Postingan

MUJIZAT ITU NYATA

Gambar
Adolf. Heuken SJ dalam Ensiklopedi Gereja III (1993) memberikan pemahaman kepada kita tentang mujizat sebagai berikut. ”Mujizat adalah tanda yang menampakan kekuasaan Allah yang menyelamatkan. Selain itu, mujizat adalah kejadian yang tidak dapat diterangkan oleh pengalaman kita yang berdasarkan pengamatan alam dan karena itu bersifat luar biasa.” Lebih lanjut, pastor SJ itu menegaskan, ”Peranan mujizat ialah membuka hati dan akalbudi manusia supaya mengambil sikap positif terhadap tindakan dan Sabda Allah. Mujizat tidak memaksa orang untuk percaya namun memanggil manusia untuk menerima pesan Allah.” Bacaan-bacaan suci minggu ini (HM. Biasa XVII-28-29/7/2012) mengedepankan suatu peristiwa harian yang direfleksi lebih dalam mengandung suatu mujizat. Kejadian yang begitu manusiawi sekali itu adalah ”makan - makanan.” Dalam peristiwa makan itulah, Allah hadir dan menyertakan campurtangan-Nya. Allah hadir dan membuka mata hati setiap manusia untuk menerima pesan yang disampaika

BELARASA

Gambar
H ati terpanggil untuk melakukan tindakan menolong, merasakan, keberpihakan, dan mau membantu. Semua makna ini, dilakukan dengan kejujuran, ketulusan, dan niat yang jernih. Yeremia dalam ( 23:1-6) menerawang jauh, bahwa akan genap janji Allah. Janji Allah yang dimaksudkan itu ialah ”Tunas Daud.” Tunas Daud yang belarasa, yang bersikap adil terhadap bangsa-Nya. Bersikap peduli dan mau mengangkat derajad umat-Nya yang sedang dalam penindasan. Tunas Daud yang disampaikan Yeremia, ternyata memiliki kepribadian yang unik. Paulus kepada umat di Efesus (2:13-18), memberikan ciri keunikkan itu. Bahwa unik karena keberanian-Nya menyatukan segala konflik perbedaan, segala persoalan hidup yang tercerai berai dengan darah-Nya sendiri. Bahwa kalian yang dulu jauh, kini dekat karena darah Kristus. Darah pemersatu dan darah perdamian bangsa. Darah-Nya mengingatkan suatu kedekatan umat dengan diri-Nya sendiri. Darah-Nya adalah pengorbanan untuk banyak perbedaan, persoalan dalam hidup dan

"KITA DIPANGGIL SEPERTI AMOS"

Gambar
Pernahkah kita menyadari diri sebagai orang yang terpanggil, untuk menjadi seorang nabi? Lalu ingatkah kita, kapan dan dimana, kita dipanggil Tuhan untuk tugas seorang nabi?Adalah Amos, dia seorang pemungut buah ara hutan. Bukan hanya itu, dia juga seorang peternak domba. Dia berasal dari Tekoa (1:1). Latar belakang hidupnya seperti ini, Amos tetap menyadari hidupnya sebagai seorang nabi. Seorang yang ditugaskan Tuhan untuk mewartakan kebenaran dan keadilan Allah di Kerajaan Israel yang waktu itu dalam situasi sosial yang kacau balau. Rupanya pewartaannya, menjadi kontroversial dengan para imam di Betel, yang mengangap Amos sebagai seorang nabi bayaran. Karena itu kehadiran Amos menjadi saingan bagi mereka. Sehingga tidak heran, Amos pun diusir dari Israel untuk pergi ke Yehuda. ”Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda. Carilah makananmu di sana ...”(7:12). Nabi, dianggap melawan tatanan sosial yang sudah ada. Dianggap merusak situasi yang sudah baku. Kehadiran Amos,

"Negative Thinking"

Gambar
Sebuah Pabrik di Simpang Bedukang Kab. Bangka (2011) N egative thinking, diartikan sebagai pikiran negatif. Apa yang dipikirkan seseorang itu memiliki nilai-nilai yang negatif, baik maksudnya maupun tujuannya. Negative thinking dari seseorang dapat dipahami oleh orang lain, bila sudah diungkapkan entah itu melalui verbal ataupun melalui non verbal. Negative thinking pun rupanya ada dipikiran seorang nabi, namanya Yehezkiel (bdk. Yeh. 2: 2 – 5). Ketika ia diutus oleh Allah untuk mewartakan Sabda Allah kepada umat Israel, Yehezkiel sendiri menolak. Dia menolak karena negative thinking terhadap umat Israel. Bahwa Israel sendiri adalah bangsa pemberontak. Karena itu, ia takut bila diutus Allah ke Israel. Tetapi, Allah tetap meyakinkan Yehezkiel agar tugas perutusan itu dilaksanakan. Allah meyakinkannya bahwa misi tetap dijalankan, tidak bisa tidak. Walaupun umat Israel dengan situasi semacam itu. Soal Israel, yang pemberontak itu mendengar Sabda Allah atau tidak, itu bukan

“Maut Masuk ke dalam dunia”

Gambar
M aut atau sering disebut dengan kematian, adalah kepastian. Karena kepastian, semua yang diciptakan akan mengalaminya. Namun, mesti diingat bahwa maut atau kematian, tidak diciptakan oleh Allah. Kitab Kebijaksanaan Salomo dalam bacaan pertama (Keb. 1:13-15;2:23-24) , mengatakan kepada kita bahwa ”kesucian itu kekal. Maut tidak dibuat oleh Allah. Maut, upah dari dosa. Maut, milik setan.” Karena ciptaan-Nya itu tidak patuh, tidak taat, tidak setia pada-Nya, maut menyusup masuk ke dalam hidup ciptaan itu. Melalui maut itu, setan berusaha untuk masuk ke dalam dunia, dan mau menguasai dunia. Untuk menguatkan diri bahwa karya Allah itu suci, dan karena itu kesucian perlu dipertahankan, sehingga maut tidak membinasakan kita, rasul Paulus dalam bacaan kedua ( 2Kor. 8: 7, 9, 13—15) menasihati kita agar pola hidup harus seimbang, antara yang rohani dan yang duniawi. Paulus menegaskan, berusaha untuk kaya dalam kemiskinan karena Kristus Yesus itu membawa kasih didalam diri kit

KRISTUS: PENGANTARA PERJANJIAN BARU

Gambar
Misa sore di Gua Maria Sungailiat M usa, pengantara bangsa Israel dengan Allah dalam Perjanjian Lama (PL). Kitab Keluaran dalam bacaan pertama ( Kel. 24: 3—8)   melukiskan perjanjian bangsa Israel dengan Allah; dengan pengantaraan Musa. Perjanjian itu dengan darah korban. Korban yang disembelih kemudian darahnya dicurahkan diatas mesbah. Ketika darah kurban itu tertumpah di atas mesbah, umat Israel yang hadir menyerukan sikap setia mereka terhadap Allah. Korban lalu dibakar, asapnya membubung tinggi ke atas tanda bahwa Allah merestui perjanjian kesetiaan mereka. Perjanjian Lama oleh bangsa Israel dengan Allah itu, gagal ketika bangsa Israel tidak setia, tidak taat pada perjanjian. Kesetiaan Allah terhadap umat, dinodai oleh ketidaksetiaan manusia. Surat kepada umat Ibrani ( Ibr. 9: 11—15) mengisahkan bahwa Perjanjian Lama itu telah diganti dengan Perjanjian Baru. Kristus-lah pengantara Perjanjian Baru itu. Kristus menebus Perjanjian Lama dalam darah korban dengan darah Ye

”ITAE MISSA EST"

Gambar
Gereja St. Agustinus - Kawaliwu Keuskupan Larantuka Flores J udul di atas boleh diterjemahkan secara harafiah, ”Pergilah, kamu diutus.” Persis kita dengar dalam Injil Matius hari minggu (2-3 Juni 2012). Tanpa perutusan, sikap sosial kita lemah. Bisa saja dibilang kurang gaul atau kuper. Tanpa mempunyai sikap keterbukaan dengan dunia luar, ”seperti kodok di dalam tempurung.” Berteriak terus menerus tetapi tidak diketahui sumber bunyinya. Gereja dalam dirinya sendiri, tanpa terbuka dengan dunia luar, Gereja sebatas altar. Gereja lengkap jika altar dan pasar, bertautan secara koheren-kompherensif. Tautan secara erat-tak terpisahkan. Karena itu, perayaan kebersamaan, yaitu Ekaristi mewujudkan persatuan dengan Allah Tritunggal Mahakudus dan mempunyai nilai ”Itae Missa Est.” Pergilah, kamu diutus.” Itu artinya bahwa setelah kita bersatu dengan Allah Tritunggal, kita bertemu dengan Allah, kita diharapkan membawa damai sukacita bersama Allah tadi dalam kehidupan nyata kita. Almahru