung anak-anak kecil adalah adanya TK “Fajar Budi” dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) selain sudah ada Sekolah Dasar Katolik Kawaliwu. Sekarang sedang direncanakan akan adanya SMA/SMK Lewolema di Kawaliwu. Ingat bahwa dengan semakin besar jumlah penduduk di Kawaliwu dan secara geografi semakin sempit lahan produksi serta tidak ada ruang untuk pendidikan anak-anak,

“AKSI DAMAI” WARGA WOLOSINA KE KANTOR CAMAT LEWOLEMA KAWALIWU

Gambar
Pertemuan Kepala Desa (Kepdes) Sinar Hading dan Ile Padung dalam bulan Maret 2011 menghasilkan antara lain: kedua kepala Desa setempat menyepakati “berdirinya papan / pembatas wilayah Sinar Hading dan Ile Padung di Lungun Wai Mape” (berdasarkan tuturan histories Wolo Sina, atas wilayah Nara Eban dan Lakmau).   Berdasarkan hasil itu, maka beberapa anak muda dari Desa Sinar Hading kemudian memancang papan / pilar batas kedua wilayah tersebut. Pemasangan papan / pilar batas wilayah Sinar Hading dan Ile Padung itu, rupanya dikomplain oleh masayakat dan Kepala Desa Riangkotek. Dasar komplain masyarakat / kepala Desa Riangkotek adalah bahwa batas wilayah yang dipasang Sinar Hading dan Ile Padung, masih di atas wilayah Riangkotek. Dasar komplain mereka ini ditujukan kepada Camat Lewolema melalui surat, tertanggal 22 April 2011. Dengan berdasarkan surat Kepala Desa Riangkotek itu, Camat Lewolema, Drs. Ramon Ile Mandiri Piran kemudian memerintahkan kepada beberapa staffnya untuk mencabut papan

BERGAM: AKSI DAMAI ANAK WOLOSINA DI KANTOR CAMAT LEWOLEMA KAWALIWU

Gambar
  Di rumah Bpk. Pati Goleng, warga Wolosina menyiapkan diri untuk "Aksi Damai Di Kantor Camat Lewolema" Kawaliwu (28/4/2011) pukul 09.00. Warga Wolosina di simpang tiga Kawaliwu. Menunggu anggota berkumpul untuk melangkah maju bersama ke Kantor Camat Lewolema. Seruan Aksi Damai Anak Wolosina "Pulihkan Haknya Wolosina" Di depan Kantor Camat Lewolema, disaksikan oleh para staff dan keamanan (polisi dan tentara) anak Wolosona menunjukan "titik-titik kejanggalan kerja penghuni rumah kecamatan lewolema" Siang-siang para penghuni rumah Kecamatan main Kartu ya...alias bejudi. Potret yang memalukan bangsa dan negara ini. Tuntutan kami ini walaupun tertera di atas bekas sak semen. Jujur dan jernih dalam menuntut dan gegap gempita dalam menyuarakan apa yang menjadi hak kami, anak-anak Wolosina. Pilar/papan batas wilayah Sinar Hading-Ile Padung yang telah dicabut Camat Lewolema dan staffnya kemudian diletakan di ruang tengah belakang Kantor Camat Lewolema Kawaliwu. C