Postingan

MENJADI MURID PILIHAN YESUS

Gambar
Benarkah kita semua ini dipilih Tuhan untuk menjadi murid-Nya? Pertanyaan ini ditujukan kepada kita untuk merefleksikan jawaban kita atas pilihan Tuhan pada pribadi kita sebagai murid-Nya. Menjadi pilihan Tuhan itu pertama-tama karena kemauan Tuhan, bukan karena kemauan diri sendiri. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Tuhan yang memilih kita dengan menaruh Roh-Nya didalam diri tiap-tiap kita. Dan Roh-Nya yang ada dalam diri kita itu akan mengarahkan daging kita untuk tetap bersatu dengan Dia. Dalam proses mengarahkan antara keinginan daging dengan keinginan Roh, Kitab Bilangan (11: 25 – 29) menguatkan kita bahwa Musa adalah teladan bagi kita. Musa, orang yang mampu mengalahkan keinginan dan memberikan ruang dalam dirinya untuk Roh Allah berkarya. Karena itu, Roh yang ada padanya dibagikan kepada umat Israel yang lain sehingga sama-sama menjadi pemimpin dan pewarta bagi Allah. Ternyata apa yang dilakukan Musa tidak disetujui oleh Yosua. Yosua b

MENJADI BIJAKSANA

Gambar
Tiga serangkai tumbuh dalam kebersamaan Ba gi orang Katolik, hidup yang kini dijalani bukan sebuah takdir. Hidup yang dijalani adalah sebuah proses menyatakan secara jelas rencana-rencana Allah yang sudah diberikan kepada tiap-tiap orang sejak dalam kandungan ibunya. Karena itu, hidup itu sendiri harus selalu dimaksimalkan, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, gereja maupun negara. Hidup bukan untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang lain. Kitab Kebijaksanaan Salomo dalam 2:12,17-20, meminta kita memakai hidup itu untuk mencari kebijaksanaan atau hikmat Allah. Kebijaksanaan atau hikmat itu perlu diuji, supaya kebijaksanaan atau hikmat itu sendiri sungguh-sungguh bertahan. Seperti emas betul-betul murni diuji dalam peleburan demikian juga hikmat yang ada didalam diri tiap-tiap orang, harus perlu diuji agar kemurniaan betul-betul tampak. Kebijaksanaan itu betul-betul diuji dalam hidup untuk mencapai kemuliaan. Karena bagi Yakobus, dalam bacaan 3:16-

BERTAHAN MENJADI MURID YESUS

Gambar
Si kap dasar yang dibangun agar tetap menjadi murid Yesus adalah patuh, setia, berani, rela berkorban, dan pasrah. Dengan sikap ini, Yesaya dalam 50: 5—9a mengungkapkan, jika seorang hamba Tuhan menjalankan tugasnya, yakin bahwa Tuhan akan menolongnya baik dalam kesehatan fisik maupun keselamatan jiwanya. Sikap dasar di atas tadi, oleh rasul Yakobus dalam 2: 14—18 merampunginya dengan satu kalimat yang bernas, iman tanpa action adalah mati. Iman tidak diungkapkan dalam kenyataan hidup, iman tidak mempunyai nilai apa-apa. Itu artinya bahwa rasul Yakobus mau menekankan kepada umat yang mendengarkan suratnya yang adalah pengikut Yesus. Bahwa menjadi murid bukan hanya seorang murid yang lemah, yang tidak berdaya dan hanya diajar meluluh. Seorang murid diharapkan setia pada ajaran Yesus, pasrah kepada belas kasih Allah, berani dan rela berkorban untuk menyatakan iman dalam kenyataan hidup. Ini semua merupakan penghayatan iman yang diungkapkan kepada sesama, menjalankan misi

EFATA: TERBUKALAH...

Gambar
Pastoran Stasi Air Sena Paroki Tanjungpinang Da lam Lukas 11:20 bdk. Matius 12:28, terdapat kalimat Yesus yang mengagumkan soal jawaban-Nya terhadap tuduhan orang Farisi ketika Yesus mengajar dan membuat mukjizat. Kalimatnya demikian: ”Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Kalimat yang diucapkan Yesus di atas sinkron dengan kalimat yang ada didalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Yesaya (Yes. 35: 4—7a). Bahwa keselamatan itu terjadi jika Allah hadir didalam peristiwa dunia. Tanda-tandanya ialah orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, orang tuli mendengar... Tindakkan nyata dialami oleh manusia, selamat dari suatu peristiwa. Tanda-tanda yang diberikan Yesaya, tertuju pada pribadi Yesus. Kehadiran-Nya menandakan bahwa Allah yang diimani itu hadir dan berada didalam peristiwa hidup manusia. Karena itu, manusia yang beriman seperti yang dikisahkan Yakobus (Yak. 2: 1—5) dalam bacaan kedua hendak

OMONG DOANK: SHARING INJIL

Gambar
Kelompok IV Bahas Sidang Sinode II Tingkat Paroki A genda utama di setiap Komunitas Basis Gerejawi Paroki-paroki Keuskupan Pangkalpinang yang sekarang diminta oleh “Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang, Post Sinode II adalah “Sharing Injil.” Sharing Injil bukan ibadat sabda. Sharing Injil amat jauh berbeda dengan ibadat Sabda. Sharing Injil, sebuah cara kita secara partisipatif membaca, merenung, menghayati dan melaksanakan Sabda Allah. Dalam sharing Injil ada banyak metode. Namun, berdasarkan Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang No. 206.3 Metode 7 Langkah adalah cara bagi KBG untuk membaca, merenung, menghayati dan melaksanakan Injil. Sharing Injil, cara kita terhubung dengan Yesus. Hubunganya, kita membaca, merenung, menghayati dan melaksanakan Sabda Allah dalam tindakan nyata. Langkah demi langkah dalam sharing Injil adalah sharing. Jika sharing maka kita memakai kata aku atau saya. Karena yang disharingkan adalah pengalaman pribadi. Bukan pengalaman orang lain.

LAKUKAN DENGAN SETIA...

Gambar
Bersama anak TK berdoa di depan altar Kitab Suci adalah Allah yang menjelmah dalam Sabda, dan Sabda itu telah hidup dalam diri Yesus, wahyu Allah yang hidup. Maka ketika kita membaca dan mendengarkan Sabda Allah, sebenarnya Allah yang hidup dalam diri Yesus yang sedang bersabda dan mengajarkan kepada kita ajaran-Nya. Dengan kita membaca, merenungkan, menghayati dan melaksanakan Sabda Allah, Kitab Ulangan (4:1 - 2, 6 – 8) memuji kita sebagai orang yang memelihara Hukum Allah. Kita adalah orang yang meneruskan Sabda Allah itu dalam hidup. Sepadan dengan Kitab Ulangan, Rasul Yakobus (1:17-18,21b-22,27) pun menekankan makna terdalam dari membaca Kitab Suci. Kita tidak hanya membaca, tetapi hendaklah menjadi pelaku firman Allah. Jika kita hanya sebatas membaca tanpa merenung, menghayati dan melaksanakan firman Allah, kita adalah penipu. Disini, Rasul Yakobus meminta kita, bukan hanya mengajar tetapi teladan hidup,   jauh   lebih   bernilai   bila disandingkan dengan hanya

PERBAHARUI HATI DENGAN ROH KUDUS

Gambar
R efleksi atas perjalanan hidup bangsa Israel ditemukan ada pasangan surut dalam menjalin hubungan dengan Allah. Ketika mereka hidup dalam sukacita, gembira ria dan hidup dalam kemewahan karena kerja berhasil, Allah menjadi fokus utama dalam relasi hidup mereka. Misa Pentekosta di Paroki Belinyu Bangka 2012 Namun ketika hidup itu dipenuhi dukacita, penderitaan, dan banyak tantangan untuk meraih kesuksesan, mereka lupa akan Allah. Bahkan mereka mengutuk Allah, karena Allah tidak menolong mereka. Kitab Yosua (. 24:1-2a, 15-17, 18b) dalam bacaan pertama mengisahkan bagaimana Yosua menjadi pemimpin yang mengatur bangsa Israel untuk kembali membangun ibadah kepada Allah, walaupun hidup selalu dialami tidak seperti yang diharapkan. Membangun perjanjian dengan Allah berarti kembali kepada manusia baru seperti pada awal ciptaan Allah. Untuk bertahan dalam martabat ciptaan Allah, Paulus (Ef. 5: 21—32) memberikan sekurangnya dua tips dasar agar perjanjian dengan Allah tet