Postingan

KOMUNITAS BASIS GEREJANI ST. YOHANES PEMANDI PAROKI SUNGAILIAT

Gambar
Wilayah komunitas basis ini meliputi lingkungan Bedukang dan Air Hantu. Komunitas ini terdiri dari orang-orang yang berasal dari suku Flores dan satu-dua keluarga suku Tiong Hoa di Air Hantu. Hampir seluruh anggota kelompok adalah para pekerja TI, maka sulit diajak untuk berkumpul. Mereka lebih sibuk dengan kerja menambang timah. Apalagi pulang kerjapun sudah terlalu malam. Dengan alasan seperti ini maka rasanya sulit untuk mereka hadir dalam setiap kali ada pertemuan doa, bahkan misa kelompok. Sampai dengan saat ini, sudah ada keluarga yang menetap di komunitas ini. Berdasarkan sensus umat yang dilaksanakan oleh paroki pada akhir tahun 2010 sampai dengan awal 2011, KBG St. Yohanes Pemandi memiliki 28 Kepala Keluarga, dengan jumlah umat 72 jiwa; 42 jiwa laki-laki dan 30 jiwa perempuan. Dari jumlah umat itu, umur 0-10 tahun sebanyak 23 jiwa, umur 10-20 tahun, 7 jiwa, 21-30 tahun 21 jiwa, 31-40 tahun ada 16 jiwa, umur 41-50, sebanyak 4 jiwa dan umur 51-60 ada 3 jiwa dan 61 tahun ke atas

KOMUNITAS BASIS GEREJANI ST. DOMINIKUS DENIANG PAROKI SUNGAILIAT

Gambar
Sampai dengan Desember 2007, komunitas ini dipimpin oleh seorang guru SD, Bapak Agustinus Wuriyanto. Setelah itu tampuk pimpinan diganti oleh bapak Vincentius Edie Amuk, sampai dengan 21/2/2008. Kemudian sejak Mei 2008 sampai dengan saat ini, KBG yang berjarak lebih kurang 20-an kilometer dari paroki pusat ini diganti lagi oleh bapak Petrus Don Pedro. Seorang MC yang bagus dan cukup cekatan dalam setiap kegiatan yang direncanakan bersama. Mgr. Hilarius bersama umat KBG St. Dominikus (februari 2008) Berdasarkan sensus umat yang dilaksnakan pada akhir 2010 sampai awal 2011, komunitas St. Dominikus mempunyai 21 Kepala Keluarga; dengan jumlah anggota umat Katolik sebanyak 64 jiwa yaitu 30 laki-laki dan 34 perempuan. Dari jumlah ini, dapat diklasifikasikan bahwa umur sekolah mulai dari TK atau Play Gorup, berjumlah 6 jiwa, SD: 17 jiwa, SMP: 11 jiwa, SMA: 17 jiwa dan PT: 1 jiwa. Lebih kurang 12 jiwa tidak mau memberikan data soal pendidikan yang dijalankannya. Keterlibatan umat dalam ke

SAMBUT-PISAH ROMO MSF SUNGAILIAT

Gambar
Kendaraan parkir di depan gereja dengan rapi, seperti misa pada malam minggu. Umat dari komunitas-komunitas berdatangan. Mereka menempatkan kursi-kursi yang telah disusun di lapangan badminton, depan aula paroki. Tidak disangka bahwa antusias umat pada acara pisah-sambut pastor MSF yang bertugas di Paroki Sungailiat, begitu banyak. Lebih kurang tiga ratusan umat yang hadir pada Rabu malam (1/2/2012) “Kami bersyukur atas kehadiran umat yang begini banyak. Acara ini tidak ada panitia khusus. Protokolnya pun main tembak saja tadi. Kami senang dan bangga karena umat menanggapi undangan kami walaupun hanya lewat warta paroki saja”, ungkap Pastor Kris, parochus Sungailiat dalam kata sambutan pisah-sambut Rm. Vincentius Wahyu Harjanto MSF dan Rm. Fransiscus Asisi Budyono MSF. S ejak 1 Maret 2011, Rm. Vincentius Wahyu Harjanto, MSF bertugas di Sungailiat, sebagai pastor pembantu paroki. Rm. Wahyu, begitulah yang sering disapa umat, l ebih kurang setahun bertugas di Paroki yang berpelindung

DESTINATION KE SITUS MEGALITIK KAWALIWU

Gambar
Jalan masuk ke "Lango Bele" hampir 1,5 kilo meter dari jalan raya Kawaliwu-Larantuka.Pohon-pohon di sekitarnya masih asli. Kata orang Kawaliwu, pohon-pohon itu secara alamiah tidak pernah ditebang atau disentuh oleh tangan manusia. Kalau pohon-pohon itu tumbang artinya secara alamiah karena sudah rapuh dan mati sendiri. Rata-rata pohon-pohon itu terdiri dari pohon beringin, rita, dan pohon-pohon lain yang ditanam oleh orang Kawaliwu, termasuk pohon kepala, jambu mete dan kemiri. Perjalanan dari jalan raya ke lango bele, lebih kurang 20 menit, jika kita berjalan santai. Kalau mau cepat mungkin hanya 10 menit. Jalan masuk ke lango bele, jalan setapak, berbatu-batu dan lumayan mendaki. Jika kita sudah masuk dalam "kawasan hutan asli" dari jauh kita sudah mendengar suara-suara alam semakin terasa, seperti di hutan belantara. Dari jauh kita melihat atap "koko" atau korke dan "Lango Bele". Juga ada sebuah rumah klan di sebelah kanan, rumah klan lar

KUNJUNGAN PROVINSIAL MSF KE PAROKI SUNGAILIAT

Gambar
Kunjungan Romo Provinsial MSF ke Sungailiat mulai 9-12 Januari 2012. Kunjungan pimpinan MSF bermaksud untuk membangun relasi antar sesama anggota MSF. Sehingga persaudaraan antar mereka tetap terjalin.  Selain Rm. Purnomo juga bertemu dengan kedua rekannya, Rm. Kriswinarto dan Rm. V. Wahyu, juga pada malam 11 Januari 2012, Rm. Pur pun sempat bertemu dengan anggota Dewan Pastoral Paroki Sungailiat. Dalam kesempatan itu, Rm Pur mengucapkan terima kasih kepada anggota DPP dan umat yang telah menerima kedua rekannya dengan baik secara lebih kurang 4 tahun untuk Rm Kris dan hampir setahun untuk Rm. Wahyu. Rm. Pur mengharapkan supaya kehadiran kedua rekan dapat membantu umat untuk menghayati imannya agar mampu hidup seturut teladan Keluarga Kudus Nasaret. Pada kesempatan itu juga Rm. Pur menginformasikan bahwa Rm. Wahyu akan berpindah ke Keuskupan Tanjung Selor pada bulan Fberuari 2012.  ***

AsIPA II INTERNATIONAL DI BATAM (13-21 NOVEMBER 2011)

Gambar
SHARING PENGALAMAN “VISITASI PESERTA AsIPA II INTERNASIONAL KE KBG BATAM” AsIPA II di Batam Harumkan Nama Keuskupan Pangkalpinang di Level International” saya ingin mensharingkan pengalaman selama mengikuti proses pertemuan AsIPA II tersebut. Mudah-mudahan sharing pengalaman saya ini berguna bagi kita semua yang membacanya. Pertemuan AsIPA II di Batam Selama ini pertemuan AsIPA berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di Asia. Tanggal 13-21 Oktober 2011, Indonesia khususnya Keuskupan Pangkalpinang didaulatkan menjadi tuan rumah temu AsIPA II. Karena menjadi tuan rumah, maka tuan rumah pun membutuhkan waktu dan tenaga untuk pelaksanaan temu AsIPA II. Rm. Frans Mukin dan Rm. Poya selaku Deken Selatan dan Utara ditugaskan Bapa Uskup untuk menyiapkan kepanitiaan pelaksanaan pertemuan. Tidak heran, pertemuan yang berlevel International itu berjalan dengan lancer dan aman-aman saja. Pertemuan dilaksanakan di Hotel Pasific Sei Jodoh Batam. Peserta pertemuan sebanyak 62 orang yan

"JANGAN ANGGAP REMEH LEBAH HUTAN"

Gambar
Ufuk timur Bedukang, sebuah desa di Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka berawan gelap. Tanda alam ini bukan mau hujan. Tapi kemarau. Rumah-rumah yang berada di pinggir jalan itu, sepi. Tak satu orang pun lalulalang disitu. Jalan raya yang berhubungan dengan tepi pantai Bedukang itu, berdebu tebal. Memang setengah beraspal tetapi terlihat kecoklatan, warna asli tanah di desa itu. Masyarakat diaspora Maumere Flores yang menempati rumah-rumah di pinggir jalan setengah beraspal dan setengah tanah merah menuju pantai Bedukang itu, telah berangkat kerja. Hampir semua penduduk diaspora asal Maumere Flores itu, setiap hari meramu biji timah di Camuy. Biji timah, menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Jika mereka ke Camuy dan tidak menghasilkan biji timah, itu artinya mereka tidak bisa makan. Timah, menjadi tempat tumpuan harapan hidup mereka bahkan menjadi penghasilan yang bisa mereka tabung untuk bisa mudik ke kampong halaman dan membangun rumah yang layak untuk mereka tinggal. Mateus