Postingan

DUDUK...

Gambar
Duduk... apa itu? Duduk, meletakkan ”kedudukan” kita di atas sebuah tempat yang datar seperti kursi, bangku, atau tempat lain yang datar yang menjadi tempat untuk duduk. Duduk... adalah sebuah sikap bertahan, berkanjang terhadap suatu prinsip. Duduk...adalah posisi tubuh kita, bisa mendengarkan suatu ajaran atau kotbah atau wejangan dari seseorang. Duduk adalah penyerahan diri seutuh kepada pribadi yang sedang mengadakan sesuatu. Temu Fasilitator waktu luang Sinode II Makna duduk yang telah dipresentasikan diatas, termaktub juga dalam bacaan-bacaan suci dalam minggu biasa ini (4-5 Agustus 2012). Kitab Keluaran ( 16: 2—4), menceriterakan secara tersirat, Israel tidak bertahan dalam perjalanannya menuju Tanah Terjanji. Tidak bertahan karena mereka sendiri tidak mau menderita terlebih dahulu. Tidak bertahan, menandakan kerapuhan dalam prinsip dan karena itu lebih sering mengeluh. ”Lebih baik kami mati di Mesir ketika duduk berhadapan dengan kuali...”, lebih baik mati kare

PESTA PERAK 25 TAHUN MENJADI USKUP KEUSKUPAN PANGKALPINANG

Gambar
Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD menjadi uskup di Keuskupan Pangkalpinang sejak 2 Agustus 1987, 25 tahun yang lalu. Dan sejak tanggal 2 Agustus 1972, Mgr. Hila genap 40 tahun menjadi imam di Tarekat SVD (Societas Verbum Dei). Saat Kunjung di KBG Sta. Elisabeth Sungailiat Menjadi uskup di wilayah Keuskupan Pangkalpinang dengan beberapa pulau, Mgr. Hila dikenal dengan sebutan “Bishop of Sea” . Seorang uskup di wilayah kepulauan memang tidak gampang. Tuntutannya adalah fisik dan mental yang kuat dan tangguh. Selama 25 tahun, Mgr. Hila telah menghadapi semuanya ini. Tidak heran jika fisiknya sudah menurun, kelihatannya rambut mulai beruban, dan sudah beberapa kali sakit, sehingga operasi ganti klip jantung. Walau demikian Bapa Uskup sampai dengan saat ini tegar dalam berkarya dan dengan tekun mengunjungi umatnya dari setiap paroki. Spiritnya ini justru meneladani Ibu Maria, yang selalu peduli dan setia mengunjungi saudara-saudarinya. Saat

MUJIZAT ITU NYATA

Gambar
Adolf. Heuken SJ dalam Ensiklopedi Gereja III (1993) memberikan pemahaman kepada kita tentang mujizat sebagai berikut. ”Mujizat adalah tanda yang menampakan kekuasaan Allah yang menyelamatkan. Selain itu, mujizat adalah kejadian yang tidak dapat diterangkan oleh pengalaman kita yang berdasarkan pengamatan alam dan karena itu bersifat luar biasa.” Lebih lanjut, pastor SJ itu menegaskan, ”Peranan mujizat ialah membuka hati dan akalbudi manusia supaya mengambil sikap positif terhadap tindakan dan Sabda Allah. Mujizat tidak memaksa orang untuk percaya namun memanggil manusia untuk menerima pesan Allah.” Bacaan-bacaan suci minggu ini (HM. Biasa XVII-28-29/7/2012) mengedepankan suatu peristiwa harian yang direfleksi lebih dalam mengandung suatu mujizat. Kejadian yang begitu manusiawi sekali itu adalah ”makan - makanan.” Dalam peristiwa makan itulah, Allah hadir dan menyertakan campurtangan-Nya. Allah hadir dan membuka mata hati setiap manusia untuk menerima pesan yang disampaika

BELARASA

Gambar
H ati terpanggil untuk melakukan tindakan menolong, merasakan, keberpihakan, dan mau membantu. Semua makna ini, dilakukan dengan kejujuran, ketulusan, dan niat yang jernih. Yeremia dalam ( 23:1-6) menerawang jauh, bahwa akan genap janji Allah. Janji Allah yang dimaksudkan itu ialah ”Tunas Daud.” Tunas Daud yang belarasa, yang bersikap adil terhadap bangsa-Nya. Bersikap peduli dan mau mengangkat derajad umat-Nya yang sedang dalam penindasan. Tunas Daud yang disampaikan Yeremia, ternyata memiliki kepribadian yang unik. Paulus kepada umat di Efesus (2:13-18), memberikan ciri keunikkan itu. Bahwa unik karena keberanian-Nya menyatukan segala konflik perbedaan, segala persoalan hidup yang tercerai berai dengan darah-Nya sendiri. Bahwa kalian yang dulu jauh, kini dekat karena darah Kristus. Darah pemersatu dan darah perdamian bangsa. Darah-Nya mengingatkan suatu kedekatan umat dengan diri-Nya sendiri. Darah-Nya adalah pengorbanan untuk banyak perbedaan, persoalan dalam hidup dan

"KITA DIPANGGIL SEPERTI AMOS"

Gambar
Pernahkah kita menyadari diri sebagai orang yang terpanggil, untuk menjadi seorang nabi? Lalu ingatkah kita, kapan dan dimana, kita dipanggil Tuhan untuk tugas seorang nabi?Adalah Amos, dia seorang pemungut buah ara hutan. Bukan hanya itu, dia juga seorang peternak domba. Dia berasal dari Tekoa (1:1). Latar belakang hidupnya seperti ini, Amos tetap menyadari hidupnya sebagai seorang nabi. Seorang yang ditugaskan Tuhan untuk mewartakan kebenaran dan keadilan Allah di Kerajaan Israel yang waktu itu dalam situasi sosial yang kacau balau. Rupanya pewartaannya, menjadi kontroversial dengan para imam di Betel, yang mengangap Amos sebagai seorang nabi bayaran. Karena itu kehadiran Amos menjadi saingan bagi mereka. Sehingga tidak heran, Amos pun diusir dari Israel untuk pergi ke Yehuda. ”Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda. Carilah makananmu di sana ...”(7:12). Nabi, dianggap melawan tatanan sosial yang sudah ada. Dianggap merusak situasi yang sudah baku. Kehadiran Amos,

"Negative Thinking"

Gambar
Sebuah Pabrik di Simpang Bedukang Kab. Bangka (2011) N egative thinking, diartikan sebagai pikiran negatif. Apa yang dipikirkan seseorang itu memiliki nilai-nilai yang negatif, baik maksudnya maupun tujuannya. Negative thinking dari seseorang dapat dipahami oleh orang lain, bila sudah diungkapkan entah itu melalui verbal ataupun melalui non verbal. Negative thinking pun rupanya ada dipikiran seorang nabi, namanya Yehezkiel (bdk. Yeh. 2: 2 – 5). Ketika ia diutus oleh Allah untuk mewartakan Sabda Allah kepada umat Israel, Yehezkiel sendiri menolak. Dia menolak karena negative thinking terhadap umat Israel. Bahwa Israel sendiri adalah bangsa pemberontak. Karena itu, ia takut bila diutus Allah ke Israel. Tetapi, Allah tetap meyakinkan Yehezkiel agar tugas perutusan itu dilaksanakan. Allah meyakinkannya bahwa misi tetap dijalankan, tidak bisa tidak. Walaupun umat Israel dengan situasi semacam itu. Soal Israel, yang pemberontak itu mendengar Sabda Allah atau tidak, itu bukan

“Maut Masuk ke dalam dunia”

Gambar
M aut atau sering disebut dengan kematian, adalah kepastian. Karena kepastian, semua yang diciptakan akan mengalaminya. Namun, mesti diingat bahwa maut atau kematian, tidak diciptakan oleh Allah. Kitab Kebijaksanaan Salomo dalam bacaan pertama (Keb. 1:13-15;2:23-24) , mengatakan kepada kita bahwa ”kesucian itu kekal. Maut tidak dibuat oleh Allah. Maut, upah dari dosa. Maut, milik setan.” Karena ciptaan-Nya itu tidak patuh, tidak taat, tidak setia pada-Nya, maut menyusup masuk ke dalam hidup ciptaan itu. Melalui maut itu, setan berusaha untuk masuk ke dalam dunia, dan mau menguasai dunia. Untuk menguatkan diri bahwa karya Allah itu suci, dan karena itu kesucian perlu dipertahankan, sehingga maut tidak membinasakan kita, rasul Paulus dalam bacaan kedua ( 2Kor. 8: 7, 9, 13—15) menasihati kita agar pola hidup harus seimbang, antara yang rohani dan yang duniawi. Paulus menegaskan, berusaha untuk kaya dalam kemiskinan karena Kristus Yesus itu membawa kasih didalam diri kit